Saham Perbankan Dianggap Tetap Tahan Banting Kala Inflasi Melenting

Senin, 10 Oktober 2022 | 04:40 WIB
Saham Perbankan Dianggap Tetap Tahan Banting Kala Inflasi Melenting
[]
Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten perbankan tercatat masih positif. Penyaluran kredit yang tumbuh lebih pesat disertai kualitas aset baik menjadi salah satu faktor pendorong saham emiten perbankan. Bahkan para analis masih percaya tren kenaikan suku bunga tidak memudarkan prospek saham perbankan ke depan. 

Analis Mirae Asset Sekuritas Handiman Soetoyo dalam riset 5 Oktober 2022 memaparkan, bank-bank besar masih akan mampu mengatasi risiko yang meningkat, termasuk kenaikan harga BBM yang membuat inflasi naik. Apalagi ada proyeksi kenaikan suku bunga acuan akan menjadi 5% di akhir tahun ini. 

Handiman memperkirakan, kenaikan bunga acuan akan ditanggapi bank dengan menaikkan bunga deposito secara bertahap. Namun, kenaikan biaya dana alias cost of fund harus diimbangi dengan aset yang menghasilkan pendapatan lebih tinggi. "Kualitas aset tetap menjadi perhatian utama kami," kata Handiman. 

Baca Juga: Inflasi Tinggi, Robert Kiyosaki Ungkap Alasan Beli 3 Aset Investasi Ini

Dengan aset yang baik, harapannya net interest margin (NIM) akan terjaga. Ini sudah nampak dari upaya perbankan yang menahan diri dengan tidak menaikkan bunga kredit, untuk menjaga kualitas kredit. Pada Agustus 2022, rata-rata bunga kredit stabil di 8,94%, meski BI 7-day-RR saat itu telah naik menjadi 3,75%. 

Ini dilakukan karena peningkatan bunga kredit secara langsung akan meningkatkan non performing loan (NPL). Handiman masih yakin NPL gross bank yang masuk coverage Mirae Asset akan stabil di 2,88%. Sementara total utang direstrukturisasi akan turun jadi Rp 543,4 triliun dari Rp 560,1 triliun di Juli 2022. 

Analis CGS CIMB Sekuritas Handy Noverdanius justru berpendapat jika kenaikan BI 7-day-RR akan membuat NIM bank besar meningkat di tahun depan. Sebab, ke depan, bank besar akan lebih dulu melakukan repricing bunga pinjaman. Baru pada tahap berikutnya bank menaikkan bunga pendanaan. 

Apalagi saat ini porsi current account and saving account (CASA) perbankan makin tinggi. Ini sejalan dengan upaya digitalisasi yang dilakukan oleh perbankan, yang berhasil meningkatkan porsi CASA perbankan. 

Handy menyebut tingkat inflasi yang tinggi memang bisa mengerek NPL perbankan. "Secara historis, ketika pemerintah menaikkan harga BBM lebih dari 30%, maka NPL di sistem perbankan meningkat 30 basis poin berdasarkan analisis kami pada periode 2008-2022," tulis dia dalam risetnya.

Baca Juga: Perkuat Modal, Perbankan Makin Gencar Rights Issue pada Kuartal IV 2022

Bank besar solid

Namun Handy masih percaya jika emiten bank besar seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) masih akan cukup kuat. Bank-bank ini memiliki modal dan likuiditas yang cukup. 

Analis Samuel Sekuritas Prasetya Gunadi menambahkan, emiten bank besar juga mampu memitigasi risiko penurunan kualitas aset. Karena itu, Prasetya percaya bank besar akan mengungguli bank kecil dan bank digital. "Bank besar memiliki rekam jejak yang lebih baik dalam manajemen kualitas aset, permodalan yang solid serta memiliki penetrasi yang lebih besar," ujar Prasetya. 

Ketiga analis merekomendasikan overweight saham emiten bank besar. Prasetya menyarankan buy pada BBRI, BMRI, BBNI dan BBTN. Kalau Handy memilih BBCA.  

Simak ulasan saham emiten perbankan berikut:  

Bank Central Asia (BBCA)

Sumber pendanaan BBCA paling besar dari CASA dengan rasio 90% di semester I-2022. Meski terjadi kenaikan suku bunga, BBCA tetap diuntungkan. Apalagi LDR BBCA saat ini masih rendah, sehingga bisa digunakan untuk ekspansi kredit saat bunga tengah naik. Saham BBCA juga menarik karena termasuk saham defensif yang banyak diincar. 

Rekomendasi: Add 
Target harga: Rp 9.300
Handy Noverdanius, CGS CIMB Sekuritas

Baca Juga: Cadangan Devisa Turun, Ekonom: BI Gunakan untuk Stabilisasi Nilai Tukar Rupiah

Bank Tabungan Negara (BBTN)

BBTN menyasar segmen pasar milenial dengan nilai kredit yang lebih besar ketimbang kredit kepemilikan rumah (KPR) bersubsidi. Secara keseluruhan, pinjaman BBTN diperkirakan tumbuh 10,2% secara tahunan di 2023. Selain itu, BBTN akan mendapatkan dana segar dari rencana rights issue. Dewan Perkawilan Rakyat (DPR) juga telah memberi izin. 

Rekomendasi: Buy 
Target harga: Rp 2.500
Eka Savitri, BRI Danareksa Sekuritas

Bank Mandiri (BMRI)

BMRI memilih untuk fokus menyalurkan pinjaman pada segmen usaha yang bisa memberi imbal hasil tinggi. Ini karena melihat ada peluang menyalurkan pinjaman lebih banyak, terutama pada segmen komersial dan usaha kecil. Alhasil, BMRI mencatatkan margin bunga bersih (NIM) cukup tinggi, yakni 5,01% hingga Agustus 2022.

Rekomendasi: Buy 
Target harga: Rp 11.500
Prasetya Gunadi, Samuel Sekuritas

Bank Rakyat Indonesia (BBRI)

Efek konsolidasi dengan Permodalan Nasional Mandiri (PNM) dan Pegadaian diharapkan bisa terlihat pada laporan keuangan September 2022. Analis menilai pada awal Oktober, BBRI menawarkan bunga deposito cukup besar hingga 3%. Ini bisa berdampak negatif terhadap net interest margin (NIM) yang dikantonginya.

Rekomendasi: Buy 
Target harga: Rp 6.100
Handiman Soetoyo, Mirae Asset Sekuritas 

Baca Juga: Mirae Asset Sematkan Rating Overweight pada Saham Sektor Perbankan, Simak Ulasannya

Bagikan

Berita Terbaru

Banyak Masalah, Begini Lingkaran Setan Tata Kelola Sektor Alat Kesehatan Indonesia
| Rabu, 25 Desember 2024 | 14:00 WIB

Banyak Masalah, Begini Lingkaran Setan Tata Kelola Sektor Alat Kesehatan Indonesia

Himpunan Pengembangan Ekosistem Alat Kesehatan Indonesia (HIPELKI) menyebut adanya lingkaran setan sehingga industri sulit berkembang.

Mitsubishi Estate Hingga Pegasus Capital Bangun Kemitraan Baru di KEK Kura-Kura Bali
| Rabu, 25 Desember 2024 | 13:00 WIB

Mitsubishi Estate Hingga Pegasus Capital Bangun Kemitraan Baru di KEK Kura-Kura Bali

Baru-baru ini sejumlah investor global menyatakan minatnya membangun kemitraan dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura-Kura Bali.

Pembayaran Dividen Jadi Salah Satu Daya Tarik Adaro Andalan Indonesia (AADI)
| Rabu, 25 Desember 2024 | 12:30 WIB

Pembayaran Dividen Jadi Salah Satu Daya Tarik Adaro Andalan Indonesia (AADI)

Di tengah penurunan harga saham milik Garibaldi Thohir, Analis CGS International Jacquelin Hamdani merekomendasikan hold untuk AADI.

Harga Komoditas Mineral Batubara Lesu, Satu-Satu Korporasi Tumbang
| Rabu, 25 Desember 2024 | 11:46 WIB

Harga Komoditas Mineral Batubara Lesu, Satu-Satu Korporasi Tumbang

Beberapa perusahaan mineral dan batubara di Indonesia saat ini sudah mulai mengetatkan pengeluaran bisnisnya karena memikul kerugian.

Grup Lippo Lego Aset Properti Komersial di Shanghai
| Rabu, 25 Desember 2024 | 09:01 WIB

Grup Lippo Lego Aset Properti Komersial di Shanghai

Sulur bisnis Grup Lippo yang berbasis di Singapura, OUE Real Estate Investment Trust hendak melepas aset properti di Shanghai.

BEI Akan Delisting Setidaknya 10 Saham di 2025, Intip Historis Delisting Sejak 2020
| Rabu, 25 Desember 2024 | 08:16 WIB

BEI Akan Delisting Setidaknya 10 Saham di 2025, Intip Historis Delisting Sejak 2020

BEI mengumumkan rencana penghapusan pencatatan alias delisting ada 10 emiten efektif tanggal 21 Juli 2025.

Harga Emas Naik 27% Sejak Awal Tahun, Pasar Menanti Langkah The Fed 2025
| Rabu, 25 Desember 2024 | 07:08 WIB

Harga Emas Naik 27% Sejak Awal Tahun, Pasar Menanti Langkah The Fed 2025

Tanpa gangguan geopolitik yang tidak terduga, proyeksi dasar harga emas sekitar US$ 2.800 per ons troi.

Gelembung Protes PPN 12% Membesar
| Selasa, 24 Desember 2024 | 11:11 WIB

Gelembung Protes PPN 12% Membesar

Protes semakin meluas dan datang dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa hingga pemengaruh (influencer)

Kantong Masyarakat Bakal Cekak
| Selasa, 24 Desember 2024 | 11:01 WIB

Kantong Masyarakat Bakal Cekak

Sejumlah kebijakan pajak maupun non pajak diperkirakan akan menekan daya beli terutama masyarakat kelas menengah

Banyak Tantangan, Ancol Geber Pendapatan di Liburan Natal dan Tahun Baru
| Selasa, 24 Desember 2024 | 10:32 WIB

Banyak Tantangan, Ancol Geber Pendapatan di Liburan Natal dan Tahun Baru

PJAA menghadapi banyak tantangan di industri pariwisata. Terlihat dari kinerja yang tidak sebaik sebelumnya. 

INDEKS BERITA

Terpopuler