Berita Market

Saham Big Cap Jadi Pemberat IHSG

Selasa, 29 Juni 2021 | 05:55 WIB
Saham Big Cap Jadi Pemberat IHSG

Reporter: Nur Qolbi | Editor: Harris Hadinata

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejak awal tahun mengakumulasi penurunan 0,66%. Ini terjadi setelah indeks saham jatuh 1,38% pada penutupan perdagangan kemarin.

Perfoma IHSG sepanjang Juni ini memang kurang bertenaga. Sejak awal Juni hingga kemarin, IHSG masih tercatat turun tipis 0,13%.

IHSG sempat beberapa kali menyentuh level 6.000. Namun, penurunan sejumlah saham yang memiliki bobot besar terhadap indeks membuat IHSG tidak bisa bertahan lama di level psikologis tersebut.

Saham-saham berkapitalisasi pasar besar cenderung turun pada Juni ini. Misalnya ada BBRI, BBCA, UNVR, ASII dan TLKM (lihat tabel).

Kepala Riset NH Korindo Sekuritas Anggaraksa Arismunandar mengatakan, ada sejumlah faktor yang menyebabkan saham-saham tersebut turun. Pertama, minat investor bergeser ke sektor-sektor yang memiliki potensi pertumbuhan lebih tinggi.

Saham-saham big caps umumnya berada di industri yang sudah matang, sehingga biasanya menawarkan pertumbuhan yang lebih terbatas. Kedua, pelaku pasar mengkhawatirkan lonjakan kasus Covid-19, sehingga membuat saham big cap sulit naik.

Ketiga, BBRI dan BBNI memiliki rencana penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu. "Ini juga berpotensi menjadi penekan pergerakan harga untuk jangka pendek," kata Anggaraksa, Senin (28/6).

Masih tertekan

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melihat, pergerakan negatif saham emiten perbankan, TLKM dan CPIN pada bulian ini relatif wajar, karena sebelumnya saham-saham ini sudah mengalami fase uptrend. "Namun, untuk UNVR dan HMSP sudah melewati downtrend dan akan berbalik arah," kata dia.

Secara umum, tekanan pada saham-saham big cap diperkirakan belum akan reda dalam waktu dekat. Salah satu sentimen yang cukup signifikan adalah pemberlakuan pembobotan baru pada indeks.

"Sebagai saham-saham yang memiliki bobot besar terhadap IHSG, big cap tentu akan menjadi yang paling terdampak dari perubahan metode ini," imbuh Anggakarsa.

Kemudian, rencana initial public offering (IPO) bernilai jumbo juga akan memberikan pengaruh. IPO tersebut berpotensi mendorong rotasi di antara saham big cap.

Dari sisi valuasi, Anggaraksa melihat saham-saham laggard tersebut sejatinya relatif murah. Ini karena sebagian besar diperdagangkan di bawah rata-rata price to book value (PBV) 3 tahun terakhir.

Oleh karena itu, saat ini, Anggaraksa merekomendasikan beli saham TLKM dengan target harga Rp 4.400 per saham, BBRI di Rp 5.100 dan BMRI di Rp 7.900 per saham "Tapi, blue chip lebih cocok untuk dikoleksi jangka panjang karena cenderung defensif dan membagikan dividen secara rutin," kata dia.

Herditya menyarankan waspadai saham yang sedang mendekati support masing-masing. Apabila harganya menembus level support, maka kemungkinan masih akan melanjutkan downtrend dalam jangka menengah.

Ini Artikel Spesial

Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.

Sudah berlangganan? Masuk

Berlangganan

Berlangganan Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi, bisnis, dan investasi pilihan

Rp 20.000

Kontan Digital Premium Access

Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari

Rp 120.000

Berlangganan dengan Google

Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.

Terbaru