Berita *Style

Mencicipi Sedapnya Laba Usaha Bumbu Siap Pakai di Masa Pandemi

Minggu, 06 September 2020 | 11:10 WIB
Mencicipi Sedapnya Laba Usaha Bumbu Siap Pakai di Masa Pandemi

Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Havid Vebri

KONTAN.CO.ID - JJAKARTA. Banyak perubahan yang dialami orang selama pandemi korona ini. Salah satunya adalah memasak sendiri untuk anggota keluarga.

Maklum saja, hingga sekarang, masih banyak orang yang memilih untuk berdiam di rumah, membatasi aktivitas ke luar, termasuk membeli makanan atau jajan di restoran.

Memang, tidak semua orang piawai memasak. Untung saja, jamannya internet, alhasil resep dan tutorial masakan apapun ada di sana. Inilah yang dilakukan oleh Wardani.

Ibu dua anak yang tinggal di Sawangan ini, biasanya menyerahkan urusan dapur pada asisten rumah tangga, katering, atau beli lauk matang karena ia harus berangkat pagi-pagi untuk ke kantornya.

Namun, karena kini lebih sering bekerja dari rumah, Wardani dapat memasak makanan sendiri untuk keluarganya.

"Lebih sehat juga, karena kita tahu bahan apa yang dipakai dan proses masaknya," ujarnya.

Selain itu, menurut Wardani, ia dimudahkan dengan berbagai pilihan bumbu siap pakai yang bisa dibeli lewat internet. Benar. Kalau Anda ke minimarket atau warung sayur kecil sekalipun, bumbu siap pakai keluaran produsen-produsen besar gampang dijumpai.

Nah, belakangan, pelaku bisnis untuk bumbu siap pakai ini bukan hanya produsen kakap seperti Indofood, Sasa, Bamboe, Sajiku, namun juga para pengusaha kecil.

Hal ini diungkapkan Rendi Putra Kosasih ketika membuka usaha RASA Rempah Nusantara pada Maret 2017 lalu.

Dia bilang produk bumbu siap saji sangat dibutuhkan khususnya yang berdomisili di perkotaan. Banyak orang sulit ke pasar karena akses atau keterbatasan waktu. bumbu siap pakai akan membantu, ujar Rendi.

Senada dengan Ayuningtyas, pemilik produk bumbu Dapur Bunda Azami di Depok. Menurutnya, makanan Indonesia kental akan bumbu dan rempah.

Maka, produk bumbu berisi rempah-rempah selalu akan dicari konsumen.

"Apalagi kalau tinggal di luar negeri, pasti banyak yang stok bumbu siap pakai," ungkapnya.

Kata Ayuningtyas, semenjak memulai usaha bumbu siap pakai dua tahun yang lalu, dirinya bisa mendulang omzet yang tak sedikit. Bahkan selama wabah korona menyebar di Indonesia, permintaan bumbu siap pakai meningkat hingga 100%.

"Mungkin karena orang ingin lebih praktis dan menghemat waktu di rumah," ucap Ayuningtyas.

Dalam sehari, dia bisa menjual 400 sampai 700 packs bumbu ke seluruh Indonesia. Sampai saat ini, Ayuningtyas membuat 33 macam bumbu siap pakai yang dijual seharga Rp 30.000 per pack.

Meski tak menyebut pasti marjin, baginya keuntungan bersih yang didapuk cukup besar.

Kebersihan produk

Serupa dengan Rendi. Dalam sehari bisa menjual 200 sampai 500 botol bumbu. Harganya pun bervariasi, mulai dari Rp 9.000 sampai Rp 30.000 per botol.

Padahal, di awal usaha, produk yang terjual hanya 13 botol selama sebulan, tukas Rendi. Walaupun tak menyebut pasti omzet dan marjin yang didapat, katanya dia bisa balik modal selama dua tahun.

Sementara, Hikmah Ali yang menjalankan usaha bumbu siap pakai bermerek Bumbu Hikmah di Surabaya, bisa balik modal dalam jangka waktu tak lama.

Sejak menjalankan usaha pada tahun 2014 lalu, dirinya butuh waktu setahun untuk balik modal. Dalam sehari, dia menargetkan untuk menjual 50 pack bumbu siap pakai.

Nah, karena pandemi masih akan lama dan gaya hidup sehat dengan membawa bekal dan memasak makanan sendiri tetap jadi tren, prospek bumbu siap pakai seperti ini pun diperkirakan cerah.

Anda tertarik untuk berbisnis bumbu siap pakai? Simak panduan dari para pelaku bisnis ini.

Pertama yang harus selalu diingat, karena yang dijual adalah produk siap pakai dan berupa olahan masakan, maka pelaku usaha mutlak harus memperhatikan kebersihan produk. Apalagi di tengah pandemi, faktor tersebut jadi sangat penting ketika menjalankan usaha ini.

Bila ingin meniru langkahnya, Rendi menyarankan agar Anda selalu memperhatikan kebersihan perlengkapan produksi dan kemasan. Seperti botol, mesin segel, dan peralatan produksi harus selalu dibersihkan.

"Gunakan juga sarung tangan plastik, sabun cuci tangan dan masker saat produksi," ujar Rendi.

Tak hanya higienis, bahan alami yang diolah menjadi bumbu juga penting dalam usaha ini. Hikmah mengatakan ia menjalankan usaha ini berawal dari anaknya yang alergi dengan makanan berbahan MSG.

Karena tak bisa mengkonsumsi makanan berbahan MSG, maka dirinya meracik makanan dengan bumbu berbahan alami. Lama kelamaan, beberapa kerabat dan anggota keluarga juga meminta dirinya untuk membuat bumbu racik berbahan alami.

"Jadi penting untuk memperhatikan makanan tanpa pemanis buatan, pengawet, pewarna dan penguat rasa," kata Hikmah.

Kini, Hikmah menyediakan 20 macam bumbu siap pakai dengan harga Rp 10.000 per pak. Sebutlah bumbu rawon, semur, soto, kare, opor, lodeh, rendang, rica-rica dan lainnya.

Ayuningtyas menyebut ragam bumbu siap pakai juga perlu untuk menarik minat pembeli. Bayangkan saja, kalau variannya tidak banyak, bagaimana pembeli tertarik pesan.

Selanjutnya soal modal, rupanya modal yang dikeluarkan para pelaku sangatlah beragam. Misalnya Ayuningtyas yang mengeluarkan modal Rp 1 juta.

Menurut dia, dengan dana tersebut Anda bisa membeli peralatan usaha yakni blender dan bahan baku rempah di pasar.

Kalau permintaan bumbu bertambah, Anda bisa ganti peralatan dengan mesin penggiling atau mesin sealer, imbuh Ayuningtyas.

Sementara Rendi, menggelontorkan modal Rp 2 juta untuk menghasilkan 200 botol bumbu siap pakai.

Untuk tempat produksi di masa permulaan usaha, Anda bisa menggunakan dapur pribadi dan peralatan pribadi seadanya.

Kalau di awal usaha tidak ada mesin khusus yang digunakan saat produksi, malahan dulu itu kemasan saya masih manual yaitu plastik, imbuh Rendi.

Jadi, kalau modal Anda tak banyak, Rendi tetap optimistis usaha bisa berjalan. Yang terpenting fokus menciptakan produk bumbu yang sesuai, ungkap Rendi.

Adapun ketika awal memulai usaha bumbu di Surabaya, Hikmah mengalokasikan modal sejumlah Rp 15 juta. Dana itu untuk membeli bahan baku serta peralatan usaha seperti blender, kulkas, freezer, rak, kompor, dan kemasan.

Mengurus sertifikasi

Bila permintaan produk kian bertambah, dan merek usaha kian dikenal masyarakat, Hikmah bilang, Anda harus siap-siap modal tambahan.

Salah satunya, menurut Hikmah, adalah mengurus izin dari BPOM dan sertifikasi halal. "Untuk keseluruhan modalnya jadi Rp 30 juta," tandas Hikmah.

Apakah Anda membutuhkan asisten atau karyawan untuk menjalankan usaha ini?

Tergantung skala usaha Anda. Sampai saat ini, untuk menjalankan usahanya, Hikmah hanya dibantu dua pegawai saja. Yang paling penting, kita membuat sistem dan aturan yang ada dijalankan secara konsisten oleh pegawai, jelasnya.

Berbeda dengan Ayuningtyas yang dibantu empat orang pegawai. Dia bilang, dengan pegawai di dapur, itu sangat membantu dirinya, sebab produk yang dibuat bisa langsung kirim.

"Produk saya pre order dan tidak banyak stok. Jadi memang harus dikerjakan banyak orang," ujarnya.

Ayuningtyas mengatakan kerap terkendala dengan keterbatasan pegawai di dapur. Untuk mengatasi keterbatasan pegawai, Anda bisa mencoba dengan bantuan anggota keluarga atau asisten rumah tangga.

Seperti yang dialami Rendi. Dia bercerita saat awal menjalankan usaha, dia hanya dibantu oleh satu asisten rumah tangga saja.

Setelah produksi bumbu bikinannya meningkat, belakangan ada tujuh pegawai yang termasuk asisten rumah tangganya, membantu Rendi menjalankan usaha ini.

Nah, usai bicara soal produksi, hal penting lain yang perlu Anda perhatikan adalah mempromosikan produk bumbu siap pakai tadi.

Untuk promosi, Anda bisa menggunakan laman media sosial seperti Instagram dan Facebook. Rasa bumbu yang enak dan cocok, otomatis akan membawa testimoni positif.

Hanya, harus diakui di dunia maya banyak pesaing. Belakangan ini hampir semua pelaku usaha menggunakan media sosial atau jalur online untuk pemasaran produk mereka.

Anda cukup menyiapkan bujet sekitar Rp 50.000 sampai Rp 200.000 per bulan untuk alokasi dana pemasaran ini. Sedangkan Ayuningtyas, selain mengandalkan pemasaran lewat sosial media, juga dibantu reseller yang bergabung di usahanya.

Ada beberapa reseller seperti di Bali, Jogjakarta, Bekasi, Semarang, Bogor, Semarang dan Jakarta, ujarnya.

Baca Juga: Meraup fulus dari jasa bisnis cukur rambut online saat pandemi

Terbaru