Kalbe Farma Memberi Kontribusi Dari Rantai Pasok yang Panjang
KONTAN.CO.ID - Prinsip keberlanjutan menjadi hal penting bagi PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), sampai-sampai selalu menjadi pertimbangan bagi perusahaan ketika membuat keputusan bisnis. Untuk mengembangkan bisnis yang bertanggung jawab, perusahaan kesehatan ini membuat program keberlanjutan yang melibatkan aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG).
Target Kalbe, keberlanjutan bukan hanya tercermin dalam kinerja keuangan perusahaan, tetapi juga memberi dampak bagi lingkungan, masyarakat, terutama ekonomi masa depan seluruh kepentingan usaha.
Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk Vidjongtius mengatakan, aspek environmental, social, and governance (ESG) Kalbe diusahakan melibatkan ekosistem berbagai pihak. Dengan begitu, nilai yang diciptakan juga bisa dinikmati oleh banyak pihak.
“Komitmen Kalbe untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, perlindungan lingkungan, dan keberlangsungan ekosistem bisnis tersirat dalam produk dan layanannya, serta cara perusahaan dalam menjalankan bisnis,” kata Vidjongtius.
Sebagai gambaran, Kalbe menjalankan kegiatan usaha di bidang kesehatan melalui diversifikasi usaha yang terdiri dari Divisi Obat Resep, Divisi Produk Kesehatan, Divisi Nutrisi, serta, Divisi Distribusi dan Logistik. Kalbe juga menyediakan produk kesehatan dan jasa distribusi yang mencakup pasar nasional dan internasional.
Kalbe memiliki inisiatif di masing-masing komponen ESG. Untuk lingkungan, perusahaan secara bertahap melakukan efisiensi energi dan menuju energi baru terbarukan.
Sebagai perusahaan dengan rantai pasok global yang panjang, Kalbe membutuhkan konsumsi energi yang besar. Ini tentunya berpengaruh terhadap jejak karbon perusahaan.
Sementara itu, tantangan perubahan iklim, cuaca ekstrem, dan bencana alam memberi pengaruh juga pada proses distribusi dan ketersediaan bahan baku.
Vidjong bilang, semua pabrik baru kalbe sudah dilengkapi dengan tenaga panel surya dan waste water, serta penghijauan. Dengan investasi pada panel surya, pengelolaan limbah, ekosistem pengembangan komunitas lingkungan, dan upaya hemat energi, maka Kalbe bisa turut kontribusi ke emisi net zero jangka panjang.
Hingga akhir 2022, Kalbe telah mengoperasikan instalasi panel surya on-grid dengan total kapasitas 6,5 Mwp yang berpotensi menghasilkan energi listrik bersih sebesar 7.885 Mwh per tahun dan menghindari penciptaan emisi karbon sebesar 5.677 Ton CO2 per tahun. Sedangkan hingga akhir kuartal III-2023, perusahaan sudah mengurangi emisi 5.325 Co2.
Untuk komponen sosial, Kalbe fokus pada kesehatan. Maka, Kalbe mengutamakan penyediaan akses kesehatan kepadamasyarakat. Akses ini dilakukan lewat 72 cabang B2B2C yang mendukung lebih dari 200.000 gerai di Indonesia, baik lewat Mitrasana dan Kalcare.
Aspek sosial di Kalbe juga termasuk komitmen untuk mengembangkan kemampuan dan kapasitas para pekerja untuk inovasi dan digitalisasi. Selain itu, Kalbe juga mendukung riset dan pengembangan (R&D) untuk kesehatan masyarakat.
Sedangkan komponen tata kelola yang baik, Kalbe mengutamakan kualitas produk dan layanan yang prima, serta tata kelola yang baik. Salah satu strategi yang diterapkan adalah mengelola risiko. Setidaknya, ada tujuh profil risiko yang diantisipasi Kalbe, antara lain risiko kompetisi bisnis, risiko hukum dan regulasi, risiko interupsi bisnis, risiko reputasi, risiko keuangan, risiko sumber daya manusia, dan risiko infomasi perusahaan.
Perusahaan juga selama ini menerapkan persaingan usaha yang sehat dalam kegiatan pemasaran produk dan sponsorship sesuai dengan peraturan hukum di Indonesia.
Strategi lainnya yaitu mencegah benturan kepentingan dan korupsi, serta mempertimbangkan dampak para pemangku kepentingan terhadap keberlanjutan usaha Kalbe.
Untuk menjaga alur keberlanjutan, Kalbe memiliki strategi “Bersama Sehatkan Bangsa”. Untuk internal, ada pilar ERAT, yaitu etos, raga, asa, dan tindak. Sementara untuk lingkup eksternal, ada pilar SEHAT, yaitu sains dan teknologi kesehatan, ekosistem dan kelestarian lingkungan, hidup sehat dan pendidikan kesehatan, akses layanan kesehatan, dan total ekosistem bisnis berkelanjutan. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan ini sejalan dengan upaya Kalbe memenuhi kesehatan hidup masyarakat.
Vidjongtius bilang, strategi ESG harus berkelanjutan dan setiap tahun ditingkatkan serta dilaporkan dalam Sustainability Report. ESG diterapkan berdasarkan pedoman standard internasional GRI.
Jahe merah
Salah satu ekosistem yang dibangun Kalbe adalah ekosistem berkelanjutan untuk rantai pasok bahan baku herbal lewat pemberdayaan petani jahe merah di berbagai daerah. Pengembangan ekosistem jahe merah ini guna mendukung kemandirian bahan baku obat di Indonesia, terutama yang berbasis herbal.
Program kemitraan jahe merah dikembangkan oleh oleh anak usaha Kalbe di bidang farmasi dan obat tradisional, Bintang Toedjoe.
Strateginya adalah bagaimana mengelola pemasok untuk menjamin keberlangsungan bisnis dalam hal ketepatan waktu, kualitas, dan harga pasokan serta komitmen pemasok pada aspek keberlanjutan.
Ada tujuh pilar pengembangan jahe merah ini, yaitu pembibitan, penanaman, pascapanen, ekstraksi atau destilasi, farmakologi, komersialisasi, dan pemberdayaan masyarakat.
Sampai saat ini, Bintang Toedjoe yang menggunakan ekstrak jahe merah untuk obat batuk Komix Herbal, minuman herbal masuk angin Bejo, dan Extra Joss, telah bekerja sama dengan lebih dari 10.000 petani yang tersebar di berbagai wilayah di Pulau Jawa, Sumatera, Bali, dan Nusa Tenggara Barat.
Para petani ini memproduksi lebih dari 600 ton jahe merah basah per tahun.
Jumlah lokasi plasma petani lokal jahe merah, ada 40 di akhir 2022, naik dari 34 pada tahun 2020 saat awal pandemi. Menurut laporan keberlanjutan Kalbe, rata-rata penghasilan petani per panen sebesar Rp 7,09 juta sekali panen atau naik dari Rp 5,6 juta per panen, pada tahun 2020 lalu. Targetnya, ada 45 lokasi plasma petani lokal jahe merah di tahun 2023 ini.
Selain itu, penanaman jahe merah juga mendukung perlindungan keanekaragaman hayati. Sejak tahun 2021, pabrik Bintang Toedjoe Cikarang telah meresmikan taman jahe merah yang merupakan area hijau lingkungan pabrik dengan luas 2,7 hektare dan memiliki 245 jenis spesies flora.
Pada tahun 2022 lalu, taman ini menghasilkan 43,2 ton jahe merah serta 344 ton sereh wangi.
Sekadar informasi, anggaran untuk inovasi program aspek keragaman hayati yang dilakukan PT Bintang Toedjoe mencapai Rp 875 juta sepanjang tahun 2022 lalu.
Pengembangan jahe merah ini juga menjadi upaya Kalbe untuk menjawab tantangan rantai pasok ketika terjadi inflasi harga bahan baku. Strategi ini diharapkan bisa menekan impor bahan baku obat dan tingkat komponen dalam negeri (TKDN), sehingga memperkuat ketahanan kesehatan nasional.
“Mengamankan rantai pasok penting sekali agar kebutuhan kesehatan indonesia tidak tergantung pada importasi,” kata Vidjongtius.
Penurunan margin
Saat ini, sebanyak 90% bahan baku Kalbe masih diimpor. Selain mulai memproduksi bahan baku lokal berbasis biologi, Kalbe juga melakukan transfer teknologi ke dalam negeri untuk obat dan alat kesehatan.
Pengelolaan ESG dalam bisnis berkelanjutan ini, perlu melibatkan semua pemangku kepentingan. Menurut Vidjongtius, tantangan mengenai ESG dimulai dari pola pikir dalam organisasi yang harus ditingkatkan, sehingga perlu dilakukan training secara bertahap.
Di tengah upaya ekspansi dan menjaga prinsip ESG, Kalbe melaporkan kinerja kuartal III-2023 yang ternyata di luar ekspektasi pasar. Pada akhir September 2023, Kalbe mencatat pendapatan Rp 22,56 triliun. Kinerja ini naik dibanding periode yang sama tahun lalu yaitu di Rp 21,18 triliun.
Hanya saja, ada kenaikan beban pokok penjualan dari yang tadinya Rp 12,44 triliun menjadi Rp 13,65 triliun. Alhasil, Kalbe harus mencatat penurunan laba sebesar 16,94% year on year menjadi Rp 2,06 triliun dari sebelumnya 2,48 triliun.
Vidjongtius bilang, tahun 2023 adalah tahun pertama pasca pandemi. Jadi, pertumbuhan laba bisa negatif karena tahun 2022, mereka masih banyak jualan obat Covid19 yang tahun ini tidak ada lagi.
“Namun, tahun 2024 kami percaya akan lebih optimistis pulih ke pertumbuhan positif lagi,” kata dia.
Kalbe juga melihat ada pergeseran belanja konsumen setelah Covid19 ke segmen leisure. Ini juga disebut berpengaruh terhadap penjualan produk-produk kesehatan Kalbe.
Di lain pihak, Kalbe juga hanya bisa menaikkan harga secara terbatas sekitar 2%-3% karena ada pelemahan daya beli dan pergeseran belanja konsumen.
Sementara itu, Kalbe mengalami dampak kenaikan harga bahan baku, persediaan yang lebih tinggi, serta bauran pada bisnis. Biaya operasi juga lebih tinggi karena sudah kembali kepada aktivitas offline. Ditambah lagi, Kalbe mengalami rugi kurs.
Vidjongtius menargetkan, pertumbuhan pada tahun 2023 ini sekitar 8%-10%, lebih rendah dibanding target yang pernah disebut sebelumnya di 13%-15%.
Analis menandai, pelemahan permintaan dan daya beli masyarakat, ditambah dengan kenaikan biaya bahan baku dan operasional menyebabkan Kalbe mencatatkan margin keuntungan terendah. Margin laba kotor turun menjadi 54,9% sementara pada periode kuartal III-2022 lalu masih di kisaran 56,1%.
Akibat risiko yang dihadapi Kalbe dan hasil dari kinerja keuangan kuartal III, Analis Mirae Asset Sekuritas Andreas Kristo merekomendasikan hold saham KLBF dan memangkas target harganya menjadi Rp 1.760 dari sebelumnya Rp 1.790.
Meski margin keuntungan tercatat turun, Analis NH Korindo Sekuritas Cindy Alicia Ramadhania dalam risetnya memberikan rating overweight pada saham KLBF. Dia mengamati pada kuartal III lalu, terjadi pertumbuhan penjualan yang masih cukup baik hingga dua digit pada segmen Obat Resep, Produk Kesehatan, serta Nutrisi.