Emiten Pelabuhan Dibayangi Penurunan Permintaan Ekspor

Rabu, 14 Juni 2023 | 04:43 WIB
Emiten Pelabuhan Dibayangi Penurunan Permintaan Ekspor
[ILUSTRASI. IPCC berharap, kinerjanya di tahun ini bisa tumbuh sebesar 15%-20% dari tahun lalu. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/tom.]
Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Dikky Setiawan

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Kinerja emiten pelabuhan dihantui potensi penurunan permintaan dari pasar ekspor. Pelaksana tugas Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Kasan Muhri, menyebut, ekonomi di beberapa negara tujuan ekspor melambat. Kondisi ini berpotensi menurunkan permintaan ekspor. 

Direktur Utama PT Jasa Armada Indonesia Tbk (IPCM) Shanti Puruhita, mengatakan, jika permintaan ekspor melemah, hal ini akan memicu perubahan trafik pada beberapa pelabuhan yang dilayani oleh IPCM.

Saat ini IPCM melayani jasa pelabuhan umum, tersus (Terminal Khusus), ship to ship (STS), dan terminal untuk kepentingan sendiri (TUKS). 

Baca Juga: Bakal Bangun 2 Kapal, Jasa Armada (IPCM) Siapkan Rp 140 Miliar

Reza Priyambada, Investor Relation PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) menimpali, bisnis IPCC berkaitan dengan industri otomotif dan alat berat. 

"Ketika kedua industri tersebut terganggu, maka bisnis kami terkena dampaknya," ujar Reza kepada Kontan, akhir pekan lalu. 

Untuk memaksimalkan kinerja tahun ini, IPCC akan fokus genjot ekspansi di wilayah operasional. IPCC akan memanfaatkan bergabungnya Pelindo untuk menjajaki wilayah kerjasama operasional di luar wilayah Tanjung Priok.

Target pertumbuhan

Ekspansi lain, menyediakan lapangan penumpukan atau parkir di luar wilayah terminal yang disebut sebagai pre-delivery center.

"Kami juga tengah menjajaki ekspansi layanan all in atau disebut door to door service. Pelayanan dari terminal langsung menuju end user," papar Reza.

Dengan ekspansi tersebut, IPCC berharap, kinerjanya di tahun ini bisa tumbuh sebesar 15%-20% dari tahun lalu. 
Strategi menggenjot kinerja juga dilakukan IPCM. 

Baca Juga: IPCC Menyiapkan Capex Hingga Rp 200 Miliar di Tahun 2024

Shanti menjelaskan, selain akan menambah investasi armada, IPCM akan ekspansi pasar layanan pandu dan tunda kapal di pelabuhan umum serta TUKS di sejumlah wilayah.

Selain itu, IPCM mengembangkan digitalisasi proses permintaan layanan jasa pandu dan tunda kapal. Ini untuk menurunkan waiting time kapal. "Jadi, biaya logistik layanan angkutan laut akan semakin efisien," kata Shanti.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta, menilai, di tengah melambatnya ekonomi global, emiten pelabuhan bisa mengoptimalkan pasar domestik. Terlebih, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terbilang stabil. 

Untuk saham emiten pelabuhan, Nafan hanya merekomendasikan hold saham IPCC dengan target harga Rp 750.

Bagikan

Berita Terbaru

Bunga Harus Turun Agar Kredit Kembali Kencang
| Kamis, 15 Mei 2025 | 01:53 WIB

Bunga Harus Turun Agar Kredit Kembali Kencang

Suku bunga diharapkan bisa turun demi mendorong pertumbuhan kredit hingga akhir tahun, di tengah kondisi likuiditas perbankan yang masih ketat.​

Net Buy Rp 2,84 Triliun Saat IHSG Naik 2,15% Hari Ini, Asing Berburu Saham Bank
| Rabu, 14 Mei 2025 | 18:43 WIB

Net Buy Rp 2,84 Triliun Saat IHSG Naik 2,15% Hari Ini, Asing Berburu Saham Bank

Rabu (14/5), IHSG melesat 2,15% atau 147,08 poin ke 6.979,88 pada perdaganan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Donald Trump Berkunjung ke Timur Tengah, Dampaknya ke Harga Minyak bisa Signifikan?
| Rabu, 14 Mei 2025 | 16:18 WIB

Donald Trump Berkunjung ke Timur Tengah, Dampaknya ke Harga Minyak bisa Signifikan?

Donald Trump berkepentingan mendorong harga minyak naik demi mendorong investasi hulu migas di Amerika Serikat.

Laju Pertumbuhan Melambat, Jumlah Penduduk Indonesia Masih Terbesar Keempat Dunia
| Rabu, 14 Mei 2025 | 15:56 WIB

Laju Pertumbuhan Melambat, Jumlah Penduduk Indonesia Masih Terbesar Keempat Dunia

Pada tahun 2015, laju pertumbuhan penduduk Indonesia tercatat 1,38%. Angka ini terus menurun setiap tahunnya, hingga mencapai 1,09% pada 2025. 

Saham Properti Naik Signifikan Sebulan Terakhir, Diprediksi Masih bisa Naik Lagi
| Rabu, 14 Mei 2025 | 13:10 WIB

Saham Properti Naik Signifikan Sebulan Terakhir, Diprediksi Masih bisa Naik Lagi

Proyeksi kenaikan lanjutan saham-saham properti didukung oleh sejumlah sentimen positif, di antaranya penurunan suku bunga acuan.

Filipina Mau Setop Ekspor Bijih Nikel, Smelter di RI Berpotensi Kekurangan Bahan Baku
| Rabu, 14 Mei 2025 | 12:57 WIB

Filipina Mau Setop Ekspor Bijih Nikel, Smelter di RI Berpotensi Kekurangan Bahan Baku

Penghentian ekspor bijih nikel oleh Filipina bisa membuat pasar global kekurangan pasokan bijih nikel.

Profit 30,97% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Naik Tipis (14 Mei 2025)
| Rabu, 14 Mei 2025 | 12:42 WIB

Profit 30,97% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Naik Tipis (14 Mei 2025)

Harga emas Antam hari ini (14 Mei 2025) 1 gram Rp 1.886.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung  30,97% jika menjual hari ini.

Tak Mempan Kena UMA dan Suspensi, Saham JATI Melesat 260% Hanya dalam Lima Hari
| Rabu, 14 Mei 2025 | 08:15 WIB

Tak Mempan Kena UMA dan Suspensi, Saham JATI Melesat 260% Hanya dalam Lima Hari

Stockbit Sekuritas menjadi broker yang paling banyak memfasilitasi transaksi beli saham PT Informasi Teknologi Indonesia Tbk (JATI).

Meski Jadi Top Laggard IHSG dan LQ45, Saham BMRI Masih Didominasi Rekomendasi Beli
| Rabu, 14 Mei 2025 | 07:29 WIB

Meski Jadi Top Laggard IHSG dan LQ45, Saham BMRI Masih Didominasi Rekomendasi Beli

Berdasar konsensus analis, rata-rata target harga BMRI selama 12 bulan ke depan ada di Rp 6.246 per saham.

Belajar dari China
| Rabu, 14 Mei 2025 | 07:15 WIB

Belajar dari China

Pemerintah perlu belajar dari China yang sukses memberantas kemiskinan melalui beragam program yang dikerjakan secara optimal.

INDEKS BERITA

Terpopuler