Jumlah Penonton Bioskop Cinema XXI Membludak, Kinerja CNMA Diproyeksi Bakal Meningkat

Kamis, 19 Juni 2025 | 10:50 WIB
Jumlah Penonton Bioskop Cinema XXI Membludak, Kinerja CNMA Diproyeksi Bakal Meningkat
[ILUSTRASI. Poster film Indonesia pada bioskop di Jakarta, Minggu (12/1/2025). Berdasarkan data yang dihimpun oleh Cinepoint, pada tahun 2024 tercatat ada 151 film Indonesia yang tayang di bioskop Tanah Air. Pada 2025, diprediksi lebih dari 150 judul, bahkan bisa mencapai 200 judul. KONTAN/Carolus Agus Waluyo]
Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Tedy Gumilar

 

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Momentum positif yang dicetak pengelola bioskop Cinema XXI, PT Nusantara Sejahtara Raya Tbk (CNMA) dengan lonjakan lebih dari 14 juta penonton pada April 2025, terus berlanjut. Ini seiring catatan jumlah penonton di jaringan bioskop Cinema XXI yang dikelola CNMA pada Mei 2025, yang mencapai sekitar 8 juta penonton.

Dus, total penonton di bioskop-bioskop CNMA pada April–Mei 2025 mencapai sekitar 22 juta penonton. Ini mendekati pencapaian jumlah penonton CNMA di kuartal II-2024 yang berada di angka 25 juta penonton.

Tingginya animo masyarakat tak lepas dari penayangan sejumlah film box office, terutama Jumbo yang sukses menorehkan sejarah baru film animasi Indonesia.

Ke depan, CNMA memperkirakan peningkatan jumlah penonton sebesar 12% YoY disertai kenaikan rata-rata harga tiket (Average Ticket Price/ATP) berkat deretan film Hollywood yang kuat. Dari gambaran tersebut, pendapatan CNMA akan tumbuh dua digit secara tahunan dan kuartalan di kuartal II-2025.

Riset Ciptadana Sekuritas yang dipublikasikan pada 13 Juni 2025 memaparkan bahwa industri bioskop di Indonesia menunjukkan pemulihan yang stabil pasca pandemi. Ini didorong oleh perubahan perilaku konsumen dan kebangkitan kembali konten internasional maupun lokal.

Asal tahu saja, sebelum pandemi, menonton film di bioskop merupakan aktivitas sosial arus utama. Namun kini polanya telah bergeser menjadi lebih selektif dan berfokus pada kualitas konten.

Film-film blockbuster internasional masih menjadi pendorong utama jumlah pengunjung, namun meningkatnya popularitas film lokal telah memperluas jangkauan pasar ke segmen-segmen yang sebelumnya kurang terlayani.

Perubahan pola konsumsi masyarakat secara lebih luas juga cenderung mengarah pada pilihan hiburan yang terjangkau seperti bioskop, dibandingkan kategori pengeluaran rekreasional lain yang lebih mahal seperti perjalanan wisata.

Selama musim Lebaran 2025, pengeluaran untuk perjalanan turun 12% YoY menjadi Rp 138 triliun.Sementara jumlah pemudik turun 24% YoY menjadi 146 juta orang.

Sebaliknya, pendapatan box office meningkat selama periode Lebaran, dipimpin oleh keberhasilan film lokal seperti Jumbo yang mencatat lebih dari 10 juta penonton.

Baca Juga: Terdorong Harga Komoditas, Kinerja Emiten Grup MIND ID diproyeksikan Positif

Kembali pada kinerja CNMA, latar belakang dan katalis tersebut membuat perusahaan itu berpeluang mengejar pertumbuhan positif di kuartal II-2025.

Sebagai gambaran, di kuartal I-2025, CNMA catat kerugian sebesar Rp 69 miliar dan penurunan pendapatan 29% menjadi sebesar Rp 929,2 miliar.

Penurunan tersebut disebabkan oleh amblesnya penjualan tiket 30% menjadi Rp 585 miliar, pendapatan dari makanan dan minuman tertekan 28% menjadi Rp 308 miliar.

Kinerja yang lemah di kuartal I-2025 akibat kurangnya pasokan film unggulan dan bulan Ramadan, hingga menyebabkan penurunan jumlah penonton 34,2% YoY.

Analis Ciptadana Sekuritas Putu Chantika dalam risetnya menyebut, CNMA tahun ini menargetkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih dua digit di tahun 2025. Ini didukung oleh rencana ekspansi 50–60 layar bioskop baru, dengan fokus pada pasar yang belum tergarap dan lokasi strategis di mal-mal potensial.

CNMA juga telah mengalokasikan belanja modal (capex) sebesar Rp 800–900 miliar untuk mendukung ekspansi ini. Perusahaan menargetkan jumlah penonton mencapai 95 juta di tahun 2025, sedangkan pada 2024 CNMA catat total 84 juta penonton.

Target ini didorong oleh pipeline film yang kuat dan diperkirakan akan menarik minat tinggi dari penonton. Menjelang musim liburan sekolah, film-film unggulan yang dinantikan oleh manajemen antara lain "How to Train Your Dragon" dan "Elio".

 

 

Di luar urusan kinerja operasional dan keuangan, saat ini CNMA sedang melaksanakan program pembelian kembali saham (buyback) dengan anggaran Rp 300 miliar. Sekitar 30–40% dari total anggaran telah digunakan hingga saat ini. Sisanya tersedia hingga Maret 2026.

Putu Chantika memperkirakan program buyback ini akan memberikan dukungan jangka pendek terhadap harga saham CNMA.

"Saat ini, saham CNMA diperdagangkan pada valuasi 12,0x PE 2025F berdasarkan estimasi konsensus. Risiko utama ke depan termasuk lemahnya daya beli masyarakat dan lemahnya pipeline film box office mendatang,” ujarnya.

DISCLAIMER ON: Berita ini bukan ajakan untuk membeli atau tidak membeli saham apapun. Segala keputusan investasi menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya. 

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Saatnya Membersihkan Bursa Efek Gorengan
| Senin, 13 Oktober 2025 | 12:22 WIB

Saatnya Membersihkan Bursa Efek Gorengan

Minimalisasi kasus saham gorengan sebaiknya dilakukan sejak awal, yaitu saat sebuah perusahaan melakukan initial public offering (IPO).

Grup Tjokro Siapkan Proses Akuisisi Geoprima Solusi (GPSO)
| Senin, 13 Oktober 2025 | 09:19 WIB

Grup Tjokro Siapkan Proses Akuisisi Geoprima Solusi (GPSO)

PT PIMSF Pulogadung berencana mengakuisisi  45,45% saham GPSO yang dimiliki oleh pemegang saham pengendali yaitu, Karnadi Margaka. ​

Tuntaskan Akuisisi Wolfram,  Bumi Resources (BUMI) Siap Diversifikasi Bisnis
| Senin, 13 Oktober 2025 | 09:12 WIB

Tuntaskan Akuisisi Wolfram, Bumi Resources (BUMI) Siap Diversifikasi Bisnis

Pada 7 Oktober 2025, BUMI melakukan transaksi akuisisi  126.599.340 saham WFL, mewakili 99,68% saham di Wolfram senilai Rp 696,77, miliar.

Permintaan Kendaraan Listrik Memacu Saham Emiten Nikel
| Senin, 13 Oktober 2025 | 09:07 WIB

Permintaan Kendaraan Listrik Memacu Saham Emiten Nikel

Tingginya permintaan kendaraan listrik di pasar global (EV) jadi faktor pendorong reli saham emiten nikel.

Menengok Peluang dan Prospek Emiten Grup Adaro, Antara ADRO, ADMR, dan AADI
| Senin, 13 Oktober 2025 | 08:49 WIB

Menengok Peluang dan Prospek Emiten Grup Adaro, Antara ADRO, ADMR, dan AADI

Transformasi bisnis melalui hilirisasi dan ekspansi ke energi terbarukan dipandang sebagai fondasi pertumbuhan jangka panjang.

Harga Saham Bank Himbara Menyusut, Nilai Aset Kelolaan Danantara bisa Ikut Menciut
| Senin, 13 Oktober 2025 | 08:24 WIB

Harga Saham Bank Himbara Menyusut, Nilai Aset Kelolaan Danantara bisa Ikut Menciut

Potensi tekanan jual terbaru muncul sebagai efek pernyataan Donald Trump yang akan menaikkan tarif atas produk yang diimpor dari China.

ESG Vale Indonesia (INCO): Menghidupkan Kembali Lahan Berkandungan Logam Berat
| Senin, 13 Oktober 2025 | 08:23 WIB

ESG Vale Indonesia (INCO): Menghidupkan Kembali Lahan Berkandungan Logam Berat

Pemulihan area tambang bukan hal mudah. Kandungan logam berat dan unsur hara yang miskin menjadi tantangan PT Vale Indonesia Tbk (INCO)

Strategi Menggali Cuan Sekaligus Menghindari Stock Dividend Trap di Saham SPMA & ASRM
| Senin, 13 Oktober 2025 | 07:43 WIB

Strategi Menggali Cuan Sekaligus Menghindari Stock Dividend Trap di Saham SPMA & ASRM

Pengalaman di PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO) saat membagikan saham bonus mesti dijadikan pelajaran penting buat investor. 

Indika Energy (INDY) Intip Peluang dari Awak Mas
| Senin, 13 Oktober 2025 | 07:20 WIB

Indika Energy (INDY) Intip Peluang dari Awak Mas

INDY sudah menyerap belanja modal sebesar US$ 51,8 juta setara Rp 869,14 miliar (asumsi kurs US$ 1 = Rp 16.610) selama perioda semester I-2025.

GIPI Protes Dihapus dari UU Kepariwisataan
| Senin, 13 Oktober 2025 | 07:00 WIB

GIPI Protes Dihapus dari UU Kepariwisataan

Sejak 2012, GIPI dibentuk sebagai amanah UU 10/2009 dan banyak berkontribusi dalam pembangunan kepariwisataan bersama pemerintah.

INDEKS BERITA