Anggaran Program MBG Naik, Kinerja Emiten Unggas Bisa Membaik

Kamis, 21 Agustus 2025 | 05:45 WIB
Anggaran Program MBG Naik, Kinerja Emiten Unggas Bisa Membaik
[]
Reporter: Rashif Usman | Editor: Dikky Setiawan

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pemerintah resmi menetapkan anggaran belanja program Makanan Bergizi Gratis (MBG) tahun 2026 sebesar Rp 335 triliun.

Besaran anggaran tersebut melonjak 94,76% dibanding alokasi tahun 2025 yang senilai Rp 171 triliun, setelah mendapatkan tambahan Rp 100 triliun dari semula hanya Rp 71 triliun.

Analis Panin Sekuritas Sarkia Adelia menilai, peningkatan anggaran program MBG berpotensi jadi katalis positif bagi emiten poultry atau perunggasan. Permintaan daging ayam dan telur emiten unggas diproyeksi bakal melonjak. 

Baca Juga: Kala MBG Tak Bisa Menjadi Tumpuan Bagi Emiten Poultry

Sebelumnya, Badan Pangan Nasional memperkirakan serapan daging ayam sekitar 70.000 ton dan telur 127.000 ton pada 2025 untuk pemenuhan kebutuhan MBG.

Jika dibandingkan surplus produksi ayam nasional tahun 2024 sebesar 120.000, serapan tersebut belum cukup sepenuhnya mengatasi oversupply. 

Serapan produksi

Namun, apabila program MBG berjalan konsisten dengan dukungan kenaikan alokasi anggaran dalam APBN 2026, maka serapan produksi ayam bisa meningkat.

"Dengan begitu, profitabilitas emiten unggas dalam jangka menengah bisa tumbuh positif," kata Sarkia, Selasa (19/8).

Nah, emiten poultry yang berpotensi kecipratan berkah kenaikan anggaran program MBG 2026 adalah perusahaan yang punya pangsa pasar besar seperti PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dan PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN).

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo sepakat, kenaikan anggaran program MBG bisa mendongkrak permintaan unggas sekaligus mengangani kondisi oversupply.

Tapi, tantangan saat ini daya beli masih melemah, sehingga bisa menghambat perbaikan kinerja sektor konsumer dan poultry.

Baca Juga: Harga dan Penjualan yang Membaik Akan Mengangkat Kinerja Emiten Poultry

Selain itu, Azis menilai, saat ini MBG sendiri belum memiliki pengaruh yang sangat signifikan baik terhadap sektor unggas maupun sektor konsumer.

"Di sisi lain, harga jual rata-rata dan permintaan  unggas yang masih rendah masih mempengaruhi kinerja sektor poultry," kata Azis.

Dengan sentimen yang ada, Azis merekomendasi netral JPFA dan MAIN dengan target harga masing-masing Rp 1.590 dan Rp 690 per saham. 

Sedangkan Sarkia menyarankan investor untuk mencermati pergerakan saham JPFA dengan target harga Rp 2.200. Menurutnya, valuasi saham JPFA saat ini masih terbilang murah, dengan price to earnings ratio (PE) lebih rendah dibandingkan CPIN.

Selanjutnya: Danantara Fokus Berinvestasi di Dalam Negeri

Bagikan
Topik Terkait

Berita Terbaru

Berusaha Tetap Bertahan Kini Karyawan Indofarma (INAF) Hanya Tersisa 21 Orang Saja
| Selasa, 04 November 2025 | 19:18 WIB

Berusaha Tetap Bertahan Kini Karyawan Indofarma (INAF) Hanya Tersisa 21 Orang Saja

Setelah anak usahanya, PT Indofarma Global Medika pailit, Indofarma (INAF) mencoba tetap bertahan dengan melaksanakan pengurangan karyawan.

Era Keemasan Ekspor Batubara Indonesia ke Tiongkok Kian Menjauh
| Selasa, 04 November 2025 | 19:09 WIB

Era Keemasan Ekspor Batubara Indonesia ke Tiongkok Kian Menjauh

Industri batubara Indonesia kini perlu bersiap-siap dengan risiko bisnis besar sejalan dengan turunnya ekspor ke Tiongkok.

Bitcoin Volatil Ekstrem, Berikut Alternatif Koin Crypto Lain
| Selasa, 04 November 2025 | 16:38 WIB

Bitcoin Volatil Ekstrem, Berikut Alternatif Koin Crypto Lain

Ethereum (ETH) berada dalam watchlist karena dijadwalkan meluncurkan upgrade besar bernama Fusaka ke mainnet pada 3 Desember 2025.

Prabowo Akan Siapkan Rp 1,2 Triliun Per Tahun Buat Bayar Utang Whoosh
| Selasa, 04 November 2025 | 14:57 WIB

Prabowo Akan Siapkan Rp 1,2 Triliun Per Tahun Buat Bayar Utang Whoosh

Prabowo tekankan tidak ada masalah pembayaran utang Whoosh, namun belum jelas sumber dana dari APBN atau dari BPI Danantara.

Faktor Biaya dan Kurs Rupiah Membebani Mayora, Begini Proyeksi Arah Saham MYOR
| Selasa, 04 November 2025 | 09:09 WIB

Faktor Biaya dan Kurs Rupiah Membebani Mayora, Begini Proyeksi Arah Saham MYOR

Hingga akhir 2025 MYOR menargetkan laba bersih sebesar Rp 3,1 triliun atau cuma naik sekitar 0,8% dibandingkan tahun lalu.​

Bursa Efek Indonesia (BEI) Meluncurkan Tiga Indeks Baru
| Selasa, 04 November 2025 | 08:49 WIB

Bursa Efek Indonesia (BEI) Meluncurkan Tiga Indeks Baru

Investor diharapkan bisa berinvestasi pada saham profit tinggi, valuasi harga dan volatilitas rendah.

Investasi Saham dan Efek Buntung, Saratoga Investama Sedaya (SRTG) Cetak Kerugian
| Selasa, 04 November 2025 | 08:45 WIB

Investasi Saham dan Efek Buntung, Saratoga Investama Sedaya (SRTG) Cetak Kerugian

Saratoga juga mencatat kerugian bersih atas instrumen keuangan derivatif lainnya Rp 236 juta per 30 September 2025.

Invesco dan Allianz Konsisten Borong Saham UNTR Hingga Oktober, Blackrock Beda Arah
| Selasa, 04 November 2025 | 08:16 WIB

Invesco dan Allianz Konsisten Borong Saham UNTR Hingga Oktober, Blackrock Beda Arah

Sepanjang Oktober 2025 investor asing institusi lebih banyak melakukan pembelian saham UNTR ketimbang mengambil posisi jual.

Penjualan Nikel Melejit, Laba PAM Mineral (NICL) Tumbuh Tiga Digit
| Selasa, 04 November 2025 | 08:02 WIB

Penjualan Nikel Melejit, Laba PAM Mineral (NICL) Tumbuh Tiga Digit

PT PAM Mineral Tbk (NICL) meraih pertumbuhan penjualan dan laba bersih per kuartal III-2025 di tengah tren melandainya harga nikel global.

Laba Emiten Farmasi Masih Sehat Sampai Kuartal III-2025
| Selasa, 04 November 2025 | 07:52 WIB

Laba Emiten Farmasi Masih Sehat Sampai Kuartal III-2025

Mayoritas emiten farmasi mencatat pertumbuhan pendapatan dan laba di periode Januari hingga September 2025.

INDEKS BERITA

Terpopuler