Berita Bisnis

Omzet manis dari benih ikan berkumis

Kamis, 07 Maret 2019 | 16:10 WIB
Omzet manis dari benih ikan berkumis

Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Jika Anda yang tinggal di daerah perkotaan dan memiliki lahan sisa atau menganggur di sekitar rumah, jangan disia-siakan. Sebab, dengan memanfaatkan lahan itu, Anda berpotensi mendulang keuntungan yang lumayan besar.

Bagaimana caranya? Salah satunya dengan membuka usaha budidaya ikan lele dengan mengusung konsep urban farming. Informasi saja, urban farming merupakan konsep memindahkan pertanian atau peternakan konvensional ke perkotaan.

Salah satu pelaku usaha yang jeli melihat peluang itu adalah Wendy Perdana Poetra. Dengan bendera usaha CV Sangkuriang Indo Sakti (Sangkuti Farm), ia membudidayakan lele dengan konsep urban farming di atas lahan seluas 500 meter persegi (m) di kawasan Megamendung, Bogor, Jawa Barat.

Wendy tergiur menekuni usaha budidaya ikan lele sejak 2012. Ia melihat, usaha budidaya lele memiliki prospek cerah seiring menjamurnya usaha warung makan pecel lele yang bertebaran di pinggir jalan dan sudut kota, baik dengan konsep kaki lima maupun restoran.

Selain itu, menurut Wendy, keputusannya untuk membudidayakan lele lantaran jenis ikan air tawar ini terbilang tahan banting dan pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan dengan jenis ikan lainnya. Yang jelas, permintaan ikan lele cukup besar, kata pria berusia 30 tahun tersebut.

Wendy berkisah, ia menekuni usaha budidaya lele dari hasil menimba ilmu dari seorang pakar ternak lele, yakni Nasruddin atau yang lebih kesohor dengan sebutan Abah Nasruddin. Pria kelahiran 59 tahun silam yang berdomosili di Desa Gadog, Megamendung itu adalah tokoh penemu ikan lele jenis sangkuriang. "Saya belajar dari Abah Nasruddin karena beliau sudah pengalaman di bidang budidaya lele," papar Wendy.

Saat ini Wendy membudidayakan beberapa jenis ikan lele. Di antaranya, lele jenis Albino dan lele Sangkuriang. Ia membudidayakan lele di kolam terpal berukuran 4 meter (panjang) x 3 meter (lebar) dan 4 meter x 2 meter. Selain itu, ada pula kolam bulat berdiameter 3 m.

Ada 22 kolam yang menjadi wadah budidaya lele Sangkuti Farm. Satu kolam berisi sekitar 10.00020.000 bibit lele. Menurut Wendy, yang paling laris dibeli pelanggan adalah bibit lele Sangkuriang. "Ikan lele Sangkuriang memiliki kelebihan tahan terhadap penyakit dan pertumbuhan relatif lebih cepat dibanding dengan jenis ikan lele lainnya," imbuh Wendy.

Menurut Wendy, karena fokus bisnisnya di pembenihan, maka ikan lele yang dipanen biasanya berusia sekitar 2 bulan dengan ukuran panjang benih sekitar 7 cm8 cm.

Membidik pasar pemula

Dibantu oleh tujuh orang karyawannya, saat ini Sangkuti Farm mampu menghasilkan panen lele sebanyak enam kali dalam setahun atau dua bulan sekali. Sekali panen, kapasitasnya bisa mencapai 150.000 lele.

Wendy menjual benih lele dengan harga berkisar dari Rp 150 hingga Rp 400 per ekor. Jika dihitung, dalam sekali panen, Wendy bisa meraup omzet dari penjualan benih lele bisa mencapai Rp 60 juta. Atau jika dibagi, dalam sebulan Wendy bisa menjaring omzet dari lele rata-rata sekitar Rp 30 juta.

Sebagian besar benih lele itu dipasarkan Wendy di kawasan Jabodetabek. "Kami membidik pasar pemula yang baru memulai budidaya lele. Selain mudah diarahkan untuk cara budidaya yang baik, kami juga bisa melakukan mentoring supaya petani bisa panen dengan maksimal. Harapannya, para pelanggan akan membeli bibit lele lagi dari kami," ujar ayah satu anak ini.

Tentu, untuk bisa menjaring pelanggan, ada sejumlah strategi yang dijalankan Wendy. Di antaranya, ia kerap melakukan farm branding di kanal digital milik Sangkuti Farm seperti website yang selalu di-update dan sosial media sebagai wadah interaksi dengan pelanggan.

Yang tidak kalah penting, Wendy juga selalu memberikan tips dan trik untuk para pemula yang ingin terjun di usaha budidaya lele. Dengan cara itu, website dan media sosial Sangkuti Farm selalu ramai dikunjungi calon pelanggan. Dan, mereka pun akhirnya tertarik mencoba beternak lele dengan membeli benih dari Sangkuti Farm.

Gurihnya bisnis lele juga menarik minat Dodi Sulaiman. Dodi DHD mengadu peruntungannya di bisnis ini di bawah bendera DHD Farm sejak tahun 2016. Dodi membudidayakan lele dengan sistem bioflok memakai media kolam bundar (silinder) berukuran 2 meter (diameter x 1 meter (panjang).

Asal Anda tahu, sistem bioflok merupakan teknik pemeliharaan ikan dengan memaksimalkan jumlah tebar pada wadah terbatas, di mana airnya dikondisikan menjadi kaya mikroorganisme bermanfaat yang akan menguraikan kotoran ikan lele menjadi makanan lagi. Dengan sistem ini, peternak diklaim bisa menghemat pakan hingga 50%.

"Dengan metode bioflok, pertumbuhan ikan cenderung lebih cepat besar dan kanibalnya cukup rendah. Jadi, angka kematian pun cukup rendah," ujar Dodi.

Dodi membudidayakan benih lele di Sumatra Selatan, yakni di kawasan Air Batu dan Kenten Laut, Kabupaten Banyuasin serta di Indralaya Kabupaten Ogan Ilir. Ada dua jenis lele yang dibudidayakan, yakni lele Mutiara dan Sangkuriang. Kedua lele itu dibudidayakan Dodi di 100 kolam silinder. Satu kolam berisi sekitar 2.000 ekor.

Kendala biaya pakan

Dodi fokus menyediakan benih dengan ukuran 4 cm6 cm. Pria berusia 40 tahun ini menjual lele secara kiloan, tapi dengan harga satuan. Jadi, 1 kilogram (kg) lele berisi 30 ekor dijual Rp 1.200 per ekor. Sedangkan 1 kg isi 40 ekor lele dijual dengan harga Rp 1.000 per ekor.

Selain itu, Dodi juga menyediakan lele dengan ukuran lebih dari 12 senti, yang siap diolah. Satu kilogram lele berisi 7 ekor9 ekor. Dodi biasanya memanen lele saat usia ternaknya sudah di atas dua bulan. "Karena ukuran lele yang kami tanam sudah besar, maka kami bisa memanen setiap bulan," ujar Dodi.

Dengan menghitung satu kolam berisi 2.000 ekor dengan tingkat kematian sekitar 5%, maka dari 100 kolam yang dimilikinya, Dodi bisa memanen lele sekitar 190.000 ekor.

Sebagian besar lele berukuran 12 senti itu dipasarkan ke masyarakat dan industri kuliner berbahan baku lele seperti warung pecel lele, abon, keripik lele, lele krispi dan lele asap. "Pasar kami sebagian besar hanya di wilayah Sumatra Selatan," imbuh dia.

Anda tertarik usaha budidaya lele di lahan terbatas? Jika iya, ada beberapa hal yang patut Anda pertimbangkan sebelum terjun ke bisnis ini.

Menurut Dodi, ada beberapa kendala yang menghambat budidaya lele. Salah satunya adalah harga pakan yang kerap naik turun.

Contohnya untuk pakan pelet di pasaran harganya sudah tembus Rp 10.000 per kg. Padahal, sebelumnya, harga pakan itu masih di bawah Rp 10.000 per kg. "Saat ini, usaha budidaya saya butuh pakan sekitar 42 ton per bulan," beber Dodi.

Pendapat Dodi diamini oleh Wendy. Dia bilang, kendala dalam budidaya lele adalah biaya produksi pakan yang melambung tinggi, tapi tidak diikuti dengan harga jual ikan hasil panen. "Jadi, kami yang harus memutar otak untuk bisa efisiensi pakan," ujar dia.

Untuk mengatasi kendala biaya pakan yang besar, Dodi pun berencana untuk mendirikan pabrik pakan sendiri. Dia menghitung, jika memproduksi pakan ternak sendiri, maka biaya pakan yang dikeluarkan hanya sekitar Rp 6.500 per kg atau jauh lebih hemat dibandingkan membeli pakan di pasaran.

"Insya Allah kami akan mendirikan pabrik pakan sendiri dan sudah ada beberapa investor yang tertarik berinvestasi di pabrik tersebut," ungkap Dodi.

Tentu, mendirikan pabrik pakan sendiri tidak mudah dan butuh biaya cukup besar. Tapi, jika Anda siap dengan modalnya, silakan saja mengikuti jejak Dodi untuk mendirikan pabrik pakan demi menghemat biaya operasional.

Dipasarkan online

Sebagai tahap awal, Anda harus membuat kolam lele terlebih dahulu. Anda bisa memilih model kolam, yakni model terpal persegi atau model bulat silinder. Jika tertarik membuat kolam bulat silinder, maka ada beberapa tahapan yang harus dilakukan.

Anda harus menyiapkan peralatan dan perlengkapan membuat kolam. Di antaranya, rangka kawat besi. Untuk rangka kolam menggunakan besi wiremesh minimal ketebalan 7 milimeter yang per lembarnya berukuran panjang 5,4 meter dan lebar 2,1 meter.

Untuk kolam bulat dengan diameter 3 meter ke bawah, cukup gunakan 1 buah wiremesh. Harga besi ini sekitar Rp 200.000 per lembar.

Anda juga perlu menyiapkan pralon sebanyak 2 buah (panjang dan besar) berukuran 1,5 inci atau 2 inci dengan panjang 1 meter serta sok penyambung yang panjangnya bisa disesuaikan dengan kebutuhan atau luas kolam. Pralon ini untuk saluran pembuangan air yang kotor pada kolam. Harga pralon ini berkisar Rp 70.000Rp 90.000 per batang.

Selain itu, Anda juga perlu menyiapkan terpal. Anda bisa membeli langsung terpal khusus untuk kolam lele bulat dari mulai ukuran diameter kolam 1 meter seharga Rp 360.000 per lembar hingga Rp 1,46 juta per lembar untuk ukuran diameter 5 m.

Setelah menyiapkan perlengkapan, langkah adalah membuat kolam. Anda perlu menggali tanah sedalam sekitar 1 meter berbentuk kerucut agar pas saat penempatan kerangka kolam. Gali juga saluran pipa air pembuangan. Setelah itu, pasang rangka besi.

Setelah itu, pasang karpet talang luar pada rangka dan terpal plastik. Pasang pipa saluran pembuangan dan sambung dengan pipa ke saluran pembuangan berupa saluran air. Alirkan air ke dalam kolam sambil dicek posisi terpal. Terpal akan melekat kuat pada rangka apabila kolam telah terisi air tanpa perlu diikat ke rangka.

Selanjutnya, tentu saja, Anda harus memastikan indukan jika ingin berbisnis benih lele.

Sebelum terjun ke bisnis benih lele atau budidaya lele ukuran besar, sebaiknya Anda juga mencari pasar untuk menampung hasil panenan Anda.

Benih lele bisa ditawarkan ke pengecer di pasar ikan, atau diiklankan lewat media sosial dan marketplace di Internet. Pengantaran benih dapat dilakukan dengan ojek online, asalkan Anda melakukan pengemasan dengan rapi, sehingga air tidak bocor dan benih lele tidak mati selama dalam perjalanan.

Selamat mencoba!

 

Terbaru
IHSG
7.087,32
1.11%
-79,50
LQ45
920,31
1.62%
-15,20
USD/IDR
16.177
-0,39
EMAS
1.347.000
0,15%
Terpopuler