Nilai Aset Dasar Turun, Dana Kelolaan Reksadana Merosot

Rabu, 13 Juli 2022 | 04:30 WIB
Nilai Aset Dasar Turun, Dana Kelolaan Reksadana Merosot
[]
Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah dana kelolaan atau asset under management (AUM) industri reksadana menyusut pada Juni 2022. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), AUM reksadana pada Juni hanya Rp 548,48 triliun, atau susut 1,74% dari posisi Mei, sebesar Rp 558,2 triliun. 

Penurunan dana kelolaan terjadi pada mayoritas reksadana. Hanya reksadana terproteksi, reksadana indeks dan reksadana berbasis sukuk yang dana kelolaannya masih naik di Juni.

Kenaikan AUM reksadana terproteksi, menurut Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana, terdorong maraknya penerbitan obligasi korporasi di Juni. Alhasil, banyak ruang bagi manajer investasi untuk membungkus obligasi korporasi dalam reksadana terproteksi.

Baca Juga: ADPI: Semua Investasi Dana Pensiun Harus Aman dan Optimal Pengelolaannya

Dari sisi kacamata investor, kupon obligasi korporasi tahun ini juga lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya serta jauh di atas bunga deposito. Minat investor masuk reksadana terproteksi membuat dana kelolaan meningkat. 

Minat investor masuk ke reksadana saham juga masih meningkat, terlihat dari naiknya unit penyertaan. Meski begitu, AUM reksadana turun akibat penurunan aset, seiring pelemahan IHSG.

Masih bisa naik

Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management Reza Fami menyebut, banyak investor yang menjual reksadana karena kondisi pasar yang fluktuatif. Akibanya, investor memilih memegang cash sembari wait and see perkembangan pasar.

Untuk outlook pertumbuhan dana kelolaan di paruh kedua tahun ini, Reza optimistis industri reksadana akan berbalik positif. Menurut dia, pemulihan ekonomi hingga tren harga komoditas yang masih cenderung tinggi akan menopang kinerja berbagai emiten dan menopang outlook pasar keuangan ke depan. 

Baca Juga: Kondisi Tak Menentu, Nasabah Tajir Geser Penempatan Dana ke Instrumen Jangka Pendek

“Akan tetapi, dalam jangka pendek, kebijakan The Fed akan membuat investor memilih memarkir dana pada instrumen yang relatif stabil, seperti reksadana pasar uang dan pendapatan tetap," terang Reza. Dia yakin, dana kelolaan industri reksadana masih bisa tumbuh 10%-15% dari posisi akhir Juni 2022. Artinya, pada akhir 2022, AUM reksadana bisa mencapai Rp 600 triliun-Rp 625 triliun. 

Tapi Wawan meragukan dana kelolaan reksadana bisa naik tinggi. Aturan baru OJK No 5 Tahun 2022 yang melarang unitlink menempatkan dana pada reksadana, kecuali reksadana berbasis SBN, menjadi masalah untuk industri reksadana. 

Kebijakan ini bisa menghambat pertumbuhan dana kelolaan dan menggerus dana yang sudah ada di reksadana. "Akibat aturan tersebut, asuransi jiwa akan redeem dan mengelola secara mandiri atau melalui kontrak pengelolaan dana," kata Wawan.

Wawan menilai, di awal tahun ini, industri asuransi jiwa (unit link) menempatkan dana Rp 162 triliun di reksadana, atau 30% dari total dana kelolaan. Dia memperkirakan, dana kelolaan industri reksadana akan sulit melebihi posisi AUM akhir 2021 yang sebesar Rp 580 triliun. Terlebih jika asuransi jiwa mengurangi porsi di reksadana.  

Baca Juga: Susut Hampir Rp 10 Triliun, AUM Industri Reksadana Jadi Rp 548,48 Triliun Per Juni

Bagikan

Berita Terbaru

Profit 35,78% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Kembali Naik (21 April 2025)
| Senin, 21 April 2025 | 08:41 WIB

Profit 35,78% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Kembali Naik (21 April 2025)

Harga emas Antam hari ini (21 April 2025) 1 gram Rp 1.980.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 35,78% jika menjual hari ini.

Mayoritas Indeks Saham ASEAN Menghijau di 14-17 April 2025, IHSG Hanya di Bawah STI
| Senin, 21 April 2025 | 07:20 WIB

Mayoritas Indeks Saham ASEAN Menghijau di 14-17 April 2025, IHSG Hanya di Bawah STI

Pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berlangsung di saat investor asing masih rajin melakukan aksi jual.

Izin Belum Juga Diterbitkan, Pembangunan Stasiun LNG CGAS Baru Rampung Desember 2026
| Senin, 21 April 2025 | 07:10 WIB

Izin Belum Juga Diterbitkan, Pembangunan Stasiun LNG CGAS Baru Rampung Desember 2026

Dana hasil initial public offering (IPO) PT Citra Nusantara Gemilang Tbk (CGAS) masih tersisa sebanyak Rp 100,55 miliar.

Sentimen Negosiasi Dengan AS Membayangi Gerak IHSG Hari Ini, Senin (21/4)
| Senin, 21 April 2025 | 07:06 WIB

Sentimen Negosiasi Dengan AS Membayangi Gerak IHSG Hari Ini, Senin (21/4)

Harga minyak mentah juga melanjutkan tren penguatan, setelah AS menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran.

Atur Uang Makin Mudah Lewat Aplikasi
| Senin, 21 April 2025 | 07:01 WIB

Atur Uang Makin Mudah Lewat Aplikasi

Populasi usia muda melek digital memberi prospek cerah terhadap platform digital pengelola keuangan.

Nilai Tukar Rupiah Menanti Perkembangan Tarif Trump
| Senin, 21 April 2025 | 07:00 WIB

Nilai Tukar Rupiah Menanti Perkembangan Tarif Trump

Rupiah di pasar spot turun tipis 0,26% per dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat (18/4) ke Rp 16.877 per dolar AS secara harian.

Di Tengah Ketidakpastian, Sukuk Ritel Seri 22 Siap Meluncur
| Senin, 21 April 2025 | 06:57 WIB

Di Tengah Ketidakpastian, Sukuk Ritel Seri 22 Siap Meluncur

Prospek imbal hasil SR022 yang akan ditawarkan bergantung pada kondisi yield di pasar dan tenor yang ditawarkan. 

Net Sell Rp 13,9 T Membayangi IHSG di Awal Pekan, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Senin, 21 April 2025 | 06:57 WIB

Net Sell Rp 13,9 T Membayangi IHSG di Awal Pekan, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Pada Kamis (17/4) net sell tercatat Rp 679,86 miliar. Total net sell selama lima hari terakhir mencapai Rp 13,9 triliun.

Gempuran Aturan Jaga Kesehatan Tekfin
| Senin, 21 April 2025 | 06:56 WIB

Gempuran Aturan Jaga Kesehatan Tekfin

Demi menjaga kesehatan bisnis pinjaman daring dari kredit bermasalah, OJK menerbitkan sederet aturan.

Pemain Berkurang, Persaingan Sektor Telekomunikasi Kian Ketat
| Senin, 21 April 2025 | 06:51 WIB

Pemain Berkurang, Persaingan Sektor Telekomunikasi Kian Ketat

Di tengah pelemahan daya beli konsumen, kemunculan XLSmart menyebabkan persaingan harga industri telekomunikasi makin sengit

INDEKS BERITA

Terpopuler