Berita Market

Terimbas Kekhawatiran Prospek Ekonomi Global, Harga Miyak Mentah Turun

Jumat, 11 Januari 2019 | 12:31 WIB
Terimbas Kekhawatiran Prospek Ekonomi Global, Harga Miyak Mentah Turun

Reporter: Dian Sari Pertiwi | Editor: Dian Pertiwi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak kembali melorot pada perdagangan Jumat (11/1), di tengah kekhawatiran prospek ekonomi global.  Untungnya, pengurangan produksi yang dilakukan para eksportir minyak global masih berpotensi menopang harga minyak mentah dan menjaga kondisi pasar ke depan.

Mengutip Reuters, harga minyak mentah berjangka internasional Brent, berada di level US$ 61,55 per barel atau turun sebesar 0,2% setara dengan 13 sen.

Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun sebesar 0,1% setara dengan 7 sen menjadi US$ 52,52 per barel.

Penurunan harga ini akibat kekhawatiran kondisi ekonomi global. “Jika ekonomi global mengalami perlambatan, minyak mentah akan berkinerja buruk karena berkolerasi terhadap pertubuhan,” kata Hue Frame, manajer portofolio di Frame Funds berbasis di Sydney seperti dikutip Reuters, Jumat (11/1).

Para analis menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2019 di bawah 3%. Perang dagang dan meningkatkan utang ditakutkan dapat menyebabkan resesi.

Meski begitu, perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Cina sudah cenderung melunak. Dan minyak jadi salah satu pembicaraan antara dua negara tersebut.

Di luar faktor ekonomi, pasar minyak masih punya sentiment positif lantaran negara eksportir minyak yang tergabung dalam OPEC sepakat mengurangi pasokannya. Makanya, walau harganya hari ini turun, secara mingguan harga Brent dan WTI masih akan naik lebih dari 7% hingga 8%.

Konsultan JBC Energy menyebut, produksi minyak mentah AS sudah stabil di atas 12 juta barel per hari pada Januari 2019. Mengacu pada keseimbangan pasokan dan permintaan, Bank Swiss Julius Baer memperkirakan harga minyak dalam posisi netral.

“Kami melihat pasar minyak akan seimbang di masa mendatang, karena negara penghasil minyak memberikan ruang bagi pertumbuhan produksi serpih AS,” ujar Norbert Ruecker, kepala riset komoditas Bank Swiss Julius Baer, kepada Reuters.

 

 

Terbaru