Rupiah Loyo, Transaksi Valas Perbankan Mendaki

Jumat, 15 September 2023 | 03:46 WIB
Rupiah Loyo, Transaksi Valas Perbankan Mendaki
[ILUSTRASI. Suasana pelayanan transaksi nasabah di Hari Natal di Tokyo, Jepang, Jumat (25/12).]
Reporter: Adrianus Octaviano, Nurtiandriyani Simamora | Editor: Dina Hutauruk

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Transaksi valuta asing (valas) di perbankan mengalami peningkatan sejak Agustus 2023 lalu. Peningkatan terjadi di tengah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Transaksi di beberapa bank didominasi penjualan valas. 

Pada penutupan perdagangan Kamis (14/9), nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menguat tipis. Nilai tukar mata uang Garuda di pasar spot ditutup naik 0,10% ke level Rp 15.355 per dollar AS. Sementara kurs Jisdor Bank Indonesia (BI) menguat 0,06% ke Rp 15.357 per dollar AS. 
Namun, dalam sepekan terakhir, pergerakan rupiah masih kontraksi sebesar 0,18%. Bila dihitung dalam sebulan, rupiah turun 0,26%. 

Peningkatan transaksi valas di antaranya dialami Bank Central Asia (BCA). Tak merinci apakah kenaikan didorong transaksi jual atau beli. "Transaksi valas yang paling banyak dilakukan di BCA adalah transaksi yang berhubungan dengan ekspor-impor dan remitansi," kata Hera F. Haryn, EVP Komunikasi Perusahaan BCA.

Di Bank Tabungan Negara (BTN),  nasabah banyak melakukan penjualan valas dibandingkan transaksi beli karena rupiah turun. "Sejak Agustus hingga saat ini, tren transaksi valas menunjukkan nasabah lebih banyak melakukan jual," ungkap Ramon Armando, Sekretaris Perusahaan BTN, kepada KONTAN, Kamis (14/9).

Baca Juga: Nasabah Valas Merapat, Ini Kurs Dollar-Rupiah di Bank Mandiri Hari Ini Rabu (13/9)

Ramon mengatakan, BTN akan terus mengoptimalkan transaksi valas di segmen ritel dan money changer. Ia merinci, volume transaksi valas di BTN hingga pertengahan September telah meningkat 165% secara tahunan. Sementara frekuensi transaksinya telah melonjak sebesar 180% di periode yang sama.

BTN memperkirakan transaksi valas masih akan terus meningkat hingga akhir tahun. Ramon menuturkan, salah satu strategi yang dilakukan bank ini untuk memacu transaksi valas adalah dengan membangun money changer di lokasi strategis, seperti yang dilakukan saat ini di Bandara Soekarno-Hatta.

Bank Negara Indonesia (BNI) mencatat pertumbuhan volume transaksi valas sebesar 13% secara tahunan. Namun, peningkatan transaksi antara jual dan beli valas di bank ini masih seimbang. "Transaksi jual dan beli valas saat ini masih relatif imbang. Kami akan penuhi kebutuhan nasabah dari dua sisi," kata Novita Widya Anggaraini, Direktur Keuangan BNI.

Prospek rupiah

Novita mengatakan, BNI akan terus mendorong transaksi valas dengan melakukan terobosan bertransaksi melalui platform digital.

Menurut Novita, tren pelemahan rupiah terhadap dollar AS sejalan pelemahan mata uang lainnya. Ia memandang pelemahan ini disebabkan faktor global. Data-data dan fundamental ekonomi AS masih solid, mengindikasikan suku bunga dollar AS yang tinggi akan bertahan hingga beberapa waktu ke depan.

Tapi, menurut Novita, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS masih menguat sepanjang tahun berjalan, lebih kuat dari yen, dollar Singapura , maupun won. Ini karena fundamental ekonomi Indonesia masih solid, inflasi terjaga, dan Bank Indonesia mampu menjaga stabilitas rupiah lewat kebijakannya.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan, para pelaku usaha maupun importir sebagian akan menahan diri untuk melakukan pembelian valas di perbankan saat rupiah kontraksi. 

"Ini dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi risko pelemahan. Biasanya pelaku usaha sudah melakukan hedging sebagai alternatif untuk memitigasi risiko rupiah melemah," imbuhnya.

Baca Juga: Siap-Siap, Otot Rupiah Terus Melemah Menjelang Pemilu

Josua melihat, para investor valas juga masih memantau data-data ekonomi AS dan menunggu keputusan kebijakan The Fed pada pekan depan.

Josua memproyeksi, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS akan menguat, sejalan dengan kebijakan dan posisi Bank Indonesia (BI) yang selalu berada di pasar. "Kebijakan dana hasil ekspor (DHE), time deposit valas BI dan lelang SBRI hari ini, akan membuat kurs rupiah menguat sampai akhir tahun, tidak akan terjadi lagi seperti dulu saat nilai tukar rupiah mendekati Rp16.000," kata Josua.

Ditambah lagi, Josua yakin kenaikan suku bunga The Fed telah mendekati puncaknya. Sehingga kemungkinan tidak akan ada lagi kenaikan suku bunga ke depan.      

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Konsumsi Daging Ayam Melejit, Laba Bersih Japfa Comfeed (JPFA) Naik Dua Digit
| Kamis, 06 November 2025 | 10:29 WIB

Konsumsi Daging Ayam Melejit, Laba Bersih Japfa Comfeed (JPFA) Naik Dua Digit

PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) membukukan kinerja positif di sepanjang sembilan bulan tahun 2025.

Multi Makmur Lemindo (PIPA) Membalikkan Rugi Menjadi Laba Per Kuartal III-2025
| Kamis, 06 November 2025 | 10:21 WIB

Multi Makmur Lemindo (PIPA) Membalikkan Rugi Menjadi Laba Per Kuartal III-2025

Pertumbuhan laba itu disokong lonjakan pendapatan usaha PIPA yang mencapai 30,49% secara tahunan jadi Rp 25,89 miliar per September 2025

Daya Beli Belum Maksi, Laba Emiten Properti Masih Bertaji
| Kamis, 06 November 2025 | 10:17 WIB

Daya Beli Belum Maksi, Laba Emiten Properti Masih Bertaji

Sejumlah emiten properti mencatat pertumbuhan pendapatan dan laba di sepanjang periode Januari-September 2025

Harga Emas Masih Tinggi, Bumi Resources Minerals (BRMS) Genjot Produksi
| Kamis, 06 November 2025 | 10:08 WIB

Harga Emas Masih Tinggi, Bumi Resources Minerals (BRMS) Genjot Produksi

PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) membidik pertumbuhan produksi emas 68.000 ons sampai 72.000 ons hingga akhir 2025.​

Penjualan Belum Laris Manis, Kepulan Laba Emiten Rokok Semakin Tipis
| Kamis, 06 November 2025 | 09:52 WIB

Penjualan Belum Laris Manis, Kepulan Laba Emiten Rokok Semakin Tipis

Tekanan daya beli masyarakat masih jadi tantangan emiten rokok. Penurunan daya beli memicu pergeseran konsumsi ke segmen value for money (VFM).

TELE Pailit, Tak Cuma Telkom (TLKM) dan Haiyanto, Ribuan Investor Saham Ikut Merugi
| Kamis, 06 November 2025 | 09:00 WIB

TELE Pailit, Tak Cuma Telkom (TLKM) dan Haiyanto, Ribuan Investor Saham Ikut Merugi

Kasus pailit PT Omni Inovasi Indonesia Tbk (TELE) mencerminkan buruknya perlindungan investor publik.

Menakar Efek Kinerja Sembilan Bulan 2025 dan Rights Issue ke Kinerja PANI
| Kamis, 06 November 2025 | 08:15 WIB

Menakar Efek Kinerja Sembilan Bulan 2025 dan Rights Issue ke Kinerja PANI

Analisis aksi korporasi PANI: Rights issue Rp 16,6 triliun, akuisisi CBDK, dan prospek saham di tengah pemulihan pasar properti.

TELE & GOTO, Simbol Buruknya Pilihan Portofolio Investasi Manajemen TLKM di Masa Lalu
| Kamis, 06 November 2025 | 07:29 WIB

TELE & GOTO, Simbol Buruknya Pilihan Portofolio Investasi Manajemen TLKM di Masa Lalu

Satu benang merah dari kasus TELE dan GOTO, sejatinya TLKM bisa menerima manfaat dari bisnis dengan keduanya tanpa harus memiliki saham mereka.

Sesuai Prediksi, BREN dan BRMS Masuk MSCI Utama, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Kamis, 06 November 2025 | 07:02 WIB

Sesuai Prediksi, BREN dan BRMS Masuk MSCI Utama, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) dan PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS), masuk ke dalam daftar MSCI Global Standard Indexes.

Pergerakan Rupiah Masih dalam Tekanan pada Kamis (6/11)
| Kamis, 06 November 2025 | 06:30 WIB

Pergerakan Rupiah Masih dalam Tekanan pada Kamis (6/11)

Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot melemah 0,05% secara harian ke level Rp 16.717 per dolar AS pada Rabu (5/11).

INDEKS BERITA

Terpopuler