KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah diprediksi menguat pada Senin (9/1). Rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) memberikan peluang bagi penguatan rupiah.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana mengatakan, pergerakan rupiah bakal terpengaruh rilis data tenaga kerja AS seperti non farm payrolls (NFP) yang meningkat 223.000 di Desember, lebih tinggi daripada konsensus analis yang memperkirakan bertambah 200.000 - 220.000. Namun masih lebih rendah dibanding bulan sebelumnya 256.000.
Tingkat pengangguran (unemployment rate) turun menjadi 3,5%, jauh lebih baik dari bulan sebelumnya 3,6% dan konsensus analis 3,7%.
Baca Juga: Rupiah Diramal Melemah pada Pekan Depan, Ini Alasannya
Fikri bilang, data mengindikasikan kekhawatiran suku bunga tinggi dan resesi bakal menurun. Investor diharapkan mulai sedikit risk-on dan seharusnya mendorong depresiasi mata uang emerging market, termasuk rupiah.
Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin juga memperkirakan rupiah bisa menguat awal pekan. "Performa dollar kurang mengesankan di akhir pekan lalu, ketika kinerja NFP yang merosot dibandingkan data sebelumnya," ucap dia.
Selain itu, pasar juga menyikapi data inflasi AS yang akan dipublikasikan pada Kamis, 12 Januari 2023 estimasi di bawah bulan November 2022 di 7,1%. Nanang memperkirakan rupiah akan bergerak kembali di bawah Rp 15.600 per dollar AS. Dia memproyeksikan pergerakan rupiah akan berkisar di rentang Rp 15.580 - 15.650 per dollar AS pada Senin (9/1). Sedangkan, Fikri memproyeksikan rupiah akan bergerak di area Rp 15.500 - 15.700 per dollar AS.
Kurs JISDOR Rp 15.635 per dollar AS, melemah 0,16% di Jumat (6/1). Sedang, rupiah di pasar spot melemah 0,10% ke level Rp 15.633 pada akhir pekan lalu.
Baca Juga: Rupiah Melemah 0,38% dalam Sepekan, Simak Prediksinya untuk Pekan Depan