Pengawasan BUMN

Rabu, 03 Mei 2023 | 08:00 WIB
Pengawasan BUMN
[]
Reporter: Havid Vebri | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kasus korupsi kembali terjadi di tubuh perusahaan pelat merah alias BUMN. Terbaru Direktur Utama perusahaan negara PT Waskita Karya Tbk terjerat korupsi bernilai triliunan rupiah. 

Menteri BUMN Erick Thohir menganggap kasus ini sebagai peringatan terhadap BUMN lainnya.  Harusnya memang menjadi peringatan, tapi tak pernah diindahkan.

Terbukti, kendati kasus korupsi yang menjerat direksi atau pimpinan BUMN terus berulang, tapi bak gelombang di laut, sederet kasus korupsi di tubuh BUMN terus saja susul menyusul tiada henti. 

Jika dihitung sejak era Menteri BUMN dijabat Rini Soemarno, mungkin sudah puluhan direksi BUMN kini menjadi pesakitan lantaran terjerat korupsi. Jadi, terungkapnya korupsi yang menjerat para petinggi BUMN sejak dahulu tak pernah dijadikan peringatan atau pelajaran bagi para petinggi BUMN.

Nampaknya, siapapun menterinya, kondisi BUMN tak kunjung berubah ke arah lebih baik. Erick yang sejak awal mengaku tidak memberikan toleransi bagi tindakan merugikan BUMN, juga tak cukup mampu memberangus budaya korupsi di BUMN. 

Padahal, sejak awal pula dia telah berkomitmen memperbaiki kondisi BUMN agar lebih transparan dan profesional. Faktanya, korupsi masih terus menggerogoti BUMN hingga detik ini.

Pertanyaannya, sudah sejauh mana komitmen lisannya untuk bersih-bersih BUMN itu benar-benar diterapkan di lapangan? 

Tak cukup hanya koar-koar di media, mengatasi penyakit yang sudah kronis diperlukan resep jitu yang benar-benar ampuh. Resep Erick Thohir terbukti tak ampuh mengatasi korupsi di BUMN.

Upaya merampingkan jumlah BUMN yang gencar dilakukan lima tahun terakhir mungkin efektif menggenjot kinerja BUMN. Tapi, belum tentu efektif mengamputasi penyakit korupsi di BUMN tersebut. 

Artinya, tak cukup hanya bermodalkan perampingan BUMN. Lebih dari itu adalah bagaimana program bersih-bersih itu disertai sistem pengawasan yang kuat.

Untuk pengawasan memang sudah Dewan Komisaris BUMN yang salah satu tugasnya adalah mengawasi kinerja perusahaan pelat merah ini. 

Tapi, bagaimana pengawasan maksimal jika yang menjabat posisi itu bukan orang yang ahli. Posisi itu lebih banyak mengakomodir orang-orang politik yang punya relasi kuat terhadap penguasa.

Tak heran, Dewan Komisaris BUMN menjadi tumpul, bahkan mungkin ikut kecipratan duit korupsi BUMN.

Bagikan

Berita Terbaru

Harga CPO Bikin Laba Melonjak, Prospek Kinerja dan Saham AALI di Q4 Bisa Menguat
| Sabtu, 22 November 2025 | 11:00 WIB

Harga CPO Bikin Laba Melonjak, Prospek Kinerja dan Saham AALI di Q4 Bisa Menguat

Kenaikan harga CPO yang terjadi menjadi katalis positif jangka pendek, sementara area support AALI berada di kisaran Rp 7.600 hingga Rp 7.700.

YELO Bakal Perkuat Bisnis Fixed Broadband Internet ke Segmen Rumah Tangga
| Sabtu, 22 November 2025 | 09:00 WIB

YELO Bakal Perkuat Bisnis Fixed Broadband Internet ke Segmen Rumah Tangga

PT Yeloo Integra Datanet Tbk (YELO) tengah menghadapi masa sulit sepanjang sembilan bulan tahun 2025 ini.

Mengejar Target Pajak Lewat Digitalisasi
| Sabtu, 22 November 2025 | 07:00 WIB

Mengejar Target Pajak Lewat Digitalisasi

Untuk mengejar target pajak penghambat sitem coretax harus segera dibenahi supaya optimalisasi penerimaan pajak terpenuhi..​

Cetak Pekerja Miskin
| Sabtu, 22 November 2025 | 07:00 WIB

Cetak Pekerja Miskin

Negara dan dunia kerja harus mulai merombak strategi dunia tenaga kerja yang bisa menumbuhkan produktivitas serta gaji yang mumpuni.

Bos Hotel Sahid Ingatkan Investor dalam Berinvestasi Jangan Ikut-ikutan Tren Sesaat
| Sabtu, 22 November 2025 | 07:00 WIB

Bos Hotel Sahid Ingatkan Investor dalam Berinvestasi Jangan Ikut-ikutan Tren Sesaat

Dana yang ia miliki sebagian besar kembali ia putar untuk memperkuat modal usaha, ekspansi di berbagai unit bisnis yang ia kelola. 

Setelah Izinnya Dicabut, Kini P2P Lending Crowde Digugat Bank Mandiri Rp 730 Miliar
| Sabtu, 22 November 2025 | 06:38 WIB

Setelah Izinnya Dicabut, Kini P2P Lending Crowde Digugat Bank Mandiri Rp 730 Miliar

Gugatan ini bukan kali pertama dilayangkan Bank Mandiri. 1 Agustus lalu, bank dengan logo pita emas ini juga mengajukan gugatan serupa.

Ini Bisa Jadi Valas Pilihan Saat Dolar AS Perkasa
| Sabtu, 22 November 2025 | 06:30 WIB

Ini Bisa Jadi Valas Pilihan Saat Dolar AS Perkasa

Volatilitas tinggi di pasar valuta asing memerlukan kehati-hatian dan sesuaikan dengan profil risiko

Dharma Polimetal (DRMA) Bersiap Akuisisi dan Ekspansi Bisnis
| Sabtu, 22 November 2025 | 05:20 WIB

Dharma Polimetal (DRMA) Bersiap Akuisisi dan Ekspansi Bisnis

DRMA sedang merampungkan akuisisi PT Mah Sing Indonesia. Akuisisi 82% saham perusahaan komponen plastik tersebut mencatat nilai Rp 41 miliar.

Jasnita Telekomindo (JAST) Memacu Ekspansi Bisnis Berbasis Teknologi
| Sabtu, 22 November 2025 | 05:17 WIB

Jasnita Telekomindo (JAST) Memacu Ekspansi Bisnis Berbasis Teknologi

Melihat rencana bisnis PT Jasnita Telekomindo Tbk (JAST) yang tengah memperkuat portofolio produk berbasis teknologi

Banyak Fraud, Industri Fintech Butuh Penjaminan
| Sabtu, 22 November 2025 | 04:55 WIB

Banyak Fraud, Industri Fintech Butuh Penjaminan

Risiko tinggi bikin asuransi fintech lending sulit dibuat dan butuh persiapan yang sangat matang agar tidak menambah risiko

INDEKS BERITA

Terpopuler