Sudah selayaknya Apple menunjukkan komitmennya untuk berinvestasi di Indonesia lantaran sudah menikmati pasar ponsel di dalam negeri.

Tax amnesty merusak keadilan dalam hukum pajak yang memposisikan semua wajib pajak harus membayar pajak.

Ada reksadana yang memberikan return -98,58% setahun. Ya, Anda tidak salah baca, memang mendekati 100%.

Tuntutan masyarakat terutama yang tinggal di perkotaan terhadap pemilihan calon walikota kini semakin tinggi.​

Program pengampunan pajak pasti menyasar orang berduit yang disaat bersamaan rakyat bakal menanggung beban kenaikan PPN.

Oligarki selama ini sudah mengkamuflase kepentingannya yang tersebulung sebagai kepentingan nasional.​

Lawatan perdana Presiden Prabowo Subianto ke sejumlah negara dan pertemuan bisa memperkuat posisi Indonesia di mata dunia.

Reksadana pasar uang menjafi primadona. Yakni menawarkan kemudahan transaksi, kinerja setara deposito, likuiditas setara tabungan. 

Efek tular Trumponomics bakal merembet ke pasar Indonesia lewaat jalur perdagangan serta jalur keuangan,

Ditengah kondisi pelemahan daya beli masyarakat, pemerintah harusnya memberi insentif yang bisa mendongkrak konsumsi.

Rupiah ke depan akan mendapatkan tantangan dari meningkatnya ketidakpastian global tersebut. Namun secara fundamental, rupiah masih baik

Rilis kinerja ekonomi oleh Badan Pusat Statistik (BPS) awal November lalu masih menyisakan kekhawatiran. Apa saja?

Indonesia belum swasembada penghasil daur ulang sampah plastik lantaran terbatasnya fasillitas pengelolaan sampah. 

Segala persoalan dan tantangan utama yang dihadapai UMKM berakar pada kapasitas sumber daya manusia. 

Berbicara masalah ekonomi saja, saat ini ada begitu banyak "belitan" masalah yang kita hadapi untuk mandiri.

Dengan berinvestasi di instrumen hijau di Indonesia, investor dapat memiliki kontribusi sosial yang nyata.

Kebijakan proteksionisme negara maju seperti AS, sering membatasi ruang pertumbuhan negara berkembang.

Terlepas Indonesia masuk BRICS atau tidak, China pasti agresif mencari sumber daya serta pasar bagi produknya.

Bank Indonesia perlu memperkuat strategi stabilisasi rupiah melalui intervensi di pasar valas dan pengelolaan cadangan devisa yang optimal.

Inti buku ini menyoroti masyarakat yang lebih mendengarkan suara di media sosial ketimbang para ahli atau pakar yang kompeten.

Tingkat literasi keuangan khususnya perencanaan pensiun serta ketersediaan produk yang dapat diandalkan harus ditingkatkan.

Mengatur lagi tata niaga adalah pilihan. Sistem ekonomi yang liberal harus dikaji ulang menjadi ekonomi berkeadilan.

Pemerintah perlu memperkuat komitmen keberpihakan terhadap petani, pekerja dan desa-desa sawit dalam pengembangan industri sawit di Indonesia.

Rentetan tindakan buang susu ini mengemuka ketika pemerintah getol mempersiapkan program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Keberhasilan pemerintah mengoptimalkan devisa pariwisata bisa menjadi obat defisit neraca jasa selama ini.