China Gencar Menerbitkan Izin untuk Pembangunan Pembangkit Batubara di Tahun Ini

Senin, 24 April 2023 | 10:35 WIB
China Gencar Menerbitkan Izin untuk Pembangunan Pembangkit Batubara di Tahun Ini
[ILUSTRASI. Kegiatan nelayan di depan danau dengan latar belakang pembangkit milik State Development and Investment Corporation (SDIC) di Tianjin, China, 14 Oktober 2021. REUTERS/Thomas Peter ]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Penerbitan izin baru untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga batubara di China masih semarak. Organisasi lingkungan Greenpeace pada Senin mempublikasi hasil penelitiannya yang menunjukkan pemerintah daerah China telah menyetujui pembangunan pembangkit batubara dengan total kapasitas 20,45 gigawatt (GW) pada kuartal pertama tahun ini. 

Banyaknya izin pembangunan pembangkit di kuartal pertama tahun ini, melanjutkan kecenderungan yang telah terjadi sejak tahun lalu. Nenurut hasil pemantauan Greenpeace, izin pembangunan pembangkit yang terbit sepanjang tahun lalu memiliki kapasitas total 90 GW.

Angka yang dicatat dua lembaga energi dunia, Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) serta Global Energy Monitor (GEM), lebih tinggi lagi. Dalam laporan risetnya yang terbit Februari lalu, CREA dan GEM menyebut otoritas di China telah menerbitkan izin konstruksi pembangkit batubara dengan total kapasitas 106 GW sepanjang tahun 2022.

Padahal, total kapasitas pembangkit baru yang diizinkan di China untuk tahun 2021 hanya berkisar 20 GW, menurut ketiga lembaga itu. Greenpeace pun menyebut angka kapasitas dalam izin untuk pembangkit baru di kuartal pertama tahun ini saja sudah melampaui seluruh kapasitas yang diperbolehkan dibangun menurut izin yang terbit sepanjang tahun 2021.

Baca Juga: Dewi Kam, Wanita Paling Tajir di Indonesia Masuk dalam Daftar 10 Orang Terkaya RI

CREA dan GEM menyebut, penerbitan izin pembangkit baru dengan kapasitas besar-besaran memang tidak serta berarti bahwa penggunaan batubara atau emisi CO2 dari sektor listrik akan meningkat di China. Emisi karbon tidak akan meningkat apabila China mampu mempertahankan pertumbuhan pasokan listrik dari pembangkit energi nonfosil, seperti pembangkit air, angin, matahari atau nuklir. Pemerintah China telah berjanji bahwa negaranya akan mulai mengurangi pemanfaatan batubara untuk pembangkit listrik selama 2026–2030. 

Banjir penerbitan izin baru untuk pembangunan pembangkit batubara dikaitkan dengan kekeringan yang melanda China sepanjang tahun lalu. Cuaca buruk mengakibatkan penurunan volume debit air di seluruh negeri. Termasuk, air yang bisa digunakan untuk pembangkit listrik. Ini yang menjadi alasan pemerintah daerah untuk semakin berhati-hati dalam mengandalkan sumber energi terbarukan.

Krisis energi yang sempat dialami China di tahun 2021, hingga menyebabkan gelombang pemadaman listrik, turut menjadi alaan banyak pemerintah daerah untuk gencar menerbitkan izin pembangkit listrik batubara.

Baca Juga: Harga Komoditas Energi Menguat dalam Sebulan, Ini Prospeknya di Tahun 2023

Para analis tidak satu suara mengenai banjir izin baru pembangkit listrik batubara di China. Ada yang menganggap China telah mengalami kelebihan pasokan. Dan, gelombang pemadaman yang terjadi pada tahun 2021 lebih disebabkan oleh infrastruktur jaringan yang tidak memadai. Untuk memicu lebih banyak investasi di jaringan, China dinilai perlu melakukan reformasi sistim penetapan harga jual listrik.

"Jaringan listrik China tidak kekurangan kapasitas pembangkitan. Yang terjadi, sistim transmisi listrik China tidak fleksibel. Ini mengakibatkan transfer dan penyimpanan listrik terhambat," tutur Xie Wenwen, juru kampanye iklim dan energi Greenpeace. 

Namun ada pula yang menilai, pembangkit yang hendak dibangun lebih disiapkan sebagai pemasok cadangan selama periode permintaan puncak terjadi. Itu berarti pemanfaatan kapasitas akan terus turun dan emisi karbon belum tentu meningkat. 

"Penurunan faktor kapasitas dan penghentian pembangkit batu bara berarti emisi sektor listrik China kemungkinan akan mencapai puncaknya pada awal 2024," ujar William Chia, peneliti di S&P Global Commodity Insights, seperti dikutip Reuters.

Bagikan

Berita Terbaru

Rajin Ekspansi Bisnis, Kinerja Grup Merdeka Masih Merana, Ada Apa?
| Minggu, 21 Desember 2025 | 08:06 WIB

Rajin Ekspansi Bisnis, Kinerja Grup Merdeka Masih Merana, Ada Apa?

Tantangan utama bagi Grup Merdeka pada 2026 masih berkaitan dengan volatilitas harga komoditas, terutama nikel. 

Chandra Asri Pacific (TPIA) Terbitkan Obligasi Sebesar Rp 1,5 Triliun
| Minggu, 21 Desember 2025 | 07:42 WIB

Chandra Asri Pacific (TPIA) Terbitkan Obligasi Sebesar Rp 1,5 Triliun

Dana bersih dari hasil obligasi ini, setelah dikurangi biaya-biaya emisi, akan digunakan seluruhnya untuk keperluan modal kerja. 

Kelolaan Reksadana Syariah Tumbuh Subur di 2025
| Minggu, 21 Desember 2025 | 07:00 WIB

Kelolaan Reksadana Syariah Tumbuh Subur di 2025

Dana kelolaan reksadana syariah mencapai Rp 81,54 triliun per November 2025, meningkat 61,30% secara year-to-date (ytd). 

Menjaga Keseimbangan Cuan Bisnis Bank Syariah & ESG
| Minggu, 21 Desember 2025 | 06:10 WIB

Menjaga Keseimbangan Cuan Bisnis Bank Syariah & ESG

Di tengah dorongan transisi menuju ekonomi rendah karbon, perbankan diposisikan sebagai penggerak utama pembiayaan berkelanjutan.

Mengunci Target Pertumbuhan Ekonomi
| Minggu, 21 Desember 2025 | 06:10 WIB

Mengunci Target Pertumbuhan Ekonomi

​ Pemerintah, dengan semangat dan ambisi besar seperti biasanya, menargetkan 2026 sebagai pijakan awal menuju mimpi pertumbuhan ekonomi 8%.

Menapak Jejak Cuan dari Bisnis Jalan-jalan
| Minggu, 21 Desember 2025 | 05:30 WIB

Menapak Jejak Cuan dari Bisnis Jalan-jalan

Olahraga berbasis alam kian diminati, terutama oleh orang tua yang ingin mengajak anak-anaknya ke alam. 

Adu Perkasa Golongan Skuter Matik Berbadan Raksasa
| Minggu, 21 Desember 2025 | 05:10 WIB

Adu Perkasa Golongan Skuter Matik Berbadan Raksasa

Sepeda motor skuter matik (skutik) premium semakin populer di pasar sepeda motor Indonesia. Seiring kebutuhan mobilitas

Perbankan Perkuat Kapasitas dan Keamanan Sistem TI
| Sabtu, 20 Desember 2025 | 11:11 WIB

Perbankan Perkuat Kapasitas dan Keamanan Sistem TI

Sejumlah bank memastikan layanan digital akan tetap andal dalam melayani nasabah selama momentum Nataru

SUPA Ngegas, Saham Bank Digital Lain Lemas
| Sabtu, 20 Desember 2025 | 11:09 WIB

SUPA Ngegas, Saham Bank Digital Lain Lemas

Kehadiran PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) di Bursa Efek Indonesia (BEI) berdampak berbeda bagi saham bank digital lainnya.​

Efek Program MBG ke Ekonomi Terbatas
| Sabtu, 20 Desember 2025 | 08:09 WIB

Efek Program MBG ke Ekonomi Terbatas

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) belum optimal menggerakkan ekonomi dan menciptakan kerja setelah setahun, kata CSIS, Paramadina, dan CELIOS. 

INDEKS BERITA

Terpopuler