Kepemilikan Bank di SBN Menyusut, Pertanda Likuiditas Semakin Seret

Senin, 14 April 2025 | 03:20 WIB
Kepemilikan Bank di SBN Menyusut, Pertanda Likuiditas Semakin Seret
[ILUSTRASI. Bank Indonesia masih menjadi pemegang terbesar SBN per kuartal I-2025 dengan kepemilikan Rp 1.643,99 triliun. Sementara perbankan juga agresif menambah porsi SBN.]
Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk, Selvi Mayasari | Editor: Dina Hutauruk

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tanda-tanda pengetatan likuiditas perbankan semakin jelas. Salah satunya terlihat dari penempatan dana perbankan pada surat berharga negara (SBN) yang cenderung mengalami penurunan, baik secara bulanan maupun secara tahunan.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, kepemilikan bank pada SBN per 10 April 2025 mencapai Rp 1.150,53 triliun. Angka ini turun sekitar 13,5% secara tahunan.

Secara bulanan, kepemilikan bank di SBN juga tercatat menyusut. Per akhir Maret, kepemilikan bank masih ada Rp 1.193,7 triliun. Ini juga turun dari semula Rp 1.207 triliun di akhir Februari. 

Di saat yang sama, kepemilikan bank pada instrumen SRBI juga mulai mengalami penurunan. Pada Maret 2025 nilainya Rp 526,17 triliun, turun dari Rp 560,4 triliun pada bulan sebelumnya.

Baca Juga: Simpanan Valas Sejumlah Perbankan Meningkat, Begini Strategi Bank Mandiri dan BNI

Bank Rakyat Indonesia (BRI) termasuk bank yang menurunkan porsi penempatan dananya di surat berharga. Per Februari 2025, nilainya tercatat sebesar Rp 307,9 triliun. Angka ini turun 21,5% secara tahunan.

Bank Tabungan Negara (BTN) juga mengalami hal serupa. Kepemilikan BTN pada surat berharga per Februari 2025 turun 4% secara tahunan menjadi Rp 53,5 triliun.

Sedang bank beraset besar lain menambah kepemilikan pada surat berharga. Kepemilikan Bank Mandiri naik 6,48%, CIMB Niaga naik 7,4%, Bank Negara Indonesia (BNI) meningkat 6,58%, dan Bank Central Asia (BCA) naik 9,60%.

EVP Corporate Communication BCA Hera F. Haryn mengatakan, penempatan dana pada instrumen surat berharga merupakan bagian dari strategi pengelolaan likuiditas perusahaan. Ini dilakukan untuk mendukung perekonomian nasional.

"Strategi penempatan dana di surat berharga dilakukan untuk menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dengan ekspansi kredit yang sehat," kata Hera, akhir pekan lalu (13/4).

Walau demikian, Hera menjelaskan fungsi utama dari lembaga perbankan adalah sebagai sarana intermediasi ekonomi, dalam artian penyaluran kredit.

Baca Juga: Bank Tabungan Negara (BTN) Catatkan Lonjakan Transaksi QRIS pada Ramadan dan Lebaran

Hera bilang, BCA senantiasa mengelola likuiditas secara cermat serta mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dalam penerapan manajemen risiko. Alhasil, BCA masih berhasil mencetak pertumbuhan kredit cukup tinggi, sebesar 14% secara tahunan menjadi Rp 900,7 triliun per Februari 2025. 

Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan, penempatan dana bank ini pada SBN dan SRBI tidak mengalami lonjakan saat ini. 

Lani menuturkan, likuiditas CIMB Niaga kebanyakan digunakan untuk mendukung penyaluran kredit. Per Februari 2025, kredit bank ini tercatat tumbuh 9,29%. "Kami mempunyai kebijakan yang cermat namun tetap mengedepankan likuiditas yang kuat untuk bank. Fokus kami ke likuiditas di dana pihak ketiga," papar Lani.

Direktur Kepatuhan OK Bank Efdinal Alamsyah juga mengakui kepemilikan perusahaan di surat berharga naik sekitar 15% pada Maret 2025 mencapai Rp 1,5 triliun. "Angka ini merupakan gabungan dari SBN dan SRBI, dengan SRBI sekitar 20% dari total surat berharga yang dimiliki," jelasnya.

Bagikan

Berita Terbaru

Terlilit Gagal Bayar, Danasyariah Sempat Gandeng BPR Syariah Milik Eks Direktur OJK
| Sabtu, 25 Oktober 2025 | 10:07 WIB

Terlilit Gagal Bayar, Danasyariah Sempat Gandeng BPR Syariah Milik Eks Direktur OJK

Kelangsungan usaha perusahaan peer to peer lending (P2P lending) PT Dana Syariah Indonesia (Danasyariah) dipertanyakan.

CEO Finetiks Cameron Goh Bagikan Tips Investasi: Diversifikasi dan Mengelola Risiko
| Sabtu, 25 Oktober 2025 | 08:42 WIB

CEO Finetiks Cameron Goh Bagikan Tips Investasi: Diversifikasi dan Mengelola Risiko

Cameron Goh, CEO & Founder Finetiks menilai,  dalam berinvestasi, investor perlu memahami pengelolaan risiko

FUTR Siapkan Ekspansi Usai Bertransformasi ke Bisnis Energi Hijau
| Sabtu, 25 Oktober 2025 | 08:37 WIB

FUTR Siapkan Ekspansi Usai Bertransformasi ke Bisnis Energi Hijau

Mengupas rencana bisnis PT Futura Energi Global Tbk (FUTR) usai beralih bisnis ke sektor energi hijau

BI Bakal Merilis Instrumen Baru Lengkapi SRBI
| Sabtu, 25 Oktober 2025 | 07:32 WIB

BI Bakal Merilis Instrumen Baru Lengkapi SRBI

Surat berharga ini, akan mendampingi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang selama ini juga diterbitkan BI

Target Perbaikan Coretax Rampung di Awal Tahun
| Sabtu, 25 Oktober 2025 | 07:20 WIB

Target Perbaikan Coretax Rampung di Awal Tahun

Ditjen Pajak memperkirakan pelaporan SPT Tahunan perdana melalui Coretax bakal menurun              

Momok APBD yang Tersimpan di Brankas Bank
| Sabtu, 25 Oktober 2025 | 07:05 WIB

Momok APBD yang Tersimpan di Brankas Bank

APBD yang harusnya jadi motor penggerak ekonomi daerah menjadi sia-sia lantaran banyak dana hanya disimpan untuk mendapat bunga.

Keadilan Perpajakan bagi Pekerja
| Sabtu, 25 Oktober 2025 | 07:00 WIB

Keadilan Perpajakan bagi Pekerja

Keadilan pemungutan pajak penghasilan atau PPh tidak perlu lagi mengalah terhadap kesederhanaan pajak.

Marketing Sales Puradelta Lestari (DMAS) Baru 35% dari Target
| Sabtu, 25 Oktober 2025 | 06:05 WIB

Marketing Sales Puradelta Lestari (DMAS) Baru 35% dari Target

Namun demikian, DMAS tetap berusaha untuk mencapai target tahun ini sehubungan dengan masih ada pipeline lahan sekitar 75 ha.

Digital Mediatama (DMMX) Membalikkan Rugi Jadi Laba
| Sabtu, 25 Oktober 2025 | 05:20 WIB

Digital Mediatama (DMMX) Membalikkan Rugi Jadi Laba

Sepanjang sembilan bulan 2025, laba bersih DMMX sebesar Rp 28,65 miliar.Pada periode yang sama di 2024 lalu, DMMX rugi  mencapai Rp 46,39 miliar.

Laju Kredit Konsumsi Kian Tak Bertenaga
| Sabtu, 25 Oktober 2025 | 04:55 WIB

Laju Kredit Konsumsi Kian Tak Bertenaga

Penyaluran kredit konsumer oleh perbankan belum menunjukkan tanda perbaikan signifikan di tengah daya beli yang masih tertahan.

INDEKS BERITA

Terpopuler