KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang semester I-2019, perusahaan gas plat merah, PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk, sudah membelanjakan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar US$ 150 juta. Penyerapan tersebut setara dengan 30% dari total anggaran capex tahun ini yang mencapai US$ 500 juta.
Gigih Prakoso, Direktur Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), mengakui, serapan capex selama paruh pertama tahun ini masih mini. "Makanya ada kemungkinan revisi turun untuk kebutuhan capex tahun ini menjadi 70%-80% anggaran awal," katanya saat berkunjung ke Kantor KONTAN, Selasa (16/7).
Tahun ini, PGAS mengalokasikan 80% capex untuk membiayai pengembangan pipa transmisi gas dan pipa distribusi gas. Kurang lebih US$ 50 juta di antaranya untuk mendanai infrastruktur Blok Rokan yang pada tahun 2021 beralih operasional ke tangan induk usahanya, PT Pertamina.
Nah, laju penyerapan capex itu sejalan dengan realisasi voluma penjualan Januari-Juni 2019 yang masih di bawah target Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) sebesar 970 british thermal unit per day (bbtud). Realisasi volume penjualan gas perusahaan tersebut sekitar 98% dari target RKAP.
Danny Praditya, Director of Commerce PT Perusahaan Gas Negara Tbk menjelaskan, tidak tercapainya target volume penjualan gas pada semester I tahun ini akibat kendala pasokan gas dari hulu di sejumlah daerah. Belum lagi, libur panjang Lebaran juga turut menyusutkan volume permintaan gas.
Namun PGN masih memegang target awal yang sudah ditetapkan. Mereka yakin bisa memenuhi target volume penjualan gas 970 sesuai dengan RKAP. Dalam catatan pemberitaan KONTAN sebelumnya, manajemen perusahaan tersebut membidik pendapatan sekitar US$ 5 miliar dan laba di atas US$ 200 juta sepanjang tahun ini.
Bangun infrastruktur
Agar target tak meleset, PGN terus mengembangkan distribusi pasar. Target utamanya ke Sumatra, Jawa Barat, Jawa Tengah serta Indonesia bagian tengah dan timur. Rata-rata harga jual gas PGN saat ini US$ 8,5 per million british thermal unit (mmbtu).
Tahun ini, PGN membidik 244.043 pelanggan baru. Sebanyak 85% berasal dari sektor pembangkit listrik. Sisanya terdiri dari PT Pertamina Gas (Pertagas), industri kimia, industri keramik serta industri makanan dan minuman.
PGN juga melanjutkan pengembangan infrastruktur. Sebagai bagian dari Sub Holding BUMN Minyak dan Gas, mereka mengoptimalkan aset dan pola operasi di Jawa bagian barat dan timur.
Agenda lain, PGN menggeber penyelesaian jalur pipa transimisi dari Gresik hingga Semarang. Hingga tahun 2024 mendatang mereka harus sduah membangun pipa transmisi hingga sepanjang 528 kilometer (km). Ada pula rencana pengembangan jaringan distribusi gas bumi (jargas) sebanyak 4,7 juta sambungan hingga tahun 2025.
Kalau target PGN tahun ini adalah membangun 78.216 sambungan. Sambungan baru tersebut akan melengkapi 524.433 sambungan pada tahun lalu.
Biaya investasi PGN berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), kas internal, Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dan Pembiayaan Investasi Non-Anggaran Pemerintah (PINA). "Kami tidak bisa mengandalkan uang pemerintah jadi kami mengajak mitra untuk menjalankan ini," kata Dilo Seno Widagdo, Direktur Infrastruktur dan Teknologi PT Perusahaan Gas Negara Tbk.