KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di akhir Juli 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tutup di 7.484,34. Meningkat 8,04% month on month (mom) per 31 Juli 2025 dan naik 5,71% year to date (ytd). Sepintas angka tersebut menggembirakan.
Namun, sejatinya IHSG masih rapuh. Dua hari terakhir di bulan Juli 2025, sejatinya indeks menurun. Pasar merespons laporan kinerja emiten yang mengecewakan. Selain itu, rilis kinerja keuangan semester I-2025 dari sejumlah emiten, khususnya sektor keuangan dan saham-saham bluechip, turut mempengaruhi pasar. Kinerja beberapa di antaranya stagnan hingga menurun.
Kondisi tersebut tak lepas dari kondisi ekonomi dalam negeri yang muram. Sektor manufaktur belum lepas dari tekanan. Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur yang tertahan di fase kontraksi. Di saat yang sama, belanja pemerintah masih seret. Realisasi belanja pemerintah hanya tumbuh 0,9% secara tahunan sepanjang semester I-2025.
Sektor keuangan juga bikin cemas. Credit default swap (CDS) Indonesia 5 tahun per 31 Juli 2025 sebesar 71,4 basis poin (bps). Naik dibanding 25 Juli 2025 di 69,94 bps.
Lalu hingga 31 Juli 2025, total jual neto (net sell) di pasar saham sebesar Rp 58,69 triliun dan Rp 77,39 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Serta beli neto Rp 59,07 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN).
Indikator lain pertumbuhan penyaluran kredit bank hingga Juni 2025 melambat menjadi 7,77% menjadi Rp 8.059,79 triliun. Melambat dibandingkan pertumbuhan kredit pada Mei 2025 sebesar 8,43%.
Dana pihak ketiga (DPK) memang melesat 6,96% yoy di Juni 2025. Naik dibanding bulan sebelumnya yang cuma tumbuh 4,29%. Namun kenaikan itu didorong mulai cairnya dana APBN yang masuk ke perbankan.
Kalau diteliti lebih lanjut, duit tabungan masyarakat di bawah Rp 100 juta anjlok 4,92% di Juni 2025 ytd. Artinya masyarakat sudah mulai "makan tabungan". Di sisi lain masyarakat juga mulai "manut" alias makan utang. Data OJK per Juni 2025 mencatat penyaluran pinjaman daring (pindar) alias fintech lending Rp 83,52%. Melesat 25,06% yoy.
Kondisi tersebut tak lepas dari penurunan daya beli masyarakat dan maraknya pengangguran. Tercatat per April 2025, Jaminan Kehilangan Pekerjaan BP Jamsostek melesat 150% dibandingkan periode sama tahun lalu.
Dibandingkan menuduh pengibar bendera One Piece sebagai pemecah belah bangsa, pemerintah sebaiknya memecahkan masalah rakyat itu.