KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek saham PT Indosat Tbk (ISAT) masih cerah setelah penggabungan usaha dengan PT Hutchison 3 Indonesia (H3I). Aksi merger tersebut bakal memberi peluang bagi Indosat menjadi pemimpin di pasar operator seluler Indonesia.
Secara kinerja, terlihat pendapatan seluler Indosat di semester I-2022 naik 57,58% menjadi Rp 19,54 triliun. Hal ini membuat total pendapatan Indosat naik 50,4% menjadi Rp 22,53 triliun.
Kenaikan pendapatan juga ditopang dari pendapatan multimedia, komunikasi data, internet (MIDI) sebesar Rp 2,62 triliun di semester I-2022. Lalu, pendapatan telekomunikasi senilai Rp 371,52 miliar di periode Januari-Juni 2022.
Baca Juga: Prospek Cerah Pasca Merger, Simak Rekomendasi Saham Indosat (ISAT)
Analis Maybank Sekuritas Etta Rusdiana Putra dalam riset 4 Oktober 2022 menjelaskan, merger Indosat dengan Hutchinson 3 Indonesia akan meningkatkan daya saing.
Sebab, pasca merger pada 4 Januari 2022, jaringan Base Transceiver Station (BTS) ISAT meningkat. Per semester I-2022, jumlah BTS ISAT mencapai 198.567 BTS. Sebanyak 123.901 ata setara 62% merupakan BTS 4G. Jumlah total BTS Indosat telah meningkat dari posisi akhir tahun lalu sejumlah 162.282 unit.
Penggabungan usaha tersebut membuat ISAT menjadi lebih efisiens. ISAT juga akan berkolaborasi dengan pemain FTTH (Fiber-to-the-Home) lainnya untuk menciptakan layanan konvergensi. "Jaringan yang lebih cepat akan membuat permintaan lebih tinggi sehingga masih ada ruang ekspansi di FTTH melalui kolaborasi," tulis Etta.
Karena itu, Etta optimistis, ISAT akan mampu bersaing secara head-to-head dengan Telkomsel. Sebab frekuensi ISAT meningkat menjadi 135 Mhz, terbesar kedua setelah Telkomsel sebesar 155 Mhz. Sementara itu, jumlah pelanggan ISAT melonjak 50% dari 62,9 juta pada 2021 menjadi 96,2 juta per semester I-2022.
Etta memperkirakan, pendapatan ISAT akan mendapatkan compound annual growth rate (CAGR) 19,4% dari Rp 31,3 triliun di 2021 menjadi Rp 53,4 triliun di tahun 2024. Dia juga meyakini, margin ISAT menjadi lebih tinggi karena biaya operasional jaringan lebih efisien.
Analis Henan Putihrai Sekuritas Steven Gunawan mengatakan, kinerja ISAT memang sudah menunjukkan profitabilitas sebelum merger bersama H3I. Di kuartal IV-2021, ISAT sukses membalikkan rugi bersih menjadi laba bersih. Padahal, dampak merger belum terasa karena perusahaan hasil gabungan baru beroperasi penuh pada 4 Januari 2022.
Baca Juga: Indosat (ISAT) Kian Tangguh Pasca Merger, Simak Rekomendasi Sahamnya
Layanan internet rumah
Steven memperkirakan, EBITDA Indosat hingga akhir 2022 bisa menjadi Rp 20 triliun dari Rp 19 triliun di akhir tahun lalu. Sementara pendapatan ISAT diperkirakan menjadi Rp 46,7 triliun.
Memang, Average Revenue per User (ARPU) gabungan pada kuartal II-2022 lebih rendah 0,6% secara yoy menjadi Rp 35.000. Namun ARPU gabungan masih naik 9,2% secara kuartalan.
Analis Trimegah Sekuritas Indonesia Richardson Raymond dalam riset 16 September 2022 menjelaskan, Indosat baru-baru ini meluncurkan layanan broadband tetap FTTH bernama HiFi, yang menyasar internet rumah tangga dan perkantoran.
Dibandingkan pesaingnya, layanan HiFi sangat menarik karena menawarkan harga kompetitif dengan tarif terdiskon 16%-28%. Raymond menilai, ISAT mampu menangkap peluang permintaan data telekomunikasi di Indonesia.
Potensi layanan broadband ini akan memanfaatkan akses langsung ke 96,2 juta pelanggan Indosat. Di masa mendatang, HiFi akan menawarkan paket bundling seperti TV berbayar.
Etta dan Steven merekomendasikan buy untuk saham ISAT dengan target harga masing-masing sebesar di Rp 9.000 dan Rp 7.900. Sementara Raymond yang juga menyarankan beli saham ISAT dengan target Rp 10.500 per saham.
Baca Juga: PHK 300 Lebih Karyawan, Simak Bisnis dan Rekomendasi Saham Indosat (ISAT)