Marsinah dan Krisis Lapangan Kerja Layak

Selasa, 11 November 2025 | 04:39 WIB
Marsinah dan Krisis Lapangan Kerja Layak
[]
Reporter: Harian Kontan | Editor: Sandy Baskoro

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peringatan Hari Pahlawan Nasional tahun 2025 diharapkan masyarakat memiliki semangat kepahlawanan dan tergerak membangun negeri sesuai potensi dan profesi masing-masing. Peringatan tahun ini terasa istimewa karena ada tokoh buruh yang diusulkan menjadi Pahlawan Nasional. Ia adalah Marsinah, seorang pejuang buruh yang berasal dari Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.

Pada era kekuasaan rezim Orde Baru, kaum buruh menghadapi kekuasaan yang sangat otoriter. Marsinah meninggal dunia setelah diculik dan dianiaya oleh aparat karena dirinya memperjuangkan hak-hak normatif pekerja. Kini perjuangan Marsinah masih relevan di tengah kondisi bangsa yang sedang dilanda krisis lapangan kerja yang layak. Terlebih kaum buruh masih saja dijadikan tumbal pertumbuhan ekonomi.

Delapan dekade pembangunan nasional belum berhasil mewujudkan lapangan kerja yang layak bagi seluruh rakyat. Kondisi generasi Z dan milenial di dunia khususnya di Indonesia saat ini sangat berat karena sempitnya lapangan kerja. Krisis lapangan kerja yang layak bagi warga negara kian sulit diatasi lantaran dunia sedang menghadapi inovasi disrupsi dan berlakunya industri 4.0.

Baca Juga: Dering Saham TLKM Panggil Investor Asing Institusi Borong Sahamnya di Awal November

Sudah banyak gen Z yang frustrasi karena sulitnya mencari lapangan kerja yang layak. Kondisi ini menjadi bom sosial yang bisa meledak setiap saat. Bonus demografi bisa berganti menjadi bencana demografi apabila mentalitas gen Z semakin manja dan tidak memiliki daya juang.

Dunia kerja Indonesia tengah menghadapi krisis yang tak terelakkan. Generasi Z bisa menjadi korban utamanya. Berkurangnya lapangan kerja formal dan persaingan yang semakin ketat, menuntut generasi muda harus berjuang ekstra keras untuk mendapatkan pekerjaan. 

Penciptaan lapangan kerja formal yang layak pada lima tahun terakhir, 2019-2024, hanya menyerap sekitar 2 juta pekerja. Angka penciptaan lapangan kerja yang layak bagi warga negara tidak seperti yang digembar-gemborkan dalam kampanye pemilu. Juga tidak seperti pidato pejabat di televisi.

Baca Juga: ESG Perbankan: Menggenjot Kredit Hijau Sambil Gelar Event Atraktif

Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2009, 2014, 2019 dan 2024 menunjukkan adanya tren penurunan penciptaan lapangan kerja di sektor formal. Pekerja sektor formal yang dimaksud adalah mereka memiliki perjanjian kerja dengan perusahaan berbadan hukum.

Selama periode 2009-2014, lapangan kerja yang tercipta di sektor formal menyerap sebanyak 15,6 juta orang. Jumlah ini menurun menjadi 8,5 juta orang pada periode 2014-2019, dan kembali merosot pada periode 2019-2024 menjadi 2 juta orang saja. Hal ini menunjukkan bahwa peluang masuk pasar kerja formal di Indonesia kian sulit, termasuk oleh lulusan baru (fresh graduate).

Tak bisa dimungkiri, selama ini belum ada totalitas untuk menata dan memperluas portofolio ketenagakerjaan di negeri ini. Pertumbuhan angkatan kerja di Indonesia yang sekitar 2,9 juta per tahun, sebagian besar atau sekitar 80% di antaranya tenaga kerja tidak terlatih. Pentingnya transformasi ketenagakerjaan dengan merombak sistem pendidikan kejuruan yang lebih sesuai dengan kebutuhan industri.

Baca Juga: Danantara Rancang Bujet 18 Proyek Hilirisasi

Pemerintah daerah seharusnya bisa memproyeksikan kebutuhan tenaga kerja serta portofolio kompetensi dan profesi yang cocok bagi warganya. Khususnya portofolio yang berbasis sumber daya lokal. Pentingnya strategi pembangunan ketenagakerjaan yang bersifat multi-skilling, retrainable dan kompetensi  entrepreneurship hingga technopreneurship. Sayangnya hingga kini di banyak daerah belum memiliki sistem informasi ketenagakerjaan yang aktual dan terjadi stagnasi portofolio profesi. Padahal sistem informasi tersebut sangat penting untuk memproyeksikan jumlah kebutuhan tenaga kerja dan mengukur pemenuhan kebutuhan tenaga kerja yang dilihat dari sisi permintaan. 

Belajar dari Amerika

Komposisi jumlah angkatan kerja di atas sangat rentan terhadap gejolak dan membuat lemah daya saing sektor investasi. Pada era liberalisasi tenaga kerja sekarang ini, segmen lapangan kerja memerlukan standar kerja dengan cara pelatihan. 

Sudah saatnya pemerintah pusat dan daerah menata kembali fasilitas Balai Latihan Kerja (BLK) dengan peralatan yang canggih, antara lain menggunakan simulator. Hal ini untuk  mengatasi ketimpangan pasar tenaga kerja sehingga bisa memenuhi standar kompetensi dari pihak investor.

Baca Juga: Efek Tas dan Pena PM Jepang

Belajar dari  American Workforce Network (AWN) adalah jaringan pekerja nasional Amerika yang menerima dana dari pemerintah federal di mana tugas utamanya adalah memberikan/menyediakan informasi kepada perusahaan agar mereka dapat menemukan pekerja yang cocok; sementara sistem yang sama diharapkan dapat membantu para calon pekerja dalam mencari dan mengembangkan karier mereka.

Mereka telah berhasil merencanakan dan mengembangkan platform yang cukup canggih untuk kepentingan pekerja. Platform berguna untuk mengembangkan American Career Kit (ACK). Semacam akun untuk pekerja yang berisi semua data dan kualifikasi dari pekerja bersangkutan.

Saat ini, American Career Kit menjadi salah satu yang terbesar dan paling signifikan dalam membantu pekerja untuk mencari pekerjaan. Untuk memudahkan, sistem yang digunakan baik oleh pencari kerja maupun perusahaan semuanya berbasiskan digital.

Baca Juga: Kebut Penjualan Mobil hingga Ujung Tahun

Penggunaan teknologi digital bisa mempercepat proses rekrutmen dan pendaftaran pekerja secara online serta memudahkan baik untuk perusahaan maupun pencari kerja. Dan dengan sistem yang bisa otomatisasi, pencari kerja akan dengan cepat bisa mendapatkan informasi tentang lowongan kerja yang sudah ada, sementara perusahaan juga dengan cepat bisa mendapatkan pekerja sesuai yang diharapkan.

Sebaiknya generasi muda memperhatikan nasehat Profesor Clayton Christensen agar berdamai dengan inovasi disruptif. Keniscayaan, kondisi ketenagakerjaan di masa kini dan mendatang sangat dipengaruhi oleh inovasi disruptif.  Teori disruptive innovation pertama kali diciptakan oleh Guru Besar di Harvard Business School, Profesor Clayton M. Christensen. Tertuang dalam bukunya The Innovator’s Dilemma yang terbit tahun 1997. Teori disruptive innovation menjelaskan fenomena dimana sebuah inovasi mengubah pasar atau sektor yang ada.

Baca Juga: Penyelamatan Telkom di Isu Merger Grab dan GOTO

Perlu sikap mental yang tahan banting untuk mengatasi era disruptif. Disruption juga membawa distraction pada pikiran kita. Terlalu banyak hal baru yang mengancam membuat kita bingung mulai dari mana cara mengatasinya. Perlu memilah mana aspek yang harus difokuskan terlebih dahulu, apa saja yang harus diprioritaskan, mana yang kita akan tangani secara serius, apa saja tahapan dan langkah untuk menanganinya dan seterusnya.

Menghadapi era disruptif, kita tidak mungkin lagi melakukan business as usual. Pengukuran kinerja berlandaskan cara kerja lama tidak mungkin dipertahankan.

Karena perubahan begitu cepat, maka akan lebih memberdayakan manakala kemajuan diukur dari progres perkembangannya. Kemajuan apa yang berhasil diwujudkan, bukan semata hasil akhir yang bisa jadi kelak tidak relevan lagi. Ketika hal di atas sudah terbangun di seluruh jenjang organisasi pekerja, inilah yang disebut kondisi agile organization.

Selanjutnya: Semen Baturaja (SMBR) Terangkat Proyek Infrastruktur

Bagikan
Topik Terkait

Berita Terbaru

Ekspansi Emiten Migas Semakin Ngegas
| Minggu, 07 Desember 2025 | 12:24 WIB

Ekspansi Emiten Migas Semakin Ngegas

Kendati ekspansi bisa mendorong kinerja jangka panjang, tekanan biaya operasional dan fluktuasi harga komoditas menjadi risiko emiten ini

Divestasi Es Krim Terwujud, Pemulihan UNVR Terus Berlanjut
| Minggu, 07 Desember 2025 | 07:55 WIB

Divestasi Es Krim Terwujud, Pemulihan UNVR Terus Berlanjut

Tren perbaikan kinerja PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) kemungkinan memang masih akan berlanjut hingga akhir tahun.

Masuki Momen Santa Claus Rally, Berikut Saham Pilihan Akhir Tahun
| Minggu, 07 Desember 2025 | 07:21 WIB

Masuki Momen Santa Claus Rally, Berikut Saham Pilihan Akhir Tahun

Ada beberapa faktor yang penting yang dapat mempengaruhi Santa Claus Rally di antaranya adalah aktivitas window dressing.

Momentum IHSG Bullish di Akhir Tahun, Ini Saham-saham yang Cenderung Naik di Desember
| Minggu, 07 Desember 2025 | 07:09 WIB

Momentum IHSG Bullish di Akhir Tahun, Ini Saham-saham yang Cenderung Naik di Desember

Secara historikal, ada beberapa saham yang cenderung mengalami penguatan pada Desember sehingga menjadi favorit banyak investor.

Pamor SBN Ritel Masih Akan Tinggi Meski Bunga Menurun
| Minggu, 07 Desember 2025 | 07:00 WIB

Pamor SBN Ritel Masih Akan Tinggi Meski Bunga Menurun

Realisasi penerbitan SBN Ritel tahun 2025 mencapai sekitar Rp 153 triliun, termasuk Sukuk Tabungan ST015.

Berebut Ceruk Pasar Bus Premium di Penghujung Tahun
| Minggu, 07 Desember 2025 | 06:10 WIB

Berebut Ceruk Pasar Bus Premium di Penghujung Tahun

Menjelang libur Natal dan Tahun Baru, demam perjalanan darat mulai terasa. Kursi sleeper bus diburu pelancong untuk liburan.

 
Rupiah Terangkat Pelemahan Dolar Selama Sepekan Terakhir
| Minggu, 07 Desember 2025 | 06:00 WIB

Rupiah Terangkat Pelemahan Dolar Selama Sepekan Terakhir

Sepekan ini dolar AS cukup tertekan oleh meningkatnya prospek pemangkasan suku bunga oleh the Federal Reserve (The Fed).

Saham Kapitalisasi Kecil Mengangkat IHSG Capai Rekor Tertinggi 8.689,1
| Minggu, 07 Desember 2025 | 06:00 WIB

Saham Kapitalisasi Kecil Mengangkat IHSG Capai Rekor Tertinggi 8.689,1

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,46% sepekan periode 1-5 Desember 2025. IHSG ditutup pada 8.632,76.

Kurangi Ketergatungan Kentang Impor, PepsiCo Indonesia Adopsi Cara Thailand,
| Minggu, 07 Desember 2025 | 05:45 WIB

Kurangi Ketergatungan Kentang Impor, PepsiCo Indonesia Adopsi Cara Thailand,

Untuk memastikan ketersediaan bahan baku kentang, PepsiCo Indonesia menggandeng petani di Jawa Barat. 

Bisnis yang Cuan Saat Musim Liburan Anak-anak Tiba
| Minggu, 07 Desember 2025 | 05:40 WIB

Bisnis yang Cuan Saat Musim Liburan Anak-anak Tiba

Menyambut musim liburan, berbagai kelas bermain untuk anak kini dibuka dengan ragam aktivitas seru yang mengasah kreativitas.

 
INDEKS BERITA

Terpopuler