Setelah 11 Tahun, Akhirnya Manajemen BBCA Akan Mempertimbangkan Stock Split Saham

Kamis, 10 Oktober 2019 | 06:28 WIB
Setelah 11 Tahun, Akhirnya Manajemen BBCA Akan Mempertimbangkan Stock Split Saham
[ILUSTRASI. Petugas teller melayani nasabah Bank BCA Tangerang Selatan, Senin (1/7). Bank BCA mencatatkan tingkat kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) per April 2019 berkisar 1,4% sampai 1,5% secara total/pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/01/07/2019]
Reporter: Yuwono Triatmodjo | Editor: Yuwono triatmojo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA, anggota indeks Kompas100) kini stabil bergerak di atas Rp 30.000 per saham. Hingga penutupan perdagangan Selasa (8/10), harga saham emiten bersandi BBCA itu berakhir di posisi Rp 30.500.

Saham BBCA menembus harga penutupan di level 30.000 terjadi sejak 9 Juli lalu. Bila dihitung sejak akhir tahun 2018, di posisi Rp 26.000 per saham, hingga penutupan pasar Selasa lalu, harga saham BBCA sudah meningkat sebanyak 17,31%.

Semakin tingginya harga saham BBCA, tentu berpotensi membatasi keinginan investor ritel yang ingin berinvestasi di saham tersebut.

Salah satu jalan keluarnya adalah memecah nilai nominal saham (stock split).

Menanggapi hal tersebut, Jahja Setiaatmadja Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencoba menyampaikan pandangannya.

Baca Juga: BCA Dinobatkan Sebagai Bank Paling Aman di Indonesia

Kata Jahja, harga saham BBCA sampai saat ini masih bergerak atraktif, tidak bergerak stagnan. "Performance harga saham masih cukup positif," ujar Jahja, kepada KONTAN, Selasa (8/10).

Namun Jahja tidak menampik tingginya minat dan keiginan investor ritel memiliki saham BBCA. Oleh sebab itu, dia tidak menutup pintu untuk membuka wacana stock split.

"Tahun depan (2020) kami pertimbangkan," pungkas Jahja. Dia menegaskan, stock split membutuhkan pertimbangan yang matang, karena tidak ingin harganya kelak mudah dipermainkan spekulan.

Lebih lanjut Jahja menceritakan, stock split sebenarnya bukan barang baru bagi BBCA. Sebab, sejak perusahaan ini menawarkan saham perdananya atau initial public offering (IPO) pada 11 Mei 2000 silam di harga Rp 1.400 per saham, BBCA sudah tiga kali men-stock split sahamnya.

Aksi stock split BBCA pertama terjadi pada 15 Mei 2001, dengan rasio 1:2. Nominal saham BBCA yang semula Rp 500 per saham, dipecah menjadi Rp 250 per saham.

Akibatnya, harga pasar saham BBCA yang semula Rp 1.752, dipecah menjadi Rp 876 per saham. Bila disesuaikan (adjusted) dengan kondisi saat ini, harga saham BBCA pasca stock split pertama bernilai sekitar Rp 219 per saham.

Baca Juga: Penyaluran Kredit Tetap Tumbuh, Tiga Analis Rekomendasikan Beli Saham BBCA premium

Stock split BBCA kedua terjadi pada 8 Juni 2004. Rasio stock split masih serupa, yakni 1:2 yang mengakibatkan nominal sahamnya saat itu menjadi Rp 125 per saham.

Harga pasar saham BBCA pun dipecah dari semula Rp 3.552 menjadi Rp 1.776 per saham. Dan bila disesuaikan dengan kondisi saat ini, harga saham BBCA setelah stock split kedua itu bernilai sekitar Rp 888 per saham.

Adapun aksi stock split BBCA ketiga terjadi pada 31 Januari 2008. Dengan tetap memakai rasio 1:2, nominal saham BBCA pasca stock split ketiga menjadi Rp 62,5 per saham.

Alhasil, harga pasar saham BBCA yang kala itu ada di level Rp 7.100, disesuaikan menjadi Rp 3.550 per saham.

Secara umum, saham BBCA memang tidak pernah kehilangan pamor. Salah satu sebabnya adalah kinerja keuangan BBCA yang selalu memberikan kepuasan bagi pemegang saham.

Baca Juga: Ini Daftar Saham-Saham Menarik, Meski Harganya Sudah Melejit

Maka bukan hal aneh jika nilai buku per saham atau price book value (PBV) yang saat IPO di bandrol 0,8 kali, kini telah berada di atas 4 kali. Boleh jadi hal ini merupakan bentuk kepercayaan investor, terhadap pengelolaan emiten perbankan milik Grup Djarum tersebut.

Bagikan

Berita Terbaru

Jalan Terjal Menuju Negara Maju
| Sabtu, 21 September 2024 | 08:15 WIB

Jalan Terjal Menuju Negara Maju

Tidak ada negara maju tanpa ditopang 
kelas menengah yang besar.

Kasus Peretasan Data Bisa Mengusik Target Penerimaan Pajak
| Sabtu, 21 September 2024 | 08:00 WIB

Kasus Peretasan Data Bisa Mengusik Target Penerimaan Pajak

Ditjen Pajak mengaku data yang tersebesar bukan merupakan data transaksi terkait kewajiban perpajakan

Pelaku UMKM Diundang Masuk IKN Nusantara
| Sabtu, 21 September 2024 | 07:00 WIB

Pelaku UMKM Diundang Masuk IKN Nusantara

Otorita IKN menawarkan UMKM dan badan perseorangan untuk berinvestasi di IKN.

Bukan Taman Wisata
| Sabtu, 21 September 2024 | 06:28 WIB

Bukan Taman Wisata

Upacara HUT Kemerdekaan RI ke-79 lalu semoga bukan anti-klimaks rencana perpindahan ibukota.

Aset Kripto Berpotensi Memperbarui Rekor Tertinggi
| Sabtu, 21 September 2024 | 06:00 WIB

Aset Kripto Berpotensi Memperbarui Rekor Tertinggi

Aset kripto terangkat pemangkasan suku bunga acuan The Fed.

Pebisnis Internet Bidik Pelanggan Baru dari Luar Jawa
| Sabtu, 21 September 2024 | 05:15 WIB

Pebisnis Internet Bidik Pelanggan Baru dari Luar Jawa

Pebisnis internet melihat peluang besar untuk membuka akses internet di luar Jawa.

Mayora Indah (MYOR) Bidik Kinerja Tumbuh 10%
| Sabtu, 21 September 2024 | 05:10 WIB

Mayora Indah (MYOR) Bidik Kinerja Tumbuh 10%

MYOR menargetkan penjualan sebesar Rp 34,28 triliun di akhir 2024.

Fintech Makin Mesra dengan Perbankan
| Sabtu, 21 September 2024 | 04:35 WIB

Fintech Makin Mesra dengan Perbankan

Hubungan perbankan dengan fintech peer to peer (P2P) lending makin mesra. 

Bola Panas BBM Beralih ke Prabowo
| Sabtu, 21 September 2024 | 04:10 WIB

Bola Panas BBM Beralih ke Prabowo

Pelaksanaan kebijakan pembatasan BBM ditunda dan dialihkan ke pemerintahan mendatang.

Lagi, Transaksi Jumbo Saham Amman Mineral (AMMN) di Pasar Negosiasi Rp 1,2 Triliun
| Jumat, 20 September 2024 | 19:36 WIB

Lagi, Transaksi Jumbo Saham Amman Mineral (AMMN) di Pasar Negosiasi Rp 1,2 Triliun

Harga transaksi saham AMMN di pasar negosiasi terjadi di harga Rp 9.833 dan Rp 10.302 per saham.

INDEKS BERITA

Terpopuler