Berita Rekomendasi

Aneka Tambang (ANTM) Menuai Cuan dari Ekosistem Kendaraan Listrik

Selasa, 30 Agustus 2022 | 04:35 WIB
Aneka Tambang (ANTM) Menuai Cuan dari Ekosistem Kendaraan Listrik

Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menyetujui melepas (spin off) sebagian segmen usaha tambang nikel. Spin off ini dilakukan pada dua anak usaha ANTM, yakni PT Sumberdaya Arindo dan PT Nusa Karya Arindo.

Spin off dilakukan agar anak usaha ANTM ini bisa lebih berkembang terutama di ekosistem kendaraan listrik.  Analis Investindo Nusantara Pandhu Dewanto berharap, spin off bisnis nikel ini bisa membuat ANTM mampu mengembangkan segmen nikel termasuk inisiasi pengembangan industri baterai kendaraan listrik. "Sumber daya dari partner ini tentu positif bagi ANTM namun tentang seberapa signifikan masih terlalu awal untuk diperkirakan karena masih dalam tahap perencanaan," ujar dia.

Hingga saat ini, kontribusi laba ANTM yang berasal dari segmen nikel cukup besar. Hingga kuartal I tahun ini, segmen nikel menyumbang pendapatan mencapai Rp 3,48 triliun lebih rendah dibanding segmen emas yang mencapai Rp 5,95 triliun. Namun dari laba, nikel menyumbang Rp 1,54 triliun, sedangkan emas Rp 468 miliar.

Baca Juga: Simak Sentimen yang Membayangi Prospek Saham ANTM di Sisa Tahun Ini

Harga nikel

Pandhu yakin, minat para calon mitra dalam bisnis ini cukup besar karena memiliki profit margin yang cukup menarik. Selain itu, outlook ANTM positif seiring semakin kuatnya permintaan nikel terutama sebagai bahan baku baterai di masa mendatang.

"Ini juga salah satu upaya supaya dapat lebih fokus pada hilirisasi nikel tanpa terbebani segmen emas, apalagi belum lama terlibat kasus di pengadilan," jelas dia.

Tahun ini, ANTM menargetkan penjualan bijih nikel tumbuh 31% dibanding tahun lalu. Sedangkan penjualan feronikel ditargetkan 24.000 - 25.000 ton, sedikit lebih rendah dibanding realisasi tahun 2021 mencapai 26.000 ton.

Equity Analyst Pilarmas Investindo Desy Israhyanti juga belum melihat dampak signifikan dari spin off secara konsolidasi. "Permintaan nikel sendiri cukup besar dan dengan spin off tidak akan menyurutkan minat," ujar dia, Senin (29/8).

Bahkan, Desy masih percaya, penjualan nikel masih akan tumbuh 40% CAGR hingga 2024. Dia menilai dampak ke kinerja keuangan belum akan dirasakan saat ini.

Baca Juga: Aneka Tambang Spin Off Bisnis Nikel, Begini Rekomendasi Saham ANTM

Menurut Desy, harga nikel dari sebelumnya mencapai US$ 40.000 metrik ton (MT) menjadi US$ 20.000 MT ini akan berdampak pada kinerja ANTM. Lalu harga bahan baku bisa meningkat karena harga BBM. Kinerja ANTM bisa naik terbatas karena cadangan emas mulai menurun, padahal komoditas emas menjadi kontributor utama pendapatan.

Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan menambahkan, harga emas diperkirakan relatif cukup flat cenderung melemah 5,5% secara year to date (YtD) dan melemah 4,4% secara tahunan. Hal itu disebabkan kenaikan sangat tinggi di periode sebelumnya pada 2018-2020 sebesar 74,3%.

Selain itu, kenaikan suku bunga The Fed secara agresif karena tingkat inflasi di AS akan membuat harga emas melemah. "Untuk proyeksi harga emas di 2022 kami perkirakan di US$ 1.700 - US$ 1.800 dari rerata 2021 di US$ 1.799," jelas Felix.

Hitungan Pandhu pendapatan dan laba bersih ANTM masing-masing akan menjadi Rp 39 triliun dan Rp 4 triliun. Sedangkan Felix memproyeksikan, pendapatan dan laba bersih ANTM di Rp 41,86 triliun dan Rp 6,27 triliun. 

Pandhu menyarankan hold dengan target di Rp 2.400. Kalau Desy dan Felix rekomendasi buy dengan target harga di Rp 2.430 dan Rp 3.300.     

Baca Juga: Kompak, Harga Saham BUMI & ANTM Melemah di Perdagangan Bursa Senin (29/8)

Terbaru