Kendati Yield US Treasury Naik, Pergerakan SUN Tetap Stabil
Oleh:
Danielisa Putriadita
Rabu, 10 Februari 2021 | 10:27 WIB
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun mengikuti jejak US treasury bertenor serupa. Yield US treasury pekan lalu terus menanjak hingga menyentuh 1,17%, Senin (8/2). Itu adalah posisi tertinggi yield US Treasury 10 tahun, sejak Maret 2020.
SUN berjangka 10 tahun juga menanjak di periode yang sama. Yield SUN, Kamis (4/2), masih sebesar 6,12%. Namun pada Selasa (9/2), yield SUN acuan ini sudah di posisi 6,19%.
Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Roby Rushandie mengatakan, yield US Treasury meningkat terdorong ekspektasi pelebaran defisit fiskal AS. "Ekspektasi pemulihan ekonomi AS juga bisa mendorong yield US Treasury," kata Roby, Selasa (9/2).
Ini Artikel Spesial
Segera berlangganan sekarang untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap.
Baca Juga: Optimalkan return, seri PBS004 jadi incaran utama peserta lelang SBSN (9/2)
Namun, Head of Economics Research Pefindo Fikri C. Permana mengatakan, ia belum melihat adanya perbaikan ekonomi AS. Dengan begitu, kenaikan yield US Treasury saat ini bisa menandakan bahwa ada peningkatan kekhawatiran terhadap perbaikan ekonomi AS yang diasumsikan berjalan lambat, meski stimulus ekonomi akan segera digelontorkan.
Perbaikan ekonomi berpotensi berjalan lebih lambat dari yang diharapkan karena efektivitas pendistribusian vaksin belum terlihat.
Di lain sisi, jumlah kasus Covid-19 masih meningkat. "Kekhawatiran tersebut membuat ruang fiskal AS terbatas, utang menumpuk dan risiko default jadimeningkat, oleh karena itu yield pun ikut meningkat," kata Fikri.
Roby menjelaskan, secara teori jika tren kenaikan yield US Treasury terus meningkat, dampaknya pada pasar SUN akan negatif. Kenaikan yield US Tresury bisa membuat investor asing beralih ke US Treasury.
Namun, melihat kondisi pasar keuangan AS saat ini, di mana The Federal Reserve masih melakukan pelonggaran moneter, maka kenaikan yield US Treasury akan bergerak lebih moderat. Dampak negatif yang berpotensi terjadi ke pasar SUN juga tidak signifikan.
Roby optimistis pergerakan yield SUN akan stabil. Sentimen positif datang dari pasar surat utang domestik yang kuat, ditopang investor dalam negeri, terutama perbankan.
Baca Juga: Rupiah menguat, tersokong optimisme pengesahan stimulus ekonomi AS
Selain itu, Roby melihat stimulus moneter dan fiskal yang kompak dijalankan secara global menjadi katalis positif bagi pasar SUN.
Fikri mengatakan, karena pelaku pasar menjadikan US Treasury sebagai benchmark, tren kenaikan yield surat utang AS tersebut berpotensi membuat yield SUN naik. Sepekan ke depan, Fikri memproyeksikan yield SUN naik ke 6,2%-6,3%.
Namun, dalam jangka panjang, Fikri optimistis yield SUN berpotensi turun ke bawah 6%. Toh, level credit default swap Indonesia tenor 10 tahun dalam sepekan kemarin masih turun sekitar 7% ke level 128, per Senin (8/2).