Berita Market

Asing Masuk Kembali ke Pasar SBN

Selasa, 12 April 2022 | 04:00 WIB
Asing Masuk Kembali ke Pasar SBN

Reporter: Aris Nurjani | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Porsi kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia kembali naik. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR), di periode 31 Maret-7 April 2022, asing masuk ke SBN sebesar Rp 8,94 triliun, sehingga kepemilikan asing  mencapai Rp 857,23 triliun.

Per tanggal 31 Maret 2022, porsi kepemilikan asing di SBN menyentuh titik terendahnya, 17,57%. Kini porsi kepemilikan asing kembali naik ke 17,73%. "Dapat diartikan mulai ada peningkatan appetite dari investor asing untuk masuk ke SBN, meskipun belum terlihat agresif," kata Head of Fixed Income Bank Negara Indonesia (BNI) Fayadri, Senin (11/4).

Menurut dia, asing belum agresif membeli SBN karena secara umum, pasar obligasi masih dibayangi oleh rencana kenaikan suku bunga acuan global dan domestik untuk meredam tekanan inflasi. Sentimen negatif konflik Rusia-Ukraina juga masih terasa.

Analis Kanaka Hita Solvera Raditya Pradana menilai, secara umum pasar SBN masih menarik. Ekonomi Indonesia terhitung stabil. Outlook makroekonomi solid, sehingga investor asing merasa nyaman masuk ke SBN. Pemulihan ekonomi juga berjalan lancar. Selain itu, ada rencana pemerintah mengubah status pandemi menjadi endemi.

Raditya mengatakan yang terpenting di kondisi saat ini adalah keamanan berinvestasi yang lebih ditekankan oleh investor, baik itu investor asing ataupun lokal. "Rasa aman ini dapat digambarkan melalui kondisi makroekonomi Indonesia saat ini yang solid," kata dia.

Di sisi lain, spread antara obligasi dalam negeri dengan obligasi Amerika Serikat saat ini juga masih besar. Ini menjadi daya tarik tambahan bagi obligasi negara.

Kemarin, yield surat utang negara tenor 10 tahun mencapai 6,85%. Sementara yield AS per pukul 21.21 WIB kemarin sebesar 2,74%.

Sekadar info, yield Indonesia termasuk salah satu yang tertinggi di Asia. Yield Indonesia cuma kalah tinggi dari yield obligasi India yang sebesar 7,15% dan Pakistan yang mencapai 11,82%.

Di sisi lain, potensi kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) bisa jadi sentimen negatif bagi pasar SBN. Lazimnya, saat bunga naik, harga obligasi akan turun. Ini akan mempengaruhi minat asing berinvestasi di SBN.

Selain itu, konflik Rusia-Ukraina masih membayangi minat investor dalam memilih portofolio investasi. Toh, Raditya melihat, investasi di obligasi negara tahun ini bisa memberi keuntungan 7,65%.

 

Terbaru