Berita Bisnis

Bankir Cermati Kenaikan NPL Selama PPKM

Selasa, 27 Juli 2021 | 06:40 WIB
Bankir Cermati Kenaikan NPL Selama PPKM

Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pandemi yang berlarut-larut telah membuat rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) perbankan menanjak. Sejumlah bankir mengamini Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat bisa membuat peningkatan NPL seiring perekonomian yang melambat.

Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Vera Eve Lim menyatakan, NPL hingga semester I 2021 berada di level 2,4%. Jika menelisik laporan keuangan semester I 2021 BCA, NPL di kuartal II naik dibanding kuartal sebelumnya yang sebesar 1,8%. 
 
"BCA akan terus mengawasi kondisi terkini secara intens khususnya di tengah situasi PPKM Darurat ini,” ujar Vera pada KONTAN pada Senin (26/7).
Vera sebelumnya mengatakan memang ada potensi NPL akan naik tipis dengan kondisi perlambatan ekonomi saat ini. Proyeksi NPL BCA akan berada di kisaran 2,4% hingga 2,7% sepanjang 2021. 
 
Riset MNC Sekuritas yang diterbitkan 26 Juli 2021 menyebut, eksposur bank terhadap sektor manufaktur terutama portofolio pinjaman ke perusahaan tekstil telah  menyeret NPL BCA. NPL pada sektor ini mencapai 4,7% per Juni 2021, atau merupakan yang tertinggi di seluruh sektor. Sementara sektor kedua yang mencatat NPL tertinggi adalah perdagangan di level 3,4%. 
 
Total loan at risk (LAR) termasuk Covid-19 mencapai 19,1% dari total pinjaman BCA setelah meningkat 3,6% YoY.
 
Kendati demikian, BCA tetap yakin bisa mencatatkan pertumbuhan kredit berkisar 4% hingga 6% sepanjang tahun ini. Meskipun hingga separuh pertama 2021, kredit BCA masih kontraksi tipis 0,3% secara tahunan. 
 
Tapi dari awal 2021, kredit BCA sudah tumbuh 0,8%. Kinerja kredit ditopang segmen korporasi dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang naik masing-masing 2,1% dan 3,8% year to date (ytd). 
 
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga melihat perpanjangan PPKM tentu akan membatasi kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat. Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto bilang, pembatasan ini akan berpengaruh terhadap penyaluran kredit perbankan nasional serta potensi  kenaikan kredit bermasalah sehingga perlu direstrukturisasi.
 
“Untuk mengantisipasi risiko kredit ke depan, fokus BRI pada pencadangan dan keberlanjutan. Apabila risiko akan naik maka kami akan menaikkan pencadangan,” tutur dia kepada KONTAN. 
 
Ia menyatakan hingga akhir kuartal I-2021 BRI telah menyiapkan pencadangan atau NPL coverage  sebesar 250,60%. Di samping itu, BRI tidak menutup kemungkinan untuk menaikkan pencadangan lagi sebagai langkah antisipatif atas risiko yang akan muncul di masa mendatang.
 
“Terkait dengan kondisi NPL, hingga kuartal I rasio nya di level 3,16%, masih  lebih baik dibandingkan dengan NPL industri perbankan yang tercatat sebesar 3,2% pada akhir Maret 2021,” ujar Aestika. Hingga akhir tahun 2021, Aestika optimistis BRI  mampu menjaga NPL bertahan di kisaran 3%
 
Erni Marsela, Analis Ciptadana Sekuritas merekomendasikan beli BBRI dengan target harga Rp 5.250 per saham. Adapun MNC Sekuritas juga merekomendasikan beli BBCA dengan target harga Rp  36.000 per saham.     

Ini Artikel Spesial

Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.

Sudah berlangganan? Masuk

Berlangganan

Berlangganan Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi, bisnis, dan investasi pilihan

Rp 20.000

Kontan Digital Premium Access

Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari

Rp 120.000

Berlangganan dengan Google

Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.

Terbaru