IPO di China Semakin Semarak

Senin, 08 Agustus 2022 | 05:05 WIB
IPO di China Semakin Semarak
[]
Reporter: Ferrika Sari | Editor: Lamgiat Siringoringo

KONTAN.CO.ID -

BEIJING. Penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) di dunia termasuk London hingga Hong Kong semakin sepi pada tahun ini. Tetapi pasar di China justru semakin ramai dengan aksi korporasi tersebut.  
Menurut laporan Bloomberg, Minggu (7/8),  nilai IPO di daratan China mencapai US$ 57,8 miliar sepanjang tahun 2022. Angka ini merupakan nilai IPO terbesar selama setengah tahun.  
Sejak Januari 2022, terdapat lima IPO di China yang bernilai di atas US$ 1 miliar, dan satu lagi sedang dalam proses. Sementara aksi korporasi serupa di New York dan Hong Kong, masing-masing  hanya satu perusahaan. Bahkan di London justru tidak ada sama sekali.
Pasar IPO China telah menantang hambatan seperti kenaikan suku bunga dan kekhawatiran resesi di  Amerika Serikat (AS), yang telah membuat penggalangan dana ekuitas besar di tempat lain terhenti.
Lonjakan pendaftaran IPO, menurut beberapa pengamat pasar, juga didorong oleh kekhawatiran, kondisi ekonomi dapat memburuk di akhir tahun. Penyebabnya adalah lonjakan wabah yang menyebabkan Beijing tetap berpegang pada strategi zero Covid-19  yang ketat.
Pemerintah China telah mengisyaratkan penurunan target pertumbuhan tahun ini menjadi sekitar 5,5%. Penurunan itu mengurangi optimisme akan adanya rebound.
"Perusahaan memiliki kemauan yang lebih kuat untuk IPO karena mereka melihat separuh pertama sebagai waktu yang lebih baik untuk terdaftar, daripada waktu mendatang," kata Shen Meng, Direktur Chanson & Co, salah satu investment banking.
Saham IPO naik
Menurut Meng, perusahaan di China memiliki prospek pasar yang lebih lemah. Tapi kekhawatiran akan ketidakpastian pendapatan dapat menyebabkan listing di masa depan lebih sulit dibandingkan saat ini.
Dengan banyaknya perusahaan bergegas listing, indeks di  China meningkat lebih dari tiga kali lipat menjadi 44% tahun ini. Naik dari pertumbuhan 13% pada akhir 2021.
Kinerja yang lebih baik dari saham yang baru diperdagangkan juga menjadi daya tarik bagi calon investor. Saham IPO China naik rata-rata 43% tahun ini di atas harga listing mereka. Dibandingkan penurunan 13% yang terlihat di Hong Kong.
Sementara itu, indeks acuan CSI 300 China telah turun sekitar 16% sejak 31 Desember. Salah satu yang berkinerja terburuk karena investor harus bergulat dengan pembatasan Covid 19 yang ketat di Tiongkok.
Kemudian adanya krisis industri properti yang semakin dalam dan dikhawatirkan berlanjut. Bahkan para investor juga khawatir terhadap tindakan keras Pemerintah Tiongkok  terhadap perusahaan raksasa internet.
Ke Yan, Kepala Penelitian di DZT Research di Singapura menyebut, China sebagai pasar yang terpisah dari seluruh dunia.                             

Ini Artikel Spesial
Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan.
Sudah Berlangganan? Masuk
Berlangganan dengan Google
Gratis uji coba 7 hari pertama dan gunakan akun Google sebagai metode pembayaran.
Business Insight
Artikel pilihan editor Kontan yang menyajikan analisis mendalam, didukung data dan investigasi.
Kontan Digital Premium Access
Paket bundling Kontan berisi Business Insight, e-paper harian dan tabloid serta arsip e-paper selama 30 hari.
Masuk untuk Melanjutkan Proses Berlangganan
Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Pemerintah Siap Patok Bea Keluar Emas, Targetkan Penerimaan Hingga Rp 2 Triliun
| Senin, 17 November 2025 | 16:35 WIB

Pemerintah Siap Patok Bea Keluar Emas, Targetkan Penerimaan Hingga Rp 2 Triliun

Besaran tarif dalam usulan ini bersifat progresif, mengikuti perkembangan harga emas dunia atau harga mineral acuan (HMA)

Kinerja BBCA Oktober: Pertumbuhan Laba Melambat Tapi Masih Sesuai Proyeksi Analis
| Senin, 17 November 2025 | 13:17 WIB

Kinerja BBCA Oktober: Pertumbuhan Laba Melambat Tapi Masih Sesuai Proyeksi Analis

BCA catat laba Rp 48,26 triliun di Oktober 2025, naik 4,39% secara tahunan dan sesuai proyeksi analis

Membedah Dampak Redenominasi Rupiah untuk Perekonomian
| Senin, 17 November 2025 | 10:33 WIB

Membedah Dampak Redenominasi Rupiah untuk Perekonomian

Situasi ekonomi suatu negara sangat mempengaruhi keberhasilan redenominasi. Ada beberapa aspek yang membuat kebijakan ini gagal.

Pelemahan Harga Properti, CTRA dan SMRA Tahan Banting dan Lebih Bisa Beradaptasi
| Senin, 17 November 2025 | 09:57 WIB

Pelemahan Harga Properti, CTRA dan SMRA Tahan Banting dan Lebih Bisa Beradaptasi

Survei harga properti BI menunjukkan pertumbuhan harga properti residensial di pasar primer melambat, hanya naik 0,84% YoY hingga kuartal III-2025

Strategi Transformasi ASSA Berbuah Manis: Laba Melonjak, Saham Direkomendasikan Buy
| Senin, 17 November 2025 | 08:30 WIB

Strategi Transformasi ASSA Berbuah Manis: Laba Melonjak, Saham Direkomendasikan Buy

Laba bersih PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) melompat didorong bisnis logistik dan penjualan kendaraan bekas.

Daya Beli Konsumen bisa Menguat, Saham Ritel AMRT dan MIDI Siap Tancap Gas?
| Senin, 17 November 2025 | 08:09 WIB

Daya Beli Konsumen bisa Menguat, Saham Ritel AMRT dan MIDI Siap Tancap Gas?

Menjelang momen musiman Nataru, kinerja emiten ritel modern seperti PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) diprediksi menguat.

Dana Kelolaan Reksadana Pecah Rekor Rp 621 Tiliun, Aset Defensif jadi Andalan
| Senin, 17 November 2025 | 08:00 WIB

Dana Kelolaan Reksadana Pecah Rekor Rp 621 Tiliun, Aset Defensif jadi Andalan

Tujuh tahun mentok di sekitar Rp 500-an triliun, akhirnya dana kelolaan industri reksadana tembus level Rp 600 triliun.  

Investor Ritel Lebih Mengincar ST015 Tenor Dua Tahun
| Senin, 17 November 2025 | 06:45 WIB

Investor Ritel Lebih Mengincar ST015 Tenor Dua Tahun

Berdasarkan catatan salah satu mitra distribusi, Bibit, ST015 tenor dua tahun ST015T2 mencatatkan penjualan lebih banyak

Prospek Ekonomi Global Mendongkrak Logam Industri
| Senin, 17 November 2025 | 06:30 WIB

Prospek Ekonomi Global Mendongkrak Logam Industri

Harga logam industri terangkat oleh kombinasi sentimen makro yang membaik serta tekanan pasokan global yang belum mereda.

Rupiah Pekan Ini Menanti Data Ekonomi
| Senin, 17 November 2025 | 06:15 WIB

Rupiah Pekan Ini Menanti Data Ekonomi

Rupiah menguat 0,13% secara harian ke level Rp 16.707 per dolar AS pada Jumat (14/11). Namun, dalam sepekan lalu, rupiah melemah 0,10%. 

INDEKS BERITA

Terpopuler