KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di akhir pekan ini memang ditutup menguat. Jumat (6/1), IHSG ditutup menguat 0,46% ke 6.684,56. Meski begitu, pergerakan IHSG dalam sepekan ini tercatat turun 2,42%.
Pelemahan IHSG terdalam terjadi pada Kamis (5/1) yang melemah 2,34% dalam sehari di level 6.653,84. Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata memaparkan, sentimen pasar selama sepekan ini masih berkutat seputar tren naik suku bunga AS. Dalam notulensi pertemuan The Fed yang diumumkan pada Rabu menyebutkan The Fed masih tetap hawkish selama 2023.
"The Fed telah mengeluarkan pernyataan akan menjaga suku bunga acuan di atas 5% sepanjang tahun ini. Ini memupuskan harapan para pelaku pasar akan ada pemotongan bunga acuan di pertengahan tahun," jelas Liza.
Baca Juga: Wall Street Melonjak: Dow Naik 300 Poin Setelah Data Pekerjaan Desember
IHSG kian tertekan dalam sepekan ini juga karena China mulai melonggarkan kebijakan zero Covid. Apalagi China juga akan membuka border pada pekan depan dan berencana kembali impor batubara dari Australia. Menurut Liza, kedua hal tersebut membuat dana asing hengkang dari pasar saham Indonesia dan beralih ke bursa Shanghai dan Hang Seng.
Efeknya dalam sepekan ini asing mencatatkan net sell sebesar Rp 2,19 triliun. Terjadinya capital outflow karena pasar melihat perbandingan PER yang mencolok antara Hang Seng dengan IHSG. "PER IHSG 13,18 kali dibandingkan PER Hang Seng 7,62 kali," jelas dia.
Faktor lain yang menurut Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melemahkan IHSG dalam seminggu ini adalah proyeksi IMF yang menyebut resesi akan dialami oleh sepertiga dari negara di dunia. IMF juga memperkirakan, ekonomi global hanya tumbuh 2,7% lebih rendah dari proyeksi tahun lalu sebesar 3,2%.
Baca Juga: IHSG Turun 2,42% Sepekan, Sentimen Suku Bunga Jadi Biang Kerok