KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tekanan terhadap indeks dollar Amerika Serikat (AS) belum mereda. Rabu (29/11), indeks dollar tertekan ke level 102,89, bahkan sempat menyentuh di level terendah dalam tiga bulan.
Pengamat Komoditas dan Mata Uang, Lukman Leong mengatakan, penurunan indeks dollar AS disebabkan aksi profit taking investor. "Sebab, pada awal November ini indeks dollar AS sempat di level 107," ujarnya kepada KONTAN, Rabu (29/11).
Presiden Komisioner HFX International Berjangka, Sutopo Widodo melanjutkan, turunnya indeks dollar AS juga dipicu pernyataan terbaru pejabat Federal Reserve alias The Fed.
Bank sentral AS itu memberi sinyal kenaikan suku bunga telah usai dan akan mulai memangkas suku bunga tahun depan.
"Pasar kini melihat peluang sebesar 40% bagi The Fed untuk mulai melakukan pelonggaran kebijakan pada bulan Maret 2024," jelasnya.
Di tengah penurunan indeks dollar ini, mata uang yang sensitif terhadap resiko seperti euro (EUR) dan poundsterling (GBP) menguat tajam.
Baca Juga: Ekonomi Global 2024 Belum Aman
Menurut Sutopo, saat ini para investor masih menantikan beberapa data penting dari AS. Salah satunya, indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE). Maka, pasar masih dalam mode risk-on.
Selain EUR dan GBP, kata Sutopo, mata uang antipodean yakni dollar Australia (AUD dan dollar Selandia Baru (NZD) juga bisa dicermati.
Pengamat Mata Uang Lukman Leong mengatakan, efek pelemahan dollar AS tak serta merta menyebabkan apresiasi mata uang utama dunia akan signifikan.
Ia memperkirakan, peningkatannya bakal terbatas, mengingat inflasi beberapa negara seperti Eropa, Inggris, maupun Australia juga mulai melandai.
Menurutnya, mata uang yang diuntungkan saat ini justru mata uang dari negara dengan inflasi dan tingkat suku bunga yang telah stabil. Misal, baht (THB) Thailang, ringgit Malaysia (MYR), dan China Yuan (CNY).
"Sedangkan rupiah, walau inflasi telah di dalam target, tingkat suku bunga masih tinggi, sehingga penguatan rupiah akan terbatas," paparnya.
Lukman memperkirakan, hingga akhir tahun, pairing USD/THB di level 33, USD/MYR di 4,45-4,50, dan USD/CNY di 7. Baru di tahun depan, mata uang utama dunia akan unjuk gigi.
Namun hal tersebut terjadi dengan asumsi ekonomi rebound dan adanya sentimen risk on. Prediksi dia, USD/EUR diperkirakan akan berkisar 1,13-1,15, USD/GBP 1,31-1,33, dan USD/AUD di level 0,73-0,75.
Lihat halaman 16