Berita Opini

Jeruk Lokal, Hampir Tak Pernah Digunakan untuk Imlek

Oleh F. Rahardi - Pemerhati Agribisnis
Minggu, 07 Februari 2021 | 18:30 WIB
Jeruk Lokal, Hampir Tak Pernah Digunakan untuk Imlek

Sumber: Tabloid Kontan | Editor: Hendrika

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jauh sebelum Imlek sampai dengan Cap Go Meh; jeruk keprok dan jeruk manis mendominasi kios buah dan swalayan Indonesia. Jeruk merupakan buah wajib selama perayaan Imlek etnisitas Tionghoa di mana pun di dunia, termasuk di Indonesia.

Sebagian besar jeruk keprok itu diimpor dari China. Negeri ini lekat dengan jeruk keprok yang terdiri dari dua spesies: Citrus nobilis dan Citrus reticulata. Dua spesies jeruk berhabitat asli kawasan pegunungan Asia Tropis, termasuk selatan China. Dari situ, tercipta puluhan kultivar (varietas budidaya) jeruk keprok. Di antaranya mandarine orange, dibudidayakan di China; tangerine dan clementine dibudidayakan di AS dan Uni Eropa; serta satsuma di Jepang.

Keprok asli Indonesia termasuk mandarine orange. Sampai dekade 1960, keprok asli masih sangat berjaya. Keprok Indonesia itu tersebar di Aceh (keprok gayo); Sumatera Barat (keprok kacang); Jawa Barat (keprok garut); Jawa Tengah (keprok grabag dan tawangmangu); Jawa Timur (keprok punten); Bali (keprok tejakula); NTT (keprok soe); dan Sulawesi Selatan (keprok selayar).

Tahun 1970, tanaman jeruk seluruh dunia hancur terserang penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration). Jeruk keprok yang sekarang, sudah merupakan kultivar baru, yang relatif tahan terhadap CVPD.

Di Indonesia, yang paling bandel adalah keprok varietas siam (jeruk siam). Siam pontianak pernah sangat berjaya dekade 1980. Bila dibudidayakan di dataran tinggi, kulit siam lebih tebal, warna kuning sampai oranye. Tetapi ukuran dan terutama rasa; masih kalah dari keprok asli. Alhasil, harga keprok asli Indonesia lebih mahal dari impor.

Keprok asli ini tak pernah bisa masuk pasar umum karena volumenya sangat terbatas. Meski harga lebih tinggi, petani malas membudidayakan keprok asli, karena umur panen lebih lama. Siam sudah bisa dipanen pada umur dua tahun setelah tanam. Keprok asli baru bisa dipanen lima tahun. Tak heran, kita bergantung pada jeruk impor.

China tercatat sebagai penghasil jeruk keprok utama dunia. Inilah lima besar penghasil jeruk keprok dunia (FAO 2019, juta ton): China 19,8; Spanyol 1,8; Turki 1,4; Maroko 1,3; Mesir 1,0. Tampak betapa besar selisih produksi jeruk China sebagai peringkat 1; dengan Spanyol peringkat 2.

Tetapi sebagai penghasil jeruk manis (orange, Citrus sinensis); China kalah dari Brasil. Inilah lima besar penghasil jeruk manis dunia (FAO 2019, juta ton): Brasil 17,0; China 10,5; India 9,5; AS 4,8; Meksiko 4,7.

Lain dengan jeruk keprok yang dikonsumsi sebagai buah meja, jeruk manis lebih banyak dikonsumsi dalam bentuk minuman.

Kumquat dan Lemon Cui

Jeruk lokal, hampir tak pernah digunakan sebagai sajian dalam perayaan imlek. Soalnya, untuk perayaan ini, yang dipentingkan bukan rasa buah jeruk, melainkan penampilan. Pilihan jatuh ke jeruk keprok impor. Bahkan kemasan (kardus), juga jadi salah satu pertimbangan dalam membeli jeruk imlek, baik untuk sesaji maupun hadiah ke relasi.

Jeruk ponkam china dengan harga eceran Rp 25.000 per kilogram, setelah dikemas menjadi jeruk imlek, naik menjadi Rp 165.000 per tiga kilogram (Rp 55.000 per kilogram). Bahkan ada yang Rp 230.000 per kemasan 0,5 kilogram, atau Rp 460.000 per kilogram dan laris manis.

Yang menjadi komoditas penting khas Imlek, bukan hanya buah jeruk; tapi juga tanaman jeruk dalam pot, lengkap dengan buah menempel di rantingnya. Harga tanaman jeruk ini bervariasi antara Rp 400.000 (lokal) sampai Rp 3 juta (impor).

Jenis jeruk yang jadi hiasan Imlek berikut tanamannya, malah bukan keprok; melainkan kumquat (Citrus japonica); yang di situs penjualan online disebut kimkit; dan lemon cui. Lemon cui merupakan hibrida antara lemon (Citrus limon) dengan jeruk manis (Citrus sinensis). Padahal jeruk manis sendiri juga hibrida alam antara jeruk keprok dengan jeruk besar (pomelo, Citrus maxima).

Tanaman jeruk imlek produksi Indonesia umumnya kumquat dan lemon cui; karena paling mudah dibuahkan dalam jumlah banyak. Biasanya kumquat dan lemon cui untuk imlek diproduksi di kawasan dengan elevasi di atas 1000 meter dpl. Misalnya Lembang (Jawa Barat); Bandungan (Jawa Tengah), dan Batu (Jawa Timur).

Lemon cui sebenarnya tidak bisa dikonsumsi langsung, karena tingkat kemasamannya cukup tinggi. Lemon cui dibudidayakan untuk minuman dan masakan, seperti lemon dan jeruk nipis (Citrus aurantiifolia). Lemon cui dipilih sebagai hiasan imlek, karena buahnya bulat, bisa lebat, dan berwarna kuning/oranye,

Kalau lemon cui sebagai jeruk imlek tak bisa dikonsumsi buahnya, kumquat justru bisa dimakan. Cara makan kumquat unik, karena buah ini bisa dikonsumsi berikut kulitnya. Yang enak malah bukan daging buahnya; melainkan justru kulit buahnya.

Selain dikonsumsi segar, kumquat juga biasa dibuat manisan, jam dan jely. Sebagai hiasan imlek, kumquat lebih menarik dibanding lemon cui. Itu sebabnya para petani lebih banyak menanam kumquat untuk dijual pas imlek dibanding lemon cui. Di Indonesia hampir tak ada yang menanam keprok untuk hiasan imlek, karena prosesnya lama dan buahnya sedikit.

Yang ditawarkan di situs penjualan online dengan harga di atas Rp 1 juta, tanaman jeruk keprok. Buah keprok impor ini tak sebanyak lemon cui, apalagi kumquat. Tetapi, buah keprok yang masih menempel di tanamannya ini; bisa dikonsumsi seperti ponkam yang diimpor dalam bentuk buah.

Dalam imlek, idealnya buah jeruk disajikan berikut daun yang masih segar. Bagi mereka yang punya uang berlebih, ponkam imlek ini bukan hanya disajikan berikut daun, melainkan sekalian masih di pohonnya, meskipun dalam pot. Tak heran kalau harganya bisa sampai Rp 2 juta per tanaman.

Terbaru