Berita

Pasar Properti

Oleh Thomas Hadiwinata - Managing Editor
Sabtu, 05 November 2022 | 08:00 WIB
Pasar Properti

Reporter: Thomas Hadiwinata | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kelesuan pasar properti kini tidak terbatas di China semata. Tanda-tanda tekanan atas pasar properti, terutama residensial, mulai terlihat di banyak negara. 

Pasar properti di separuh dari 18 negara maju yang dipantau lembaga riset Oxford Economics, sudah masuk ke fase melandai. The Economist melengkapi data itu dengan ilustrasi pasar properti di kawasan suburb Sydney, Australia. 

Setelah mengalami booming selama dua tahun pandemi, penjual rumah di tahun ini mengalami nasib berbeda. Di tahun 2020-2021, sebuah listing bisa menuai hingga puluhan calon pembeli. Tingginya minat beli melambungkan harga kesepakatan hingga 40% di atas nilai penawaran. 

Jejak pasar yang semarak tidak lagi tampak tahun ini. Harga jual rumah turun 20% dari puncaknya, sejalan dengan sepinya peminat.

Selandia Baru mengalami kecenderungan serupa. Pasar properti di negara tetangga Australia itu merosot 12% dibanding masa puncak pasar, tahun lalu. Di Kanada dan Swedia, harga properti turun berkisar 8% dibanding harga per Februari.

Kendati tak ada angka yang dikutip, Economist menyebut pasar properti di Amerika Serikat dan Inggris bernasib sama. 

Pengetatan kebijakan moneter di banyak ekonomi maju, berikut berbagai dampaknya, jelas berada di balik terpangkasnya harga properti di masing-masing negara. 

Easy money yang mengalir deras dari berbagai paket stimulus mendorong harga di masa pandemi. Tahun ini, tidak cuma stimulus dicabut, otoritas pun mengerek bunga. 

Situasi di pasar properti dalam negeri sedikit berbeda. Di pasar sekunder, harga properti tidak terlihat jatuh sedrastis pasar di negara-negara maju. 

Sangat mungkin, ini terkait dengan skala nilai stimulus yang berbeda antara Indonesia dan negara maju. Belum lagi, stimulus Covid di sini terfokus ke agenda perlindungan sosial. Harga properti di sini, jika dibandingkan pada masa sekarang dengan masa pandemi lebih terlihat sedikit beringsut mundur.

Namun arah bunga kredit pembelian rumah di sini dan di barat sana seharusnya tidak banyak berbeda. Proyeksi yang diyakini banyak orang, bunga KPR di mana-mana akan naik membuntuti sikap agresif Federal Reserve menaikkan bunga.

Jika biaya pembiayaan meningkat bersamaan dengan koreksi harga properti yang masih terbatas, pengisi pasar properti di dalam negeri bakal terbatas. Hanya para pencari rumah pertama yang, mau tidak mau, menyerap pasokan.

Terbaru
IHSG
7.110,81
0.52%
36,99
LQ45
927,64
0.67%
6,18
USD/IDR
16.224
-0,34
EMAS
1.325.000
1,34%
Terpopuler