Prospek Ramayana Lestari Sentosa (RALS) Terimpit Pelemahan Daya Beli

Rabu, 13 Juli 2022 | 04:40 WIB
Prospek Ramayana Lestari Sentosa (RALS) Terimpit Pelemahan Daya Beli
[]
Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten ritel PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) bisa kembali melemah. Inflasi tinggi dan gejolak makroekonomi bisa menekan kinerja emiten anggota indeks Kompas100 ini.

Analis MNC Sekuritas Raka Junico mengatakan, efek inflasi memang menjadi kekhawatiran. Maklum, produk RALS yang menyasar segmen pasar menengah ke bawah rentan akan kenaikan harga.

Namun untungnya inflasi pada segmen pakaian masih relatif rendah, di level 0,15% secara bulanan. Selain itu, momentum lebaran yang disertai pelonggaran mobilitas menjadi pendorong bagi kinerja RALS. Raka mengingatkan, secara rata-rata dalam lima tahun terakhir, pendapatan di kuartal dua berkontribusi 39,61% dari total pendapatan secara tahunan.

Baca Juga: Sambut Lebaran, Simak Rekomendasi Saham Pilihan Mirae Asset Sekuritas

Di sisa tahun ini RALS juga perlu mengantisipasi dampak kenaikan kasus Covid-19 beserta kebijakan yang menyertainya. "Kami melihat rencana persyaratan vaksin booster untuk masuk ke pusat perbelanjaan akan menjadi tantangan bagi RALS. Aturan ini belum final, tapi hingga 12 Juli, masyarakat yang telah booster baru sekitar 24,72%," kata Raka, Selasa (12/7).

Analis Samuel Sekuritas Indonesia Pebe Peresia pun mengatakan, inflasi, depresiasi rupiah, serta kemungkinan kenaikan suku bunga menjadi faktor yang dipertimbangkan untuk melihat prospek RALS. "Kami menilai hal ini akan menjadi faktor yang membebani kinerja RALS ke depan," jelas Pebe. 

Efek harga komoditas

Raka melihat katalis positif bagi kinerja RALS ke depan di antaranya adalah kenaikan harga komoditas seiring commodity boom, yang dapat mendongkrak konsumsi masyarakat di luar Jawa, terutama di Sumatra dan Kalimantan. "Sekitar 27% dari gerai RALS berada di Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi, yang sumber pendapatannya dari komoditas. Sehingga kenaikan harga komoditas masih bisa menjadi katalis positif," ujar Raka.

Baca Juga: Indeks Keyakinan Konsumen Naik, Begini Rekomendasi Saham Emiten Ritel dari Analis

Pebe juga menilai, jika kinerja RALS akan pulih terdorong kenaikan harga komoditas. Apalagi dengan pelonggaran kebijakan PPKM, maka penjualan RALS bisa membaik. Dia memperkirakan, realisasi penjualan di kuartal kedua akan menjadi penyumbang pendapatan tertinggi tahun ini, berkat kontribusi dari momentum lebaran. 

Analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya dalam risetnya juga menuliskan jika kenaikan harga CPO bisa meningkatkan serapan tenaga kerja. Ini akan berdampak ke perbaikan daya beli konsumen berpenghasilan rendah. 

Dus, kenaikan harga CPO bisa positif bagi RALS. Hanya saja, keputusan pemerintah menaikkan tarif listrik dan mengurangi subsidi bantuan sosial bisa menjadi penghambat kinerja RALS tahun ini. 

Baca Juga: Jelang Ramadan, Ini Saham-Saham yang Direkomendasikan Analis

Namun Christine menilai, RALS bisa kembali berhemat. Pembukaan toko RALS berpotensi melambat pada tahun ini. Cara ini menurut Christine cukup tepat di tengah ketidakpastian ekonomi saat ini. 

"Jadi ke depan RALS hanya akan bergantung pada pemulihan pendapatan dari toko-toko yang ada," ujar dia. Efek strategi ini, margin laba RALS bisa terjaga. 

Tahun ini, Christine memperkirakan pendapatan RALS bisa mencapai Rp 4,39 triliun, meningkat 47,6% secara tahunan. Laba bersih RALS bisa mencapai Rp 215 miliar, naik dari Rp 171 miliar di 2021. 

Dengan kondisi tersebut Christine merekomendasikan hold saham RALS dengan target harga Rp 640 per saham. Rekomendasi ini dipangkas dari rekomendasi di Mei, yaitu trading buy dengan target harga Rp 750 per saham. "Kami memangkas rekomendasi dan target karena kondisi ekonomi yang belum pasti," tulis dia dalam riset. 

Raka masih merekomendasikan buy RALS dengan target harga di Rp 735. Sedang Pebe masih mengkaji kembali rekomendasi saham RALS. Alasannya, ada risiko naiknya kasus Covid, diberlakukan kembali PPKM, inflasi dan melemahnya daya beli. Sebelumnya ia merekomendasikan buy dengan target Rp 850. 

Inggrid Gondoprastowo, Analis Mandiri Sekuritas, memberi rating netral bagi RALS. Ia memasang target harga Rp 650 per saham.     

Baca Juga: Ramayana Lestari Sentosa (RALS) Berbalik Untung Rp 170,57 Miliar di Tahun 2021

 

Bagikan

Berita Terbaru

Incar Dana Rp 198 Miliar, Cahayasakti Investindo (CSIS) Gelar Rights Issue
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:46 WIB

Incar Dana Rp 198 Miliar, Cahayasakti Investindo (CSIS) Gelar Rights Issue

PT Cahayasakti Investindo Sukses Tbk (CSIS) akan menerbitkan saham baru maksimal 522.800.000 saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham.

Harga Bahan Baku Melemah, Prospek Emiten Kertas Cerah
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:40 WIB

Harga Bahan Baku Melemah, Prospek Emiten Kertas Cerah

Pemulihan permintaan ekspor serta stabilnya pasar domestik menjadi penopang utama outlook kinerja emiten kertas pada 2026.

Prospek Emiten CPO Masih Belum Loyo
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:34 WIB

Prospek Emiten CPO Masih Belum Loyo

Di tengah tren penurunan harga CPO global, sejumlah emiten sawit tetap memasang target pertumbuhan kinerja pada 2026.

Anggaran MBG Sudah Terserap 81%
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:30 WIB

Anggaran MBG Sudah Terserap 81%

Hingga saat ini sudah ada 741.985 tenaga kerja yang terlibat dalam melayani program makan bergizi gratis.

Bukit Uluwatu Villa (BUVA) Akuisisi Aset SMRA di Bali Senilai Rp 536,38 Miliar
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:30 WIB

Bukit Uluwatu Villa (BUVA) Akuisisi Aset SMRA di Bali Senilai Rp 536,38 Miliar

Emiten yang berafiliasi dengan pengusaha Happy Hapsoro ini mengambil alih PT Bukit Permai Properti, anak usaha PT Summarecon Agung Tbk (SMRA).

Arah IHSG Hari Ini Rabu (17/12), Antara BI Rate dan Loyonya Kurs Rupiah
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:29 WIB

Arah IHSG Hari Ini Rabu (17/12), Antara BI Rate dan Loyonya Kurs Rupiah

Tekanan kehati-hatian datang dari pergerakan rupiah yang melemah ke Rp16.685 per dolar AS di pasar spot pada saat indeks dolar AS melemah. 

Minat Investor Tinggi, Penawaran Saham IPO Superbank (SUPA) Oversubscribed
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:25 WIB

Minat Investor Tinggi, Penawaran Saham IPO Superbank (SUPA) Oversubscribed

Penawaran umum perdana saham (IPO) PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) kelebihan permintaan atau oversubscribed 318,69 kali.

Ada Produk ETF Emas, Pasar Modal Syariah Semakin Bernas
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:17 WIB

Ada Produk ETF Emas, Pasar Modal Syariah Semakin Bernas

Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, jumlah investor pasar modal syariah mencapai 211.596 per November 2025, meningkat 24,9% secara tahunan.

Cilacap Samudera Fishing (ASHA) Melirik Diversifikasi Pasar Ekspor
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:10 WIB

Cilacap Samudera Fishing (ASHA) Melirik Diversifikasi Pasar Ekspor

 Di sisi lain, ASHA melihat peluang untuk memperkuat brand di pasar domestik seiring meningkatnya konsumsi seafood modern di Indonesia.

Emiten Menggelar Buyback Agar Saham Tetap Menawan
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:09 WIB

Emiten Menggelar Buyback Agar Saham Tetap Menawan

Aksi buyback saham masih semarak dilakukan emiten jelang tutup tahun 2025. Aksi korporasi ini dilakukan untuk memoles kinerja saham.

INDEKS BERITA

Terpopuler