Berita HOME

Ini 3 tips dari Morgan Stanley mengatasi perlambatan ekonomi Indonesia

Senin, 12 Agustus 2019 | 17:22 WIB
Ini 3 tips dari Morgan Stanley mengatasi perlambatan ekonomi Indonesia

ILUSTRASI. Pelabuhan Kuala Tanjung Multipurpose Terminal

Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Di tengah risiko penurunan pertumbuhan ekonomi global, Indonesia diminta waspada. Lembaga keuangan internasional, Senin (12/8), merilis proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya akan mencapai 5% pada 2019-2010 akibat ketegangan perdagangan dunia yang dipicu Amerika Serikat (AS) dan China. 

Untuk itu, Morgan Stanley dalam risetnya yang dipublikasikan melalui laporan berjudul “2Q19 GDP Eased on Inventory Destocking”, merekomendasikan beberapa langkah penolong (self-help) yang bisa diterapkan oleh pemerintah dan pemangku kebijakan ekonomi Indonesia untuk mengatasi risiko tersebut. 

Baca Juga: Morgan Stanley prediksi ekonomi Indonesia hanya tumbuh 5% di 2019-2020

Pertama, menerapkan kebijakan countercyclical atau pelonggaran perekonomian. Salah satunya yang telah dilakukan ialah menurunkan suku bunga acuan sesuai dengan keputusan Bank Indonesia pada Juli lalu. 

Morgan Stanley memperkirakan, BI masih perlu memangkas suku bunga setidaknya 75 basis poin (bps) hingga akhir tahun, sehingga secara kumulatif suku bunga acuan BI turun 100 bps di tahun ini. 

Kedua, mengurangi risiko stabilitas makro. Dalam konteks Indonesia sebagai negara yang masih mencetak defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit), Morgan Stanley menyarankan pemerintah mengurangi ketergantungan pendanaan eksternal. 

Seperti yang diketahui, neraca pembayaran Indonesia masih ditopang oleh transaksi modal dan finansial yang sebagian besar sumber dananya berasal dari investor asing. Porsi kepemilikan investor asing pada Surat Berharga Negara (SBN), misalnya, mendekati 40%. 

Baca Juga: Restitusi pajak meningkat di semester I, Ditjen Pajak belum akan memperlambat

Ketiga, pemerintah disarankan untuk terus melakukan reformasi struktural. “Reformasi struktural untuk mengangkat pertumbuhan produktivitas dan meningkatkan daya saing non-komoditas adalah yang terbaik,” terangnya. 

Negara dengan ekonomi yang masih memiliki kekurangan dalam infrastruktur - seperti India, Indonesia, Filipina, Thailand dan Taiwan - disarankan meningkatkan produktivitas dengan melakukan perbaikan infrastruktur.

Namun, pemerintah diimbau untuk memastikan pembangunan infrastrukutur tersebut menggunakan belanja modal yang seimbang antara pemerintah dan sektor swasta. 

Baca Juga: Belanja pemerintah belum berdampak optimal pada pertumbuhan ekonomi

Terbaru
IHSG
7.115,99
0.55%
-39,31
LQ45
913,59
1.07%
-9,90
USD/IDR
16.161
-0,51
EMAS
1.319.000
0,00%