Berita Market

Review IHSG: Terombang-ambing Ketidakpastian Perjanjian Dagang AS-China

Sabtu, 16 November 2019 | 08:43 WIB
Review IHSG: Terombang-ambing Ketidakpastian Perjanjian Dagang AS-China

Pengunjungi berjalan di samping layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (15/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan akhir pekan ditutup menguat 0,48 persen atau 29,39 poin di level 6.128,34 dari level pen

Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,4% pada akhir pekan ini.

Tapi, sepekan terakhir, IHSG masih dalam tren melemah. Dihitung selama sepekan, IHSG turun 0,8% ke 6.128,345.

Presiden Direktur CSA Institue Aria Santoso mengatakan, IHSG melemah selama sepekan ini karena ketidakpastian perjanjian dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China.

Baca Juga: Meski kesepakatan dagang belum jelas, China terus beli produk pertanian AS

Faktor tersebut membuat asing keluar dari pasar saham di Indonesia. Hal ini terlihat dari net sell asing dalam sepekan yang mencapai Rp 909,3 miliar. Pelemahan IHSG juga disebabkan adanya rebalancing portofolio, salah satunya ke instrumen surat utang. Meski demikian, Aria yakin pasar saham tanah air masih diminati investor asing.

"Net buy di 2019 lebih dari Rp 39 triliun, maka kepercayaan asing terhadap bursa Indonesia masih cukup tinggi," ujar dia, Jumat (15/11).

Baca Juga: Neraca dagang surplus, IHSG melesat

Kepala Riset Bahana Sekuritas Lucky Ariesandi juga berpendapat serupa. Investor melakukan rebalancing aset untuk mengurangi risiko.

"Banyak pelaku pasar yang lebih suka ke aset dengan volatilitas lebih rendah seperti surat utang pemerintah," ujar Lucky. Selain itu, dia bilang, earning growth emiten di bawah perkiraan pasar, sehingga menjegal pergerakan IHSG.

Baca Juga: Likuiditas Bursa Saham Mendadak Susut premium

Tapi pada Jumat (15/11) terdapat sentimen positif yakni pengumuman neraca dagang oleh BPS yang positif. Neraca dagang Indonesia periode Oktober 2019 mengalami surplus US$ 161 juta. Realisasi neraca dagang, menurut Aria, luar dugaan. Sementara konsensus analis memprediksi neraca dagang akan defisit.

 

Terbaru