APBN Pembayar Tagihan

Selasa, 23 Desember 2025 | 06:05 WIB
APBN Pembayar Tagihan
[ILUSTRASI. TAJUK - Syamsul Ashar (KONTAN/Indra Surya)]
Syamsul Ashar | Managing Editor

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dunia tidak sedang baik-baik saja. Proyeksi IMF yang mematok pertumbuhan global melambat ke 3,1% tahun depan, bukan sekadar statistik, melainkan sirine bahaya. Mesin pertumbuhan tradisional macet: AS melambat, Eropa stagnan, dan China kehilangan daya ledaknya. Fragmentasi geoekonomi kian nyata, mengubah konflik bersenjata menjadi pengacau rantai pasok yang brutal. 

Di tengah badai inilah, APBN Indonesia jadi pertaruhan. Narasi APBN sebagai shock absorber memang terdengar heroik, namun kita harus jujur: terlalu besar tagihan yang harus dibayar APBN 2026.

Ketika geopolitik memanas, harga minyak mentah mendidih di kisaran US$70–90 per barel. Bagi net-importir seperti Indonesia, ini mimpi buruk. Di sisi lain, kebijakan The Fed membuat Dolar AS perkasa, menekan Rupiah dan memicu inflasi. 

Pemerintah dihadapkan pada pilihan simalakama: membiarkan harga pasar menghantam daya beli rakyat, atau menahan harga dengan risiko pendarahan fiskal. Sejauh ini, opsi kedua lah yang diambil.

Data APBN 2025 menelanjangi betapa mahalnya harga sebuah stabilitas. Alokasi subsidi dan kompensasi energi diproyeksikan menembus Rp 315 triliun. Angka raksasa ini habis hanya untuk menahan harga BBM dan listrik. Secara sosial langkah ini bisa dimaklumi, namun secara ekonomi, ini adalah opportunity cost yang mahal. Tanpa perubahan kebijakan naik harga, jelas pos ini jadi sumber tekor.

Tapi ada angka tagihan yang lebih besar tahun depan. Beban bunga utang yang harus dibayar pemerintah hampir tembus Rp 600 triliun. Angka ini belum termasuk utang jatuh tempo yang harus dibayar baik tunai atau dengan utang baru.

Tagihan lain yang tidak kalah seru adalah untuk program makan gratis, yang hampir menyentuh Rp 350 triliun. Program populis yang tidak mungkin di tunda, apalagi dibatalkan oleh pemerintah. Masih ada lagi program sekolah gratis, yang membuat anggaran fungsi pendidikan tembus Rp 760 triliun tahun depan, juga program koperasi desa dengan anggaran tak kurang dari Rp 80 triliun, rumah rakyat, dan lain-lain.

Pemerintah juga tidak akan menunda belanja senjata yang sudah dipesan sebelumnya. Tentu jumlah yang tidak kecil untuk beli peralatan tempur ini, meskipun terbukti manfaat untuk tangani bencana. Anggaran pertahanan yang berbaju sektor pangan, energi, dan lain-lain, tentu tak bisa ditunda kalau urusannya untuk bayar gaji. Semoga gelembung tidak meletus tahun depan.

Selanjutnya: Banjir Surat Berharga Negara di 2026

Bagikan
Topik Terkait

Berita Terbaru

Emiten Semen Bisa Pulih Secara Bertahap, Simak Rekomendasi Sahamnya
| Selasa, 23 Desember 2025 | 07:45 WIB

Emiten Semen Bisa Pulih Secara Bertahap, Simak Rekomendasi Sahamnya

Emiten sektor semen berpeluang memasuki fase pemulihan pada 2026 setelah melewati tahun yang menantang.

Tax Holiday Deras, Investasi IKN Terkuras
| Selasa, 23 Desember 2025 | 07:43 WIB

Tax Holiday Deras, Investasi IKN Terkuras

Tercatat 290 perusahaan memperoleh tax holiday, dengan 102 perusahaan telah beroperasi dan merealisasikan investasi sebesar Rp 480 triliun.

Produksi Nikel di 2026 Dibatasi, Saham NCKL, INCO, HRUM, hingga ANTM Makin Seksi
| Selasa, 23 Desember 2025 | 07:43 WIB

Produksi Nikel di 2026 Dibatasi, Saham NCKL, INCO, HRUM, hingga ANTM Makin Seksi

Kebijakan pemangkasan produksi nikel oleh Pemerintah RI diharapkan mendongkrak harga sehingga akan berefek positif ke emiten.

ASII Masih Melirik Peluang Bisnis di Sektor Kesehatan
| Selasa, 23 Desember 2025 | 07:42 WIB

ASII Masih Melirik Peluang Bisnis di Sektor Kesehatan

Hingga saat ini, total investasi Grup Astra di bidang jasa kesehatan telah mencapai sekitar Rp 8,6 triliun.

Likuiditas Melimpah, Riil Masih Lemah
| Selasa, 23 Desember 2025 | 07:39 WIB

Likuiditas Melimpah, Riil Masih Lemah

Kenaikan M2 lebih banyak ditopang oleh peningkatan uang kuasi, terutama simpanan berjangka dan tabungan di perbankan. ​

DJP Memperketat Status Pajak WNI Diaspora
| Selasa, 23 Desember 2025 | 07:30 WIB

DJP Memperketat Status Pajak WNI Diaspora

DJP terapkan status pajak WNI diaspora lewat uji berjenjang untuk kondisi sebenarnya.                   

ELPI Kantongi Kontrak Rp 2,9 Triliun dari Genting Group
| Selasa, 23 Desember 2025 | 07:14 WIB

ELPI Kantongi Kontrak Rp 2,9 Triliun dari Genting Group

PT Pelayaran Nasional Ekalya Purnamasari Tbk (ELPI) mengantongi kontrak jangka panjang untuk proyek floating liquefied natural gas (FLNG) Genting 

Tekanan Batubara Belum Reda, AADI Fokus Efisiensi
| Selasa, 23 Desember 2025 | 07:11 WIB

Tekanan Batubara Belum Reda, AADI Fokus Efisiensi

PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) berupaya mempertahankan kinerjanya tetap stabil dengan menjaga efisiensi biaya

Kinerja Summarecon Agung Tbk (SMRA) Bakal Terangkat Stimulus
| Selasa, 23 Desember 2025 | 06:45 WIB

Kinerja Summarecon Agung Tbk (SMRA) Bakal Terangkat Stimulus

Penjualan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) diproyeksi akan pulih pada pertengahan tahun 2026, setelah lesu di awal tahun

Nasabah Korporasi Masih Menahan Ekspansi, Simpanan Rekening Jumbo Melesat
| Selasa, 23 Desember 2025 | 06:45 WIB

Nasabah Korporasi Masih Menahan Ekspansi, Simpanan Rekening Jumbo Melesat

Nasabah kaya dan korporasi nampaknya masih hati-hati dalam memutar uang yang dimiliki. Alih-alih belanja, mereka pilih memarkirkan dana di bank.​

INDEKS BERITA

Terpopuler