Sembari Pangkas Emisi, RS Siloam Naikkan Margin Operasi

Senin, 05 Februari 2024 | 08:04 WIB
Sembari Pangkas Emisi, RS Siloam Naikkan Margin Operasi
[ILUSTRASI. Rumah Sakit?PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO)]
Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - Kehadiran rumahsakit, tak dipungkiri membawa harapan hidup lebih tinggi bagi masyarakat. Di sisi lain, penggunaan energi dan utilitas yang besar hingga hasil limbah medis yang banyak dalam menghadirkan layanan kesehatan, membawa jejak karbon yang besar pula dalam bisnis rumahsakit.

PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) pun tak terkecuali, turut menyumbang emisi karbon dalam pelaksanaan usahanya. “Kami menyadari bahwa industri pelayanan berkontribusi cukup besar terhadap emisi gas rumah kaca dunia, dan bahwa listrik adalah salah satu faktor terpenting dalam penyediaan layanan kami, meski pada saat yang bersamaan berkontribusi terhadap carbon footprint,” kata  Ratih Hadiwinoto, Sekretaris Perusahaan Siloam International Hospitals.

Karena itu, dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, dia bilang, Siloam selalu mengutamakan faktor-faktor environment (lingkungan), social (sosial), dan governance (tata kelola yang baik) atau ESG sebagai bagian dari perencanaan dan operasional mereka.

Hasilnya, perusahaan ini proaktif untuk mengurangi emisi karbon hingga 3.500 ton per tahun, dan mengurangi intensitas limbah per pasien hingga sebanyak 1,2 kilogram dalam kurun waktu dua tahun terakhir.

Bagi Siloam, berkelanjutan adalah aspek yang penting agar pelayanan kesehatan yang mereka berikan bisa terus masyarakat Indonesia nikmati. ”Siloam percaya bahwa upaya proaktif yang dilakukan terkait lingkungan, aktivitas sosial, dan tata kelola perusahaan yang baik merupakan langkah penting guna menciptakan dampak positif jangka panjang bagi Indonesia,” ujar Ratih.

Dalam penerapan ESG, inisiatif lingkungan yang Siloam lakukan bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan dari aktivitas perusahaan. Siloam memiliki bank sampah dan melakukan daur ulang atas limbah berbahaya (non-infeksius). Kemudian, melakukan program-program hemat energi, seperti pemasangan panel surya, mengubah gas menjadi listrik untuk pemanas air, dan juga memanfaatkan air bekas pakai sebagai sumber air bersih untuk menyiram tanaman.

Aktivitas sosial yang Siloam lakukan senada dengan bidang kesehatan, yakni melakukan Program Selangkah (Semangat Lawan Kanker). Caranya, dengan memberikan skrining kanker payudara gratis untuk 25.000 perempuan di Indonesia yang mulai Siloam lakoni pada tahun lalu dan akan mereka teruskan di tahun ini.

“Kepedulian Siloam atas kemajuan dan pemerataan layanan kesehatan di Indonesia juga ditunjukkan dengan mendedikasikan tujuh klinik Siloam di daerah pedalaman Papua, yang secara langsung mendukung program pemerintah yaitu menekan angka kematian bayi dan stunting pada anak,” kata Ratih. Dibukanya rumah sakit di Papua ini untuk membantu warga yang tinggal di daerah terpencil, dapat layanan perawatan kesehatan berkualitas. 

Selain itu, Siloam berkomitmen untuk mendukung pendidikan berkelanjutan. Yakni, dengan memberi beasiswa dan pelatihan kepada perawat dan dokter untuk mengambil spesialis juga studi lanjutan.

Untuk mendukung tata kelola perusahaan yang baik, Ratih menyebutkan, Siloam mengimplementasikan praktik-praktik yang transparan dan akuntabel, serta mematuhi semua peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam membuat keputusan, Siloam terus melibatkan semua pihak yang berkepentingan dan memastikan patuh terhadap peraturan serta norma bisnis yang berlaku.

Agar penerapan ESG konsisten dan memiliki roadmap, Siloam telah memiliki ESG Steering Committee dan merumuskan value-creation scorecard dengan target tiap tahun. Hal ini mencakup empat pilar yang menjadi perhatian Siloam, yaitu pasien atau customer dan komunitas, lingkungan, tim, serta tata kelola perusahaan.

Wisata medis

Program pemerintah yang juga Siloam dukung adalah wisata medis. Saat ini, Siloam memiliki 41 rumahsakit yang tersebar di 23 provinsi di Indonesia. Layanan kesehatan Siloam didukung dengan lebih dari 160 dokter spesialis, 3 rumahsakit khusus, dan 2 klinik.

Layanan ini termasuk 3 rumahsakit yang beroperasi di Pulau Bali, yakni Siloam Hospitals Denpasar, BIMC Kuta, dan BIMC Nusa Dua yang banyak melayani pasien internasional. Sebab, Bali merupakan destinasi utama wisata di Indonesia untuk turis internasional. 

Sampai saat ini, memang baru satu rumahsakit milik Siloam yang Kementerian Kesehatan, tetapkan telah memenuhi standar dan persyaratan sebagai Rumahsakit (RS) Penyelenggara Pelayanan Wisata Medis di Indonesia, yaitu RS Khusus Bedah BIMC Nusa Dua.

Dan, Ratih bilang, penetapan ini tentu membawa dampak positif bukan hanya untuk perusahaan, tetapi juga untuk perekonomian Indonesia. Juga, mengundang daya tarik wisatawan medis untuk melakukan perawatan di Indonesia.

Ke depan, Siloam berencana terus melakukan investasi pada kemampuan dan kapabilitas medis. Tujuannya, agar bisa menjadi pusat layanan kesehatan. Bukan hanya untuk wisatawan domestik, namun juga wisatawan internasional.

Jika masyarakat menikmati layanan RS Siloam yang bersih, rapi, dan terkoneksi, ini juga karena upaya perusahaan menerapkan ESG dengan baik.

Mengelola limbah medis merupakan salah satu tantangan bagi Siloam. Untuk ini, Siloam berupaya menerapkan pengelolaan sesuai dengan regulasi dan berkoordinasi dengan dinas terkait dalam menangani limbah.

Sensitivitas data pasien juga menjadi tantangan tersendiri bagi Siloam. “Siloam berkomitmen untuk terus menjaga keamanan dan kerahasiaan data pasien dengan melakukan pendekatan yang kolaboratif, dengan memanfaatkan inovasi dan teknologi,” ujar Ratih.

Meski tantangan tak pernah berhenti, Siloam merasakan sendiri keuntungan dari pemenuhan penerapan ESG. Pasalnya, penerapan ESG mendorong inovasi-inovasi, baik secara operasional maupun dalam penyediaan layanan kesehatan. Hal ini bukan hanya bisa mengurangi dampak terhadap lingkungan, tetapi juga berkontribusi positif dan terukur bagi masyarakat Indonesia, baik terkait dengan layanan kesehatan secara langsung, maupun hal-hal lain yang mendukung literasi kesehatan yang baik. Sehingga, Siloam dapat berfokus pada upaya preventif atau pencegahan penyakit.

Meski bukan tujuan utama, terjadi juga optimalisasi dan efisiensi dalam berbagai bidang, yang berdampak baik bagi keuangan perusahaan. Walhasil, Siloam bisa tumbuh menjadi perusahaan yang berkelanjutan. “Di saat yang bersamaan, penerapan tata kelola perusahaan yang baik menjadikan perusahaan semakin sustainable dan oleh karenanya bisa terus memberi layanan kesehatan yang berkelanjutan,” ujar Ratih.

 

 

Pertumbuhan kinerja

Efisiensi dan investasi ke digital yang berkelanjutan juga membuahkan buah manis pada kinerja keuangan Siloam. Pada akhir kuartal III 2023, Siloam mencatatkan pendapatan mencapai Rp 8,24 triliun, melonjak 18,95% dari kuartal III 2022 yang sebesar Rp 6,93 triliun. Tapi, laba perusahaan melompat lebih tinggi, 91,20% menjadi Rp 858,9 miliar dari sebelumnya hanya Rp 449,21 miliar. 

Mengutip rilis perusahaan, hingga September 2023 lalu, Siloam mencatat peningkatan signifikan pada volume rawat inap dan rawat jalan. Sambil terus mengembangkan pengalaman pasien melalui berbagai inisiatif, perusahaan ini telah berhasil menjadi lebih efisien dalam merawat pasien dan average length of stay (ALOS), yakni menjadi 3,1 hari dari sebelumnya 3,3 hari. 

Penanganan pasien pun makin efisien, terutama di klinik Kardiologi dan Bedah Jantung, Onkologi dan Bedah Onko, Neurologi dan Bedah Saraf,  Gastroenterologi dan Bedah Ortopedi (CONGO). Bukan hanya mendorong average revenue per day (ARPD), Siloam juga  berada di jalur yang tepat untuk mencapai 4 juta pasien yang terlayani pada 2023.

Tak lupa, inovasi untuk membangun ekosistem digital mulai dari pemesanan, pendaftaran, manajemen data, serta hasil dan rekam medis kini tersedia secara digital. Saluran digital yang meliputi fitur Live Chat, WhatsApp, dan tele-chat dari MySiloam App juga mencatatkan lebih 532.000 pemesanan per akhir kuartal III 2023.

Berbagai langkah ini menghasilkan pendapatan, EBITDA, dan laba bersih yang lebih tinggi. EBITDA margin tercatat 30,6% berbanding 25,9% di kuartal III 2022. Sedangkan margin laba naik menjadi 13,9% dari sebelumnya cuma 8,5%. 

“Tahun 2023 merupakan tahun pertama di mana perekonomian mulai kembali bangkit selepas dari pandemi,” kata Ratih.  Dia bilang, manajemen Siloam juga optimistis, tahun 2023 akan ditutup dengan hasil yang positif juga, baik dari sisi finansial maupun operasional. 

Hasil keuangan yang baik ini memungkinkan Siloam lebih leluasa berinvestasi. Semakin besar investasi dalam mengembangkan kemampuan medisnya, semakin tinggi juga kontribusi yang dapat diberikan. 

Misalnya, Siloam membuka layanan klinik IVF pertama di Kota Palembang, Sumatra Selatan. Dalam waktu dua tahun sejak klinik tersebut dibuka, RS Siloam Sriwijaya telah berhasil melahirkan lebih dari 200 bayi dari program IVF.

Investasi juga perlu untuk menghadapi tantangan permintaan di masa mendatang. Dalam catatan Siloam, Indonesia memiliki populasi muda, dengan proporsi terbesar dari populasi pekerja produktif usia 15 tahun-65 tahun. Tapi, data nasional menunjukkan pertumbuhan pesat pada populasi lansia atau 65 tahun ke atas. Artinya, sistem pelayanan kesehatan harus lebih siap, lebih fokus melayani penduduk lanjut usia.

Selain itu, terdapat kesenjangan yang besar di Indonesia dalam permintaan dan ketersediaan tenaga medis. Peningkatan jumlah pasien kanker, prevalensi diabetes, dan prevalensi TBC menunjukkan perlunya investasi lebih besar dalam bidang kesehatan, agar bisa memberikan layanan kuratif kepada masyarakat di Indonesia.

“Di 2024, perseroan akan melanjutkan investasi untuk mengembangkan kemampuan dan kapabilitas layanan medis, baik melalui investasi di teknologi, infrastruktur, maupun talenta medis,” ungkap Ratih.

Sebelumnya, manajemen Siloam dalam keterbukaan informasinya juga menyebutkan, optimistis dengan kinerja perusahaan, mengingat potensi pertumbuhan pembelanjaan layanan kesehatan yang kuat selama beberapa tahun ke depan. Menurut Kementerian Kesehatan, rerata pertumbuhan permintaan ini setiap tahunnya diperkirakan sebesar 7%-8% dari tahun 2022 hingga 2030. 

Seiring dengan pertumbuhan pasar dan berbagai inisiatif yang dilakukan, Siloam telah menetapkan jalur untuk mencapai tingkat pertumbuhan dua digit yang tinggi, mengungguli industri kesehatan. 

“Melalui implementasi Siloam 5.0 yang berkelanjutan, para pemegang saham bisa mengharapkan pertumbuhan yang lebih tinggi dan berkelanjutan di sisa tahun ini dan pada akhirnya akan meningkatkan nilai bagi para pemegang saham,” kata Presiden Direktur Siloam Benny Haryanto dalam rilis. 

Analis Buana Capital James Stanley Widjaja menilai, Siloam memiliki fondasi yang kuat dan menjadi pemain underrated di industri kesehatan. SILO tercatat berhasil mendorong pendapatan dan memulihkan marginnya dengan program yang kompleks, penyelesaian rumah sakit baru, dan upaya efisiensi.

James pun yakin, Siloam bisa menjaga margin EBITDA sebesar 25,3% pada 2025 mendatang. Pendapatan dan laba SILO per tahun bisa tumbuh rata-rata (CAGR) 13,7% dan 27% selama 2022 hingga 2025 nanti. 

Dia juga menilai, SILO akan diuntungkan dari penerapan omibus law pada Juli 2023 lalu,. Lantaran, akan mendapatkan suplai dokter yang lebih baik, dengan dukungan brand Siloam yang besar di Tanah Air. 

Menurut dia, rasio keuangan SILO juga menjadikannya lebih menarik dibanding peers. James merekomendasikan buy saham SILO dengan target Rp 2.800. Target ini mencerminkan EV/EBITDA 11 kali di 2024. 

Bagikan

Berita Terbaru

Kongsi IBC, Antam dan CATL Atur Skema Pendanaan Sindikasi Luar Negeri dan Himbara
| Jumat, 15 November 2024 | 15:15 WIB

Kongsi IBC, Antam dan CATL Atur Skema Pendanaan Sindikasi Luar Negeri dan Himbara

Nilai investasi ekosistem baterai EV di proyek patungan IBC, Antam dan anak usaha CATL mencapai kurang lebih US$ 6 miliar.

Aral Melintang Gerus Komposisi China di Smelter Nikel Indonesia Demi Tembus Pasar AS
| Jumat, 15 November 2024 | 14:30 WIB

Aral Melintang Gerus Komposisi China di Smelter Nikel Indonesia Demi Tembus Pasar AS

Meski mendapat halangan dari Amerika Serikat, China dan Indonesia akan tetap mendominasi pasokan nikel dunia.

Pasar Obligasi Asia Bakal Tumbuh Subur, Indonesia Jadi Salah Satu Pendorong
| Jumat, 15 November 2024 | 10:40 WIB

Pasar Obligasi Asia Bakal Tumbuh Subur, Indonesia Jadi Salah Satu Pendorong

China, Indonesia, India, dan Filipina diprediksi akan terus memimpin pertumbuhan pasar obligasi di Asia.​

Saham Lapis Dua Mulai Merana
| Jumat, 15 November 2024 | 09:02 WIB

Saham Lapis Dua Mulai Merana

Setelah sempat menguat di tengah pelemahan saham-saham big cap, kini saham-saham lapis kedua juga mulai kehilangan tenaga.

Harga Emas Turun tapi Stok Logam Mulia Antam Belum Tersedia
| Jumat, 15 November 2024 | 08:49 WIB

Harga Emas Turun tapi Stok Logam Mulia Antam Belum Tersedia

Tidak tersedianya stok emas batangan Antam bisa terjadi karena masalah logistik ataupun permintaan. 

Saham Big Cap Mulai Minim Sokongan Asing
| Jumat, 15 November 2024 | 08:48 WIB

Saham Big Cap Mulai Minim Sokongan Asing

Beberapa saham berada di daftar top 10 market cap bursa, tidak  masuk dalam portofolio hedge fund asing

Incar Dana Rp 2 Triliun dari Obligasi, Tower Bersama Catat Oversubscribed
| Jumat, 15 November 2024 | 08:42 WIB

Incar Dana Rp 2 Triliun dari Obligasi, Tower Bersama Catat Oversubscribed

Rasio lancar TBIG per September 2024 berada di angka 0,2x, turun dari periode sama tahun sebelumya yang sebesar 0,3x. 

Daya Beli Anjlok, Kinerja Industri Ritel Keok
| Jumat, 15 November 2024 | 07:55 WIB

Daya Beli Anjlok, Kinerja Industri Ritel Keok

Pelemahan industri ritel disebabkan oleh beberapa faktor ekonomi, termasuk tren deflasi yang terjadi selama lima bulan berturut-turut.

Pemerintah Menindak Penyelundupan Barang Senilai Rp 6,1 Triliun di Sepanjang 2024
| Jumat, 15 November 2024 | 07:29 WIB

Pemerintah Menindak Penyelundupan Barang Senilai Rp 6,1 Triliun di Sepanjang 2024

Pemerintahan Prabowo Subianto membentuk Desk Pencegahan dan Pemberantasan Penyelundupan di bawah koordinasi Kemenko Bidang Politik dan Keamanan.

Dilema Industri di Tengah Lonjakan Harga Kakao
| Jumat, 15 November 2024 | 07:20 WIB

Dilema Industri di Tengah Lonjakan Harga Kakao

Produsen makanan dan minuman fokus melakukan efisiensi dan pengetatan biaya operasional untuk mengantisipasi efek kenaikan harga kakao.

INDEKS BERITA

Terpopuler