Emiten Media Diterpa Efek Penurunan Biaya Iklan

Senin, 19 September 2022 | 04:05 WIB
Emiten Media Diterpa Efek Penurunan Biaya Iklan
[]
Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten di bisnis media ditaksir belum bisa melaju kencang menjelang akhir tahun 2022. Kondisi makro ekonomi, terutama efek lonjakan inflasi dan kenaikan suku bunga acuan, bakal menjadi pemberat kinerja emiten media.

Analis Samuel Sekuritas Indonesia Muhammad Farras Farhan menyebut, belanja iklan alias advertising expenditure dari sejumlah sektor usaha diperkirakan stagnan. Bahkan belanja iklan perusahaan barang konsumsi alias fast moving consumer goods (FMCG) dan teknologi akan menurun seiring kenaikan tingkat suku bunga. 

"Inflasi juga membuat pendanaan sektor teknologi dan daya beli berkurang. Ini sudah tercermin di beberapa perusahaan FMCG yang mengurangi belanja iklan," tulis Farras dalam riset 6 September.

Baca Juga: Pendapatan Tumbuh, Laba Bersih Surya Citra Media (SCMA) Turun 15% di Semester I-2022

Di sisi lain, seiring dengan melemahnya harga komoditas, terutama CPO, anggaran iklan perusahaan FMCG diperkirakan akan pulih perlahan. "Karena kenaikan harga komoditas, terutama CPO, memberatkan FMCG. Tapi karena sudah mulai normalisasi harga, tahun depan diharapkan ada perbaikan juga di belanja iklan," jelas Christine Natasya, Analis Mirae Aset Sekuritas dalam risetnya. 

Analis Kanaka Hita Solvera Raditya Krisna Pradana melihat belum ada faktor signifikan yang bisa mendongkrak sektor usaha media. Menurut dia, situasi baru bisa berubah pada tahun depan, saat tahun politik melecut emiten media untuk berlari lebih kencang.

"Saat ini emiten media belum dapat angin segar. Belanja iklan juga belum berubah signifikan. Kami proyeksikan baru akan mengalami perubahan signifikan tahun depan," kata Raditya, kemarin.

Menimbang kondisi yang ada saat ini, Raditya menyebut, PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) dan PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) bisa menjadi emiten yang merajai menjelang akhir 2022. SCMA misalnya mendapatkan dorongan kuat dari platform over the top (OTT) Vidio.com. Terlebih dengan lisensi gelaran sepakbola berbagai liga top dunia serta FIFA World Cup (Piala Dunia) 2022.

Segmen digital 

Sementara itu, MNCN punya katalis dari aksi korporasi yang gemar dilakukan Grup MNC. Termasuk rencana merger dengan PT Global Mediacom Tbk (BMTR).

Analis Sucor Sekuritas Paulus Jimmy juga mengatakan, segmen digital cukup membantu kinerja SCMA dan MNCN. "Keduanya sekarang fokus mengembangkan bisnis digital mengikuti tren perkembangan jaman yang serba go digital," ungkap Jimmy.

Baca Juga: MNC Investama (BHIT) Resmi Ganti Nama Menjadi MNC Asia Holding

Namun, pendapatan SCMA akan tampak menurun lantaran bisnis OTT Vidio yang masih bakar uang. Tetapi diharapkan bisa terkompensasi dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi. "Bukan berarti jelek kalau pendapatan SCMA turun, karena Vidio sedang disiapkan sebagai mesin pertumbuhan," terang Jimmy. 

Terlebih Farras melihat pendapatan iklan TV cenderung flat. Karena itu, ia menilai SCMA akan bergantung ke bisnis digital. Jumlah pelanggan Vidio bisa bertambah menjelang Piala Dunia 2022. Vidio sudah memiliki 3,5 juta pelanggan berbayar dan 60 juta monthly active user.

Christine menulis dalam riset per 13 September, kondisi bisnis MNCN pada semester kedua akan lebih baik dibandingkan paruh pertama lalu. Ada peluang potensi iklan yang masuk selama gelaran Piala Dunia pada November-Desember nanti menyebar ke saluran TV lain selain SCMA sebagai penyiar resminya. 

Di sisi lain MNCN bisa bersandar dari beberapa program khusus, seperti Indonesian Idol, Masterchef, Indonesia's Got Talent, TikTok Award, hingga kembalinya Arya Saloka ke sinetron Ikatan Cinta. Program tersebut diharapkan mempertahankan pangsa pemirsa MNCN.        

Simak ulasan rekomendasi sektor media lebih detil sebagai berikut: 

Surya Media Citra (SCMA)

Pendapatan iklan SCMA diperkirakan cenderung flat tahun ini, terutama di tengah tekanan inflasi dan kenaikan suku bunga. Tapi, platform digital over-the-top (OTT) Vidio.com masih berpotensi tumbuh pesat, apalagi platform ini mendapat hak siar Piala Dunia 2022. Sayangnya, sebagian besar pendapatan SCMA masih berasal dari iklan televisi. Analis menimbang ada risiko dari pertumbuhan pelanggan Vidio yang di bawah ekspektasi, serta penurunan tajam belanja iklan.
Rekomendasi: Hold 
Target harga: Rp 240
Muhammad Farras Farhan, Samuel Sekuritas

Baca Juga: Emiten Media Menunggu Tahun Politik Datang

Net Visi Media (NETV)
Potensi pertumbuhan NETV didorong adanya berbagai konten kreatif baru yang akan segera dihadirkan; baik berupa konten yang sepenuhnya baru maupun konten yang lahir dari eksplorasi atas intellectual property (IP) yang saat ini telah dimiliki. Hingga semester I tahun ini, pendapatan iklan NETV menurun 17,74% menjadi Rp 183,04 miliar. Alhasil, pendapatan emiten ini menurun dan rugi bersih membengkak. Meski demikian, harga saat ini masih di bawah nilai wajar.
Rekomendasi: Buy 
Target harga: Rp 310
Raditya Krisna Pradana, Kanaka Hita Solverara

Media Nusantara Citra (MNCN) 
Kinerja MNCN pada semester II tahun ini akan lebih baik dibandingkan paruh pertama. MNCN memiliki beberapa program khusus seperti Indonesian Idol, Masterchef, Indonesia's Got Talent dan TikTok Award. Analis menilai kembalinya Arya Saloka membintangi sinetron Ikatan Cinta juga jadi sentimen positif. Program-program tersebut diharapkan bisa mempertahankan pangsa pemirsa MNCN di paruh kedua tahun ini dan membuat pendapatan iklan MNCN kian bertambah.
Rekomendasi : Buy 
Target : Rp 1.350
Christine Natasya, Mirae Asset Sekuritas

Baca Juga: Net Visi Media (NETV) Optimistis Prospek Industri Media Masih Cerah

Bagikan

Berita Terbaru

Menilik Peluang FILM Menyusup ke MSCI Global Standard
| Rabu, 10 Desember 2025 | 20:31 WIB

Menilik Peluang FILM Menyusup ke MSCI Global Standard

Menurutnya, pergerakan harga FILM merupakan kombinasi antara dorongan teknikal dan peningkatan kualitas fundamental.

Emiten Terafiliasi Grup Bakrie Kompak Menguat Lagi, Simak Rekomendasi Analis
| Rabu, 10 Desember 2025 | 20:09 WIB

Emiten Terafiliasi Grup Bakrie Kompak Menguat Lagi, Simak Rekomendasi Analis

Konglomerasi Salim bawa kredibilitas korporat, akses modal yang kuat, network bisnis yang luas, sehingga menjadi daya tarik investor institusi.

Reli Cepat Berujung Koreksi, Ini Prediksi Arah Harga Saham Mandiri Herindo (MAHA)
| Rabu, 10 Desember 2025 | 19:56 WIB

Reli Cepat Berujung Koreksi, Ini Prediksi Arah Harga Saham Mandiri Herindo (MAHA)

PT Mandiri Herindo Adiperkasa Tbk (MAHA) mengumumkan rencana pembelian kembali (buyback) saham dengan dana sebanyak-banyaknya Rp 153,58 miliar.

Saham FAST Diprediksi Masih Bisa Melaju, Sisi Fundamental dan Ekspansi Jadi Sorotan
| Rabu, 10 Desember 2025 | 11:00 WIB

Saham FAST Diprediksi Masih Bisa Melaju, Sisi Fundamental dan Ekspansi Jadi Sorotan

Selain inisiatif ekspansinya, FAST akan diuntungkan oleh industri jasa makanan Indonesia yang berkembang pesat.

Jejak Backdoor Listing Industri Nikel dan Kendaraan Listrik China di Indonesia
| Rabu, 10 Desember 2025 | 10:00 WIB

Jejak Backdoor Listing Industri Nikel dan Kendaraan Listrik China di Indonesia

Setelah pergantian kepemilikan, gerak LABA dalam menggarap bisnis baterai cukup lincah di sepanjang 2024.

Saham FAST Diprediksi Masih bisa Melaju, Sisi Fundamental dan Ekspansi Jadi Sorotan
| Rabu, 10 Desember 2025 | 08:30 WIB

Saham FAST Diprediksi Masih bisa Melaju, Sisi Fundamental dan Ekspansi Jadi Sorotan

Industri jasa makanan Indonesia diproyeksikan akan mencatat pertumbuhan hingga 13% (CAGR 2025–2030). 

Ancaman Penurunan Laba Bersih hingga 27%, Investor Diimbau Waspadai Saham Batubara
| Rabu, 10 Desember 2025 | 08:05 WIB

Ancaman Penurunan Laba Bersih hingga 27%, Investor Diimbau Waspadai Saham Batubara

Regulasi DHE 2026 mengurangi konversi valuta asing menjadi rupiah dari 100% ke 50%, membatasi likuiditas perusahaan batubara.

Proyek IKN Jadi Pedang Bermata Dua untuk Emiten BUMN Karya
| Rabu, 10 Desember 2025 | 07:51 WIB

Proyek IKN Jadi Pedang Bermata Dua untuk Emiten BUMN Karya

Kebutuhan modal kerja untuk mengerjakan proyek IKN justru bisa menambah tekanan arus kas dan memperburuk leverage.

Bangun Tiga Gerai Baru, DEPO Incar Pendapatan Rp 3 Triliun
| Rabu, 10 Desember 2025 | 07:49 WIB

Bangun Tiga Gerai Baru, DEPO Incar Pendapatan Rp 3 Triliun

Emiten bahan bangunan milik konglomerat Hermanto Tanoko itu berencana menambah tiga gerai baru tahun depan.

Cuaca Ekstrem dan Momentum Nataru Diklaim Jadi Pendorong Pemulihan Harga CPO
| Rabu, 10 Desember 2025 | 07:35 WIB

Cuaca Ekstrem dan Momentum Nataru Diklaim Jadi Pendorong Pemulihan Harga CPO

Emiten yang memiliki basis kebun kelapa sawit di Kalimantan diprediksi relatif lebih aman dari gangguan cuaca.

INDEKS BERITA

Terpopuler