Gagal Bayar Kartu Kredit Berdampak ke Pusat Perbelanjaan Amerika Serikat

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Ekonomi Amerika Serikat yang semakin sulit membuat tingkat gagal bayar ikut meningkat. Beberapa department store di Amerika Serikat menyatakan terjadi kenaikan penundaan pembayaran kartu kredit department store. Efeknya pendapatan dari segmen kartu kredit turun. Para ekonom menyebut, gagal bayar para nasabah ini menjadi tanda awal bahwa tingkat konsumsi semakin melemah, meski data belanja ritel diklaim pemerintah AS tetap tumbuh.
Beberapa department store di Amerika Serikat (AS) terkena dampak penundaan pembayaran kartu kredit. Ini karena konsumen menahan diri untuk tidak melakukan pembelanjaan besar-besaran menjelang musim belanja saat liburan yang cukup krusial.
Dilansir Reuters, eksekutif di peritel fesyen Macy’s, mengatakan, peningkatan tunggakan telah memangkas pendapatan dari kartu kredit menjadi US$ 84 juta pada kuartal II-2023, dari kuartal sebelumnya sebesar US$ 120 juta.
Baca Juga: Emiten Ritel Bergairah Didukung Peningkatan Konsumsi, Intip Rekomendasi Sahamnya
Sedang pusat perbelanjaan Nordstrom masih mencetak kenaikan pendapatan kartu kredit sebanyak 10% di paruh pertama 2023. Tapi para petinggi Nordstrom mengatakan, tingkat tunggakan saat ini sudah di atas tingkat sebelum pandemi. Menurut Nordstrom, ini dapat mengakibatkan kerugian lebih tinggi pada paruh dua 2023 hingga 2024.
Peritel Kohl’s juga menyebut jika pendapatan lain-lain, terutama bisnis kreditnya, mengalami penurunan 3% pada kuartal II tahun ini. Di saat sama, Kohl’s tengah menjalin co-branding kartu kredit dengan Capital One. Upaya ini untuk menarik banyak pelanggan ke segmen kredit.
Pusat perbelanjaan di AS memang telah lama melakukan penawaran kartu kredit toko untuk menarik lebih banyak pendapatan dan pelanggan. Banyak pelanggan tertarik karena banyak program diskon atau poin setiap pembelian.
Konsultan Pelaporan Kredit John Ulzheimer mengatakan, kartu kredit tersebut memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan kartu kredit tradisional. Ini karena suku bunga lebih tinggi dengan batas kredit yang lebih rendah.
Baca Juga: Mega Perintis (ZONE) Incar Penjualan Rp 770 Miliar pada 2023, Begini Strateginya
Data Wallethub menyebut, di Agustus, kartu kredit Macy’s mematok bunga 31,99%, sementara rata-rata nasional hanya 22,39%. Menurut Ulzheimer, suku bunga yang tinggi dikombinasikan dengan ambang batas skor kredit yang lebih longgar, membuat konsumen lebih terpapar risiko.
Meskipun data penjualan ritel dan belanja konsumen AS masih tangguh, para ahli dan investor mengatakan, meningkatnya tunggakan dapat menandakan tekanan yang semakin besar kepada beberapa konsumen.
The Federal Reserve menyebut, persentase penunggak naik dari 23,1% di kuartal II-2022 menjadi 38,2% di kuartal II tahun ini. Penunggak terbesar adalah konsumen berusia 40-50 tahun.
Ekonom dan Wakil Presiden Fred Juan M Sanchez juga sepakat menyebut, menurunnya tingkat pembayaran dapat menjadi sebuah tanda awal belanja atau tingkat konsumsi semakin lemah. Kepala Investasi Running Point Capital Advisors Michael Ashley menambahkan, bagi konsumen, kartu kredit department store akan menjadi pilihan pertama untuk diabaikan.
"Konsumen akan lebih mengutamakan pembayaran mobil dan hipotek yang dianggap penting," ujar dia, Jumat (25/8).
Baca Juga: Persaingan Semakin Ketat, Simak Prospek Saham Sektor Ritel