Harga CPO Loyo, Kinerja Emiten Lesu

Selasa, 13 Juni 2023 | 06:05 WIB
Harga CPO Loyo, Kinerja Emiten Lesu
[]
Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Dikky Setiawan

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Sebulan terakhir, harga minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) terus tergelincir. Mengutip data Trading Economics, harga CPO pada penutupan perdagangan Senin (12/6)  di level MYR 3.348.

Jika dibandingkan Jumat pekan lalu (9/6) yang masih bertengger di posisi MYR 3.367 per ton, harga CPO pada perdagangan kemarin sudah merosot 0,56%. Bila diakumulasi sebulan, harga CPO sudah anjlok 7,41%. 

Melandainya harga CPO, tak pelak, jadi sentimen negatif bagi kinerja emiten CPO. Terlebih, loyonya harga sawit diproyeksikan masih berlanjut di tahun ini.  

Communication dan Investor Relations Manager PT Astra Agro Lestari (AALI), Fenny Sofyan memperkirakan, harga sawit masih volatil di tahun ini. "Harga sawit dipengaruhi supply dan demand global," ujarnya, Jumat (9/6).

Joni Tjeng, Sekretaris Perusahaan PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) menyatakan, pelemahan harga CPO dipengaruhi kondisi global. India telah melakukan penyesuaian import duty kedelai dan biji bunga matahari.\

Baca Juga: Dharma Satya Nusantara (DSNG) Siapkan Capex Rp 800 Miliar untuk Bangun PKS Baru

Kondisi ini diperparah dengan meningkatnya produksi soybean di Brazil. "Pelemahan harga CPO ikut mempengaruhi kinerja TAPG. Namun, produksi kami sudah melewati masa recovery," ungkap Joni. 

Fenny menyatakan, fluktuasi harga CPO berdampak pada kinerja AALI. Pada kuartal I-2023, pendapatan AALI 
Rp 4,76 triliun, turun 27,66% dari Rp 6,48 triliun di kuartal I-2022.

Walhasil, laba bersih AALI di kuartal I 2023 rontok 53,51% secara tahunan jadi Rp 224,72 miliar dari Rp 483,45 miliar pada kuartal I-2022. 

Mengantisipasi pelemahan harga CPO, AALI akan mengoptimalkan penjualan bersifat oportunis, dengan melihat peluang yang lebih menguntungkan. Dia berharap, pendapatan dan produksi AALI bisa naik, meskipun harga CPO dibayangi El Nino.

Prospek CPO

Target optimistis juga dipatok TAPG. Joni berharap, produksi CPO perseroan akan kembali normal pada semester dua tahun ini. "Kami menargetkan produksi bisa sama dengan tahun 2022," ujar dia.

Joni mengestimasi, pada semester dua tahun ini, India akan kembali meningkatkan impor CPO. Ini seiring kebijakan import duty kedelai dan bunga matahari yang akan berakhir pada 30 Juni 2023.

Naiknya permintaan dari India diperkirakan akan imendongkrak harga CPO. Maklum, India importir CPO terbesar Indonesia. Dus, TAPG akan mendorong produksi CPO di tengah tekanan harga. 

Kepala Riset Surya Fajar Sekuritas Raphon Prima menilai, harga CPO sangat mempengaruhi penjualan emiten, karena mayoritas berorientasi ekspor. 

Baca Juga: Triputra Agro (TAPG) Membidik Target Produksi Serupa Dengan Tahun Lalu

"Penjualan emiten CPO sudah turun sejak semester II-2022. Terutama ketika harga CPO mulai mengalami normalisasi," katanya. 

Raphon melihat, saat ini perlambatan ekonomi global masih menghantui permintaan CPO, terutama dari China dan India. Ini akan ikut menekan harga CPO. Potensi El Nino juga berpotensi menekan produksi sawit.  

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta menimpali, kebijakan trade barriers di Eropa juga dapat menghambat produk CPO Indonesia masuk ke sana. 

Nafan menyarankan, emiten mengoptimalkan pasar domestik "Pasar domestik di tahun ini sangat kuat. Penduduk kita terbesar di ASEAN," ujarnya.

Nafan merekomendasi beli saham AALI dan LSIP dengan target harga masing-masing Rp 8.250 dan Rp 1.180. 

 

Bagikan

Berita Terbaru

Pemerintah Ingin Tekan Impor BBM, Pertamina Dongkrak Kapasitas Kilang
| Senin, 19 Mei 2025 | 19:14 WIB

Pemerintah Ingin Tekan Impor BBM, Pertamina Dongkrak Kapasitas Kilang

Produksi BBM Kilang Pertamina Internasional pada tahun 2024 tercatat mencapai lebih dari 245 juta barel.

 Pemegang Saham CLEO, Bersiap Dapat Saham Bonus dari Keluarga Tanoko
| Senin, 19 Mei 2025 | 18:52 WIB

Pemegang Saham CLEO, Bersiap Dapat Saham Bonus dari Keluarga Tanoko

Manajemen PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO) berencana membagikan saham bonus yang berasal dari tambahan modal disetor (agio saham).

Investor Lokal Ambil Alih Gerai GS Supermarket
| Senin, 19 Mei 2025 | 10:55 WIB

Investor Lokal Ambil Alih Gerai GS Supermarket

Produk-produk yang akan dijual pada merek baru ritel GS Supermarket setelah diambil alih akan sama yakni tetap berhubungan Korea Selatan.

ESG SSMS: Menjaga Biaya Sekaligus Menjaga Lingkungan
| Senin, 19 Mei 2025 | 10:26 WIB

ESG SSMS: Menjaga Biaya Sekaligus Menjaga Lingkungan

Strategi PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) untuk mengendalikan cost berlanjut di tahun 2025. Akankah berimbas pada investasi ESG?

ESG TLKM: Semakin Lincah Terapkan ESG dengan Strategi Anyar
| Senin, 19 Mei 2025 | 10:21 WIB

ESG TLKM: Semakin Lincah Terapkan ESG dengan Strategi Anyar

PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) lebih lincah menerapkan ESG untuk bisnis berkelanjutan. Simak implementasi brand ESG barunya.

Profit 28,74%  Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Naik (19 Mei 2025)
| Senin, 19 Mei 2025 | 08:59 WIB

Profit 28,74% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Naik (19 Mei 2025)

Harga emas Antam hari ini (19 Mei 2025) 1 gram Rp 1.894.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 28,74% jika menjual hari ini.

Diversifikasi Bisnis ke Sektor Logam hingga Kuasi Reorganisasi akan Dorong Saham BUMI
| Senin, 19 Mei 2025 | 08:45 WIB

Diversifikasi Bisnis ke Sektor Logam hingga Kuasi Reorganisasi akan Dorong Saham BUMI

PT Bumi Resources Tbk (BUMI) tengah mengincar tambang bauksit dan pabrik alumina di Kalimantan Barat, dan tambang emas di Australia

Usai Bangun Bandara, Gudang Garam (GGRM) Suntik Dana ke Proyek Tol Kediri-Tulungagung
| Senin, 19 Mei 2025 | 08:21 WIB

Usai Bangun Bandara, Gudang Garam (GGRM) Suntik Dana ke Proyek Tol Kediri-Tulungagung

Jalan Tol Kediri-Tulungagung yang dibangun anak usaha GGRM memiliki total panjang 44,17 km dengan masa konsesi 50 tahun.

Kinerja Laba Bersih Emiten di Kuartal I-2025 Bervariasi, Sektor Mana yang Unggul?
| Senin, 19 Mei 2025 | 08:10 WIB

Kinerja Laba Bersih Emiten di Kuartal I-2025 Bervariasi, Sektor Mana yang Unggul?

Tekanan yang mulai berkurang, terutama dari global sebagai efek perang dagang berpotensi membantu kinerja emiten.

Menanti Jatah Dividen PGAS, Dividend Payout Ratio bisa 50%-70% dari Laba Bersih 2024
| Senin, 19 Mei 2025 | 07:44 WIB

Menanti Jatah Dividen PGAS, Dividend Payout Ratio bisa 50%-70% dari Laba Bersih 2024

PGAS merupakan salah satu emiten yang rajin membagikan dividen saban tahun dengan dividen payout ratio di atas 60%.

INDEKS BERITA

Terpopuler