Bersabar Memetik Return Reksadana Saham di Kala Bursa Turun

Selasa, 03 Desember 2024 | 09:46 WIB
Bersabar Memetik Return Reksadana Saham di Kala Bursa Turun
[ILUSTRASI. Suasana main hall Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (20/11/2024).  KONTAN/Cheppy A. Muchlis]
Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - Kesabaran itu pahit, tapi buahnya manis. Pandangan Aristoteles ini kedengarannya cocok sambil mengamati imbal hasil reksadana saham belakangan.

Bagaimana tidak, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berkinerja minus 0,92% sepanjang tahun ini atau year to date (ytd). Indeks LQ45 yang berisikan saham-saham berkapitalisasi besar dan likuid, meluncur sampai minus 9,74% per Kamis (28/11).

Reksadana saham yang 80% sampai 100% portofolionya ditempatkan di saham, ikut terseret dan mencatatkan return minus tahun ini. Namun, bagi investor yang sabar menempatkan dananya di reksadana saham, sebenarnya sudah sempat merasakan buah manis dari investasi horizon panjang.

Bernard Setyadi, Head of Research Trimegah Asset Management bilang, investor yang cocok untuk reksadana saham adalah profil risiko agresif atau siap menghadapi risiko tinggi demi potensi imbal hasil tinggi dalam jangka panjang.

Selain itu, investor dengan horizon jangka panjang. Reksadana saham lebih cocok untuk investor yang tidak membutuhkan dana dalam waktu dekat. "Karena volatilitas dapat diatasi dengan waktu," katanya.

Menurut Bernard, pasar saham tahun ini memang mendapat tantangan. Dari ekspektasi penurunan suku bunga global yang melambat (higher for longer), pelambatan ekonomi, dan pelemahan rupiah menekan pasar secara keseluruhan.

Head of Equity BNP Paribas Asset Management Amica Darmawan menjelaskan, pada paruh kedua 2024, pergerakan pasar saham Indonesia sangat tergantung pada pergerakan pasar global. Stimulus besar China menyebabkan dana asing keluar menuju pasar negeri tembok raksasa. Konflik geopolitik Timur Tengah ikut menambah tekanan karena kenaikan harga minyak akan berdampak negatif bagi neraca perdagangan Indonesia.

"Faktor makro tersebut menyebabkan rupiah untuk melemah dan investor asing untuk melakukan aksi profit taking terutama di saham berkapitalisasi besar," sebut Amica.

Karena itu, setidaknya dalam jangka panjang hingga semester satu 2024 lalu, kinerja reksadana saham cukup positif.

Reksadana BNP Paribas Ekuitas mencatatkan return 16,62% dalam 3 tahun hingga akhir Juni 2024. Jika ditarik sepanjang tahun ini hingga Kamis (28/11), turun 3,7% year to date, dan penurunannya lebih soft dibanding acuan LQ45.

BNP Paribas Ekuitas memiliki kinerja lebih baik dibanding benchmark selama tiga tahun terakhir karena pemilihannya pada sektor-sektor yang bersifat kebijakan konsumen.

BNP Paribas juga lebih aktif dalam pengelolaan kas untuk memitigasi pergerakan pasar yang sangat berfluktuasi. "Kami mengingatkan para investor untuk memahami produk serta menyesuaikan dengan profil risiko dan tujuan sebelum berinvestasi," ucap Amica.

Begitu juga reksadana TRIM Kapital Plus memberi return 17,69% dalam 5 tahun hingga Juni 2024. Sedang sepanjang tahun ini turun hanya 0,68%.

"Mengacu IHSG secara year to date, penurunan kinerja indeks diakibatkan dengan penurunan harga saham-saham dengan kapitalisasi besar yang juga mendominasi portofolio TRIM Kapital Plus, terutama di sektor keuangan dan energi," ungkap Bernard.

BNP Paribas Ekuitas menjadi salah satu pemenang reksadana saham "8-th Bareksa-Kontan Fund Night 2024" untuk kategori 3 tahun dan 5 tahun. 

Sedangkan TRIM Kapital Plus memenangkan kategori reksadana saham untuk kategori 5 tahun. 

Tetap positif

Manajer Investasi akan tetap melakukan strategi agar kinerja portofolio tak turun lebih dalam dibanding acuan, bahkan berkinerja lebih baik. BNP Paribas, misalnya, akan terus melakukan seleksi pemilihan saham dan sektor melalui analisis valuasi dan katalis secara terstruktur dan disiplin.

Sementara Trimegah melakukan rebalancing portofolio dengan mulai menetralkan posisi pada saham-saham big caps, yang berada pada posisi underweight. Ini untuk memanfaatkan potensi rebound sambil tetap menjaga risiko portofolio di level yang wajar.

Pasar juga tetap harus memperhatikan beberapa sentimen ke depan. Antara lain, ekspektasi stimulus lebih tinggi di China dan risiko ketidakpastian hasil Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) yang berpotensi berdampak negatif terhadap pasar negara berkembang. Ini terkait imbal hasil obligasi negeri Paman Sam yang akan tetap tinggi, tren penguatan dollar AS, atau peningkatan premi risiko ekuitas.

Amica melihat, ada beberapa hal positif di pasar domestik seperti susunan kabinet baru yang memberikan kepercayaan kepada investor akan transisi kebijakan yang lancar.

"Koreksi di pasar saham baru-baru ini adalah peluang baik untuk meningkatkan kepemilikan di jangka menengah," sebut Amica. Dia juga memperkirakan, aliran dana akan kembali ke saham berkapitalisasi besar, seiring berkurangnya arus keluar dana asing.

Sedangkan Bernard memprediksikan, prospek TRIM Kapital Plus tetap positif, terutama jika pasar saham membaik. Yang jadi pendorong adalah kinerja emiten yang masih baik.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Meski BI Rate Dipangkas 150 Basis Poin, Bunga Kredit Baru Turun 15 Basis Poin
| Jumat, 24 Oktober 2025 | 13:31 WIB

Meski BI Rate Dipangkas 150 Basis Poin, Bunga Kredit Baru Turun 15 Basis Poin

BI rate turun agresif, tapi bunga kredit masih tinggi. Transmisi kebijakan moneter ke perbankan berjalan lambat pada tahun ini.

Fase Konsolidasi & Efek Profit Taking, Inflow ETF Bitcoin dan Ethereum Terus Menurun
| Jumat, 24 Oktober 2025 | 09:21 WIB

Fase Konsolidasi & Efek Profit Taking, Inflow ETF Bitcoin dan Ethereum Terus Menurun

Penurunan dana ETF kripto belakangan ini juga lebih mencerminkan sikap hati-hati investor menjelang akhir tahun.

Bisnis Pengelolaan Dana Nasabah Tajir di Bank Semakin Bersinar
| Jumat, 24 Oktober 2025 | 08:55 WIB

Bisnis Pengelolaan Dana Nasabah Tajir di Bank Semakin Bersinar

Bisnis wealth management atau pengelolaan dana nasabah tajir perbankan terus menunjukkan pertumbuhan positif.​

Permintaan Masih Lemah, Kredit Korporasi Goyah
| Jumat, 24 Oktober 2025 | 08:50 WIB

Permintaan Masih Lemah, Kredit Korporasi Goyah

​Permintaan kredit perbankan di segmen debitur korporasi masih lemah karena pelaku usaha korporasi masih wait and see

Prospeknya Seksi, Setelah TOBA & MHKI, SPMA juga Bakal Masuk Bisnis Pengolahan Limbah
| Jumat, 24 Oktober 2025 | 08:30 WIB

Prospeknya Seksi, Setelah TOBA & MHKI, SPMA juga Bakal Masuk Bisnis Pengolahan Limbah

Untuk memuluskan agenda ekspansi, SPMA bakal menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 30 Oktober 2025. ​

Timah (TINS) Cari Mitra Penambangan di Laut
| Jumat, 24 Oktober 2025 | 08:20 WIB

Timah (TINS) Cari Mitra Penambangan di Laut

Inisiatif tersebut diharapkan dapat mendorong partisipasi pelaku usaha sekaligus memastikan pengelolaan SDA dilakukan secara bertanggung jawab.

Produsen Optimistis Bisa Capai Target
| Jumat, 24 Oktober 2025 | 08:16 WIB

Produsen Optimistis Bisa Capai Target

Asus Indonesia sangat optimistis dapat menuntaskan target penjualan 1 juta unit laptop hingga akhir 2025,

Tren Gerai Restoran Siap Saji Mulai Bergeser
| Jumat, 24 Oktober 2025 | 08:14 WIB

Tren Gerai Restoran Siap Saji Mulai Bergeser

Perubahan strategi gerai cepat saji yang kini lebih banyak bermigrasi ke lokasi suburban dan food court

Ekosistem Industri Udang Indonesia Terguncang
| Jumat, 24 Oktober 2025 | 08:11 WIB

Ekosistem Industri Udang Indonesia Terguncang

Industri udang nasional terdampak tarif tinggi Trump dan isu pencemaran radioaktif sehingga mengguncang ekosistem udang dari hulu hingga hilir

Penambang Nikel Ingin Aturan DHE Diperlonggar
| Jumat, 24 Oktober 2025 | 08:07 WIB

Penambang Nikel Ingin Aturan DHE Diperlonggar

Bagi perusahaan yang mengekspor produk olahan seperti ferronickel dan stainless steel, aturan sekarang cukup memberatkan.

INDEKS BERITA

Terpopuler