KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak November 2022 lalu, investor di Indonesia punya alternatif investasi baru yang disebut waran terstruktur. Instrumen turunan saham ini memungkinkan investor memperoleh keuntungan dari kinerja saham yang menjadi underlying asset waran terstruktur namun dengan modal kecil.
Sejauh ini, memang baru ada dua sekuritas yang menerbitkan waran terstruktur. Namun, jumlah produknya terus bertambah. Transaksi perdagangan juga terus meningkat.
Pekan lalu, misalnya, nilai perdagangan waran terstruktur mencapai Rp 9,58 miliar. Memang, masih kalah jauh dibandingkan nilai transaksi perdagangan saham.
Sayang, masih banyak investor yang belum memahami ihwal produk derivatif ini. Ini tampak dari perdagangan lima seri waran terstruktur RHB Sekuritas yang akan jatuh tempo pada Rabu (10/5) mendatang. Salah satunya, waran terstruktur PGASDRCK3A dengan aset dasar saham PGAS.
Berbeda dengan waran biasa, penyelesaian waran terstruktur dilakukan secara tunai.
Jika harga penyelesaian, yang dihitung dari rata-rata harga penutupan aset dasar selama lima hari bursa sebelum jatuh tempo, berada di atas harga pelaksanaan alias strike price, investor akan mendapat nilai tunai. Ini disebut in-the-money (ITM).
Jika harga penyelesaian sama atau di bawah harga pelaksanaan, maka tidak ada nilai tunai yang akan investor peroleh.
Nah, harga pelaksanaan PGASDRCK3A dipatok sebesar Rp 1.900 per unit. Sementara harga saham PGAS sepanjang pekan lalu ditutup di bawah Rp 1.400 per saham, jauh di bawah strike price.
Melihat pergerakan harga saham PGAS tersebut, besar kemungkinan harga penyelesaian PGASDRCK3A akan berada di bawah harga pelaksanaan. Artinya, PGASDRCK3A berpotensi tidak memberikan nilai tunai alias out-of-the-money (OTM).
Anehnya, di hari-hari terakhir perdagangan PGADRCK3A pada pekan lalu, transaksi masih cukup ramai dan harga waran terstruktur tersebut sempat melesat tinggi.
Padahal, selain tidak akan memperoleh nilai tunai, investor juga berpotensi kehilangan modalnya lantaran waran terstruktur akan hangus saat jatuh tempo. Artinya, investor bisa kehilangan segalanya
Makanya, edukasi mengenai waran terstruktur perlu terus digelar. Bukan cuma oleh penerbit, namun juga oleh regulator. Investor juga mesti belajar. Jangan sampai investasi bikin rugi karena masing-masing pihak tidak mengerjakan PR-nya