Emiten Manufaktur Yakin Mampu Menghadapi Resesi

Jumat, 15 Juli 2022 | 04:00 WIB
Emiten Manufaktur Yakin Mampu Menghadapi Resesi
[]
Reporter: Nur Qolbi | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ancaman resesi menghantui perekonomian dunia. Survei Bloomberg menunjukkan, Indonesia masuk daftar 15 negara yang berpotensi mengalami resesi.

Salah satu tanda resesi adalah kontraksi pendapatan manufaktur untuk periode waktu yang panjang. Direktur Utama PT Siantar Top Tbk (STTP) Armin berpendapat, resesi global memang sudah ada di depan mata dan tidak dapat dihindari. 

Alasannya, sebelum ini ada pandemi Covid-19. Kini ada konflik Rusia dan Ukraina. Situasi ini membuat harga bahan baku dan energi naik, akibat terhambatnya logistik. 

Baca Juga: IHSG Dihantui Ancaman Stagflasi dan Outflow Investor Asing di Semester Dua 2022

Namun Armin yakin pengaruhnya tidak akan terlalu besar. Penjualan STTP mayoritas ditujukan ke pasar dalam negeri. Sementara penjualan ekspor STTP per kuartal I-2022 berkontribusi 7,87% dari total pendapatan Rp 1,18 triliun, sisanya dari domestik. 

Armin juga menyebut, pasar ekspor STTP di China, Taiwan dan Korea tidak terlalu terdampak. Ke depan, dia menyebut STTP akan diversifikasi pasar. STTP juga tidak ngotot menaikkan harga. 

Armin menegaskan, STTP baru akan menaikkan harga jual jika produk sudah tidak bisa menolerir kenaikan biaya produksi. "Jadi tidak bisa serta merta mematok margin harus sekian. Kami harus lihat kondisi demand juga. Kalau asal menaikkan harga tapi demand tidak ada, ya kami juga jeblok," tutur Armin. 

Baca Juga: Kegiatan Dunia Usaha Menggeliat, Ini Kata Ekonom BCA

STTP juga akan melakukan efisiensi pada proses produksi maupun infrastruktur. Menurut Armin, permintaan produk STTP masih stabil berkat langkah STTP memperbaiki infrastruktur, sehingga distribusi barang masih terjaga. Oleh sebab itu, sejauh ini, target pertumbuhan top line dan bottom line STTP masih sama, yakni naik dua digit.

Sekretaris Perusahaan PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) Amelia Allen mengatakan, ERAA akan tetap memantau kondisi yang terjadi di industri maupun ekonomi secara keseluruhan. Namun dia bilang, permintaan atas produk gadget dan headset tetap ada di pasar. "Erajaya terus mendorong kinerja dengan promosi dan diskon, memberi layanan mobile selling, dan lainnya," tutur Amelia. 

Wakil Direktur Utama PBRX Anne Patricia Sutanto juga masih yakin, permintaan tekstil dan garmen masih tinggi. "Indonesia justru dapat pengalihan pesanan dari negara lain," ujar dia. Bahkan PBRX akan menambah kapasitas produksi di tahun depan. Tahun ini, PBRX akan fokus memperbaiki likuiditas.

Baca Juga: Lonjakan Inflasi AS Menyeret Bursa Asia ke Zona Merah, Kamis (14/7)

Bagikan

Berita Terbaru

Setelah Izinnya Dicabut, Kini P2P Lending Crowde Digugat Bank Mandiri Rp 730 Miliar
| Sabtu, 22 November 2025 | 06:38 WIB

Setelah Izinnya Dicabut, Kini P2P Lending Crowde Digugat Bank Mandiri Rp 730 Miliar

Gugatan ini bukan kali pertama dilayangkan Bank Mandiri. 1 Agustus lalu, bank dengan logo pita emas ini juga mengajukan gugatan serupa.

Ini Bisa Jadi Valas Pilihan Saat Dolar AS Perkasa
| Sabtu, 22 November 2025 | 06:30 WIB

Ini Bisa Jadi Valas Pilihan Saat Dolar AS Perkasa

Volatilitas tinggi di pasar valuta asing memerlukan kehati-hatian dan sesuaikan dengan profil risiko

Dharma Polimetal (DRMA) Bersiap Akuisisi dan Ekspansi Bisnis
| Sabtu, 22 November 2025 | 05:20 WIB

Dharma Polimetal (DRMA) Bersiap Akuisisi dan Ekspansi Bisnis

DRMA sedang merampungkan akuisisi PT Mah Sing Indonesia. Akuisisi 82% saham perusahaan komponen plastik tersebut mencatat nilai Rp 41 miliar.

Jasnita Telekomindo (JAST) Memacu Ekspansi Bisnis Berbasis Teknologi
| Sabtu, 22 November 2025 | 05:17 WIB

Jasnita Telekomindo (JAST) Memacu Ekspansi Bisnis Berbasis Teknologi

Melihat rencana bisnis PT Jasnita Telekomindo Tbk (JAST) yang tengah memperkuat portofolio produk berbasis teknologi

Banyak Fraud, Industri Fintech Butuh Penjaminan
| Sabtu, 22 November 2025 | 04:55 WIB

Banyak Fraud, Industri Fintech Butuh Penjaminan

Risiko tinggi bikin asuransi fintech lending sulit dibuat dan butuh persiapan yang sangat matang agar tidak menambah risiko

Menakar Plus Minus Produk Pembiayaan untuk Investasi Reksadana
| Sabtu, 22 November 2025 | 04:50 WIB

Menakar Plus Minus Produk Pembiayaan untuk Investasi Reksadana

Bank Sinarmas resmi meluncurkan fasilitas kredit untuk produk reksadana milik PT Surya Timur Alam Raya Asset Management. 

United Tractors (UNTR) Gali Bisnis Tambang Mineral
| Sabtu, 22 November 2025 | 04:30 WIB

United Tractors (UNTR) Gali Bisnis Tambang Mineral

UNTR sedang menuntaskan proses untuk mengakuisisi Proyek Doup, tambang emas yang saat ini dimiliki oleh PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB).

Perdagangan Australia–Indonesia Masuki Fase Baru, Melejit Tiga Kali Lipat!
| Sabtu, 22 November 2025 | 03:35 WIB

Perdagangan Australia–Indonesia Masuki Fase Baru, Melejit Tiga Kali Lipat!

Hubungan ekonomi Indonesia-Australia makin erat, didorong IA-CEPA. Perdagangan naik 3 kali lipat, investasi Australia ke RI melonjak 30%.

Nasib Gamang Proyek PSEL di Tangerang Selatan Antara Lanjut atau Harus Lelang Ulang
| Jumat, 21 November 2025 | 18:25 WIB

Nasib Gamang Proyek PSEL di Tangerang Selatan Antara Lanjut atau Harus Lelang Ulang

Nasib proyek Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) di Tangerang Selatan hingga kini belum jelas.

Peluang Bisnis Benih Sawit, Binasawit Makmur Jaga Kualitas & Distribusi
| Jumat, 21 November 2025 | 08:52 WIB

Peluang Bisnis Benih Sawit, Binasawit Makmur Jaga Kualitas & Distribusi

Anak usaha SGRO, BSM, menargetkan pasar benih sawit dengan DxP Sriwijaya. Antisipasi kenaikan permintaan, jaga kualitas & pasokan. 

INDEKS BERITA

Terpopuler