Erajaya Swasembada (ERAA) Diversifikasi Agar Lebih Berisi

Rabu, 21 September 2022 | 04:25 WIB
Erajaya Swasembada (ERAA) Diversifikasi Agar Lebih Berisi
[]
Reporter: Nur Qolbi | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Distributor dan peritel perangkat telekomunikasi seluler PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) melebarkan cakupan bisnisnya ke produk gaya hidup. Diversifikasi bisnis ini dilakukan sejak tahun 2020.

Salah satunya ERAA masuk ke segmen kecantikan The Face Shop, pakaian olahraga JD Sports, bisnis makanan dan minuman Paris Baguette, farmasi Wellings, grosir Grand Lucky, dan elektronik konsumen Erablu. Analis Sucor Sekuritas Benyamin Mikael menilai, kontribusi segmen bisnis tersebut ke pendapatan ERAA masih kecil. "Pasalnya, bisnis tersebut masih dalam tahap peningkatan skala," kata dia.

Pendapatan ERAA masih didominasi oleh penjualan telepon seluler dan tablet. Pada paruh pertama 2022, penjualan telepon seluler dan tablet mencapai Rp 18,49 triliun atau berkontribusi 79% dari total pendapatan Rp 23,39 triliun.

Baca Juga: Siapkan Dana Rp 300 Miliar, Erajaya (ERAA) Akan Gelar Buyback 3 Miliar Saham

Disusul penjualan produk operator Rp 1,38 triliun berkontribusi 5,9% dari total pendapatan. Komputer dan peralatan elektronik lainnya menyumbang Rp 1 triliun (4,3%), serta aksesoris dan lain-lain Rp 2,52 triliun (10,8%).

Analis Nomura Kong Heng Siong dalam riset 8 September 2022 mengatakan, langkah agresif ERAA mendiversifikasi bisnis ke segmen lain merupakan upaya untuk meningkatkan pertumbuhan laba. Nomura memprediksikan, bisnis baru ERAA dapat menghasilkan margin yang lebih tinggi dalam jangka panjang.

Dengan begitu, ERAA akan menjauh dari gagasan memiliki operasi bisnis dengan margin tipis. Selama 2008-2021, ERAA mencatatkan rata-rata gross profit margin (GPM) 9,3% dan net profit margin (NPM) 2,4%.

Kong memperkirakan, kontribusi segmen bisnis baru ERAA (termasuk dalam segmen aksesoris dan lainnya) akan terus meningkat setiap tahunnya. Secara rinci, besaran kontribusinya terhadap total pendapatan diestimasi sebesar 11% pada tahun 2022, 13% pada tahun 2023 dan sebesar 15,5% pada tahun 2024.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Erajaya (ERAA) yang Ekspansif Diversifikasi Bisnis

Meskipun begitu, Nomura tetap melihat prospek positif pada segmen bisnis handset dengan prediksi pertumbuhan penjualan secara CAGR 11% pada 2021-2024. Hal ini didorong permintaan produk handset yang tetap kuat, terutama didukung oleh meningkatnya adopsi ponsel, potensi pengembalian pelanggan, dan keunggulan kompetitif ERAA atas pemain tradisional dalam hal manajemen modal kerja.

"Keputusan pemerintah menerapkan kontrol International Mobile Equipment Identity (IMEI) pada kuartal III-2020 mengurangi peredaran produk handset di pasar gelap akan membantu ERAA memperluas pangsa pasar domestiknya," kata Kong.

Kalau Benyamin menilai, kekurangan chip dan ekspansi ERAA akan meningkatkan biaya operasional ERAA dalam jangka pendek. Terlebih, penjualan toko masih belum optimal di awal pembukaan.

Analis BNI Sekuritas Patricia Gabriela dan Laksmita Febriyanti dalam riset 13 Juli 2022 melihat, diversifikasi ERAA berpeluang menghasilkan GPM lebih tinggi. Pada umumnya, bisnis ritel produk pakaian olahraga memberikan GPM lebih dari 30%, makanan dan minuman 60%, grosir lebih dari 15%, kecantikan dan kesehatan lebih dari 30%, dan elektronik lebih dari 15%. Semua ini lebih tinggi dari GPM kuartal I-2022 ERAA yang sebesar 11,1%. "Kami memproyeksikan kontribusi ERAA akan mencapai 10% dari pendapatan 2024  naik dari sebelumnya 7%," kata Patricia.

Analis Ciptadana Sekuritas Robert Sebastian dalam riset 2 September 2022 menyebut, peluncuran produk terbaru iPhone akan membantu kinerja ERAA. Dia pun rekomendasi buy dengan target Rp 670. Kong dan Patricia merekomendasikan beli ERAA dengan target harga masing-masing di Rp 680 dan Rp 650 per saham. 

Baca Juga: Saham Erajaya Swasembada (ERAA) Bertambah Seksi Berkat Ekspansi

Bagikan

Berita Terbaru

Merdeka Battery Material (MBMA) Suntik Modal Anak Usaha US$ 51 juta
| Kamis, 18 Desember 2025 | 10:30 WIB

Merdeka Battery Material (MBMA) Suntik Modal Anak Usaha US$ 51 juta

PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) mengumumkan transaksi pemberian pinjaman ke anak usaha terkendali yakni PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM).​

Pengendali Tambah Porsi Kepemilikan 66,5 Juta Saham di SILO
| Kamis, 18 Desember 2025 | 10:14 WIB

Pengendali Tambah Porsi Kepemilikan 66,5 Juta Saham di SILO

Pengendali PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO), Sight Investment Company Pte Ltd selaku menambah porsi kepemilikan sahamnya di SILO. 

Sucor Sekuritas Siap Bawa Tiga Perusahaan Melantai di BEI
| Kamis, 18 Desember 2025 | 10:10 WIB

Sucor Sekuritas Siap Bawa Tiga Perusahaan Melantai di BEI

Sucor Sekuritas akan membawa tiga perusahaan jumbo untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) di tahun 2026.

Ada Libur Natal dan Tahun Baru, Penjualan AMRT Bisa Menderu
| Kamis, 18 Desember 2025 | 10:04 WIB

Ada Libur Natal dan Tahun Baru, Penjualan AMRT Bisa Menderu

Salah satu emiten ritel yang diproyeksi bakal kecipratan rezeki dari momen Natal dan tahun baru 2025 adalah PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT).

Emiten MIND ID Siap Genjot Kinerja Pada 2026
| Kamis, 18 Desember 2025 | 09:58 WIB

Emiten MIND ID Siap Genjot Kinerja Pada 2026

Emiten pertambangan anggota holding MIND ID membidik pertumbuhan kinerja keuangan dan produksi pada 2026​.

Angkat Hans Patuwo Jadi CEO Baru, Kinerja GOTO Bisa Melaju
| Kamis, 18 Desember 2025 | 09:49 WIB

Angkat Hans Patuwo Jadi CEO Baru, Kinerja GOTO Bisa Melaju

Hans Patuwo akhirnya resmi ditunjuk sebagai Direktur Utama dan Group Chief Executive Officer (CEO)  PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO).

Superbank (SUPA) Listing di BEI, Emiten Grup Emtek Semakin Seksi
| Kamis, 18 Desember 2025 | 09:42 WIB

Superbank (SUPA) Listing di BEI, Emiten Grup Emtek Semakin Seksi

Berbagai aksi korporasi dilakukan Grup Emtek di sepanjang tahun 2025. Terbaru, PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) resmi listing di BEI. ​

Laju Ekonomi 5,4% Belum Mampu Serap Tenaga Kerja
| Kamis, 18 Desember 2025 | 09:30 WIB

Laju Ekonomi 5,4% Belum Mampu Serap Tenaga Kerja

Tingginya target pertumbuhan ekonomi Indonesia, belum sepenuhnya bisa menyelesaikan persoalan tenaga kerja

Paradoks Akhir Tahun: Pemerintah Tebar Diskon, Alam Bunyikan Alarm Bahaya
| Kamis, 18 Desember 2025 | 09:00 WIB

Paradoks Akhir Tahun: Pemerintah Tebar Diskon, Alam Bunyikan Alarm Bahaya

Jika warga Jakarta batal ke luar kota, perputaran uang akan terkunci sehingga pemerataan ekonomi antardaerah tertahan.

Ruang Pemangkasan Bunga Acuan Lebih Sempit
| Kamis, 18 Desember 2025 | 08:43 WIB

Ruang Pemangkasan Bunga Acuan Lebih Sempit

Bank Indonesia (BI) menutup tahun 2025 dengan mempertahankan suku bunga acuan alias BI rate di level 4,75%

INDEKS BERITA

Terpopuler