Strategi Investasi Dirut Kisi AM Mustofa: Diversifikasi Aset Dinamis

Sabtu, 02 Maret 2024 | 10:21 WIB
Strategi Investasi Dirut Kisi AM Mustofa: Diversifikasi Aset Dinamis
[ILUSTRASI. Direktur Utama Kisi Asset Management, Mustofa.]
Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sudah lebih dari 30 tahun Mustofa mengarungi industri pasar modal. Direktur Utama KISI Asset Management itu telah melewati berbagai pahit manisnya industri ini sejak tahun 1990-an hingga sekarang.

Mustofa bercerita, betapa sulitnya mempertahankan investasi di tengah gejolak pasar seperti yang terjadi di tahun 1998. Indonesia tidak hanya dilanda krisis finansial, juga diterpa krisis politik yang begitu hebat di masa tersebut.

Belum lagi krisis moneter global yang sempat terjadi tahun 2008 yang meruntuhkan banyak aset seperti saham. Pasar finansial dilanda badai kencang saat wabah Covid-19 menggemparkan dunia tahun 2020-2021 lalu. Namun, Mustofa bersyukur bisa tetap bertahan di industri ini.

"Ada kondisi naik turun, tetapi berkat pengaturan risk management, saya bisa terus bertahan dan berkarir di pasar modal," ujar Mustofa saat diwawancarai KONTAN, Kamis (29/2).

Baca Juga: Mantap, BRI Sebar Dividen Bernilai Jumbo

Mustofa mengatakan, pertama kali dirinya mencoba instrumen investasi saham pada tahun 1990. Ini berawal dari rasa penasarannya ingin mengikuti pembelian saham initial public offering (IPO) yang hampir dapat dipastikan bisa memberi return sekitar 10%-30% di tahun tersebut.

Faktor keuntungan itu yang membuatnya betah lama berinvestasi saham, di samping memang masih minimnya produk ritel seperti obligasi. Sehingga, investasi saham menjadi pijakan pertama bagi perjalanan investasi Mustofa.

Diversifikasi aset

Kini Mustofa memiliki investasi yang cukup dominan pada properti sekitar 40%. Lalu 60% terbagi antara surat utang (fixed income), pasar uang (money market) dan tentunya saham. Tetapi portofolio investasinya ini terus berubah seiring perkembangan teranyar pasar.

Kunci penting strategi investasinya adalah diversifikasi aset dinamis, sewaktu-waktu berubah mengikuti pergerakan pasar. Komposisi aset perlu menyesuaikan profil risiko investor.

Mustofa mengakui, dirinya bukanlah tipe investor yang bisa menunggu hingga 5 tahun-6 tahun seperti Lo Kheng Hong sebagai investor jangka panjang. Tetapi bukan juga tipe investor yang terus memantau pergerakan aset secara harian. Ia menganggap dirinya merupakan tipe investor moderat.

Baca Juga: Kinerja Reksadana Campuran dan Pasar Uang Diprediksi Positif pada 2024

Prinsip Mustofa adalah melihat keselarasan imbal hasil yang didapatkan dengan target yang dicanangkan. Jika imbal hasil sejalan dengan target, tidak perlu menunggu begitu lama.

"Setiap orang selalu punya strategi atau formula yang mungkin cocok untuk diri masing-masing," imbuh Mustofa.

Menurut dia, penting mengenali profil risiko investor sebelum berinvestasi. Menakar kemampuan diri masing-masing berguna untuk menghindarkan diri dari kerugian ataupun memaksimalkan keuntungan yang berpotensi didapatkan.

Misalnya dalam industri reksadana, Mustofa mencontohkan, kategori investor konservatif bisa masuk ke reksadana pasar uang. Kemudian, bagi tipe moderat yang mungkin mencari keseimbangan risk and return, maka bisa mencoba produk pendapatan tetap. Sedangkan, bagi investor agresif yang berani menghadapi risiko maka bisa mencoba peruntungan di reksadana saham.

Pria lulusan Sarjana Akuntansi Universitas San Francisco tersebut menyarankan investor mesti banyak belajar, banyak bertanya dan banyak membaca. Sehingga, investor yang benar-benar baru memulai dapat mengerti apa-apa saja yang langkah yang perlu dilakukan.

Mustofa mencermati, banyak investor yang baru memulai investasi mencoba jor-joran di instrumen investasi tertentu, namun tidak mampu menakar untung rugi dari langkah tersebut.

Akibatnya, modal melimpah mungkin habis hanya untuk dana belajar. Kemungkinan terburuknya, investor menderita rugi, jauh sebelum investasi yang sebenarnya dimulai.

"Jadi sebaiknya investasi dikit-dikit dulu, terlepas memiliki kapasitas modal yang besar atau tidak," tandasnya.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Strategi Investasi David Sutyanto : Pilih Saham yang Rajin Membagi Dividen
| Sabtu, 08 November 2025 | 11:08 WIB

Strategi Investasi David Sutyanto : Pilih Saham yang Rajin Membagi Dividen

Ia melakukan averaging down ketika dirasa saham tersebut masih punya peluang untuk membagikan dividen yang besar.

Rupiah Sepekan Terakhir Tertekan Risk Off dan Penguatan USD
| Sabtu, 08 November 2025 | 07:15 WIB

Rupiah Sepekan Terakhir Tertekan Risk Off dan Penguatan USD

Nilai tukar rupiah cenderung tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pekan ini, meski menguat tipis di akhir minggu.

Bidik Popok hingga Tisu Sebagai Barang Kena Cukai
| Sabtu, 08 November 2025 | 07:07 WIB

Bidik Popok hingga Tisu Sebagai Barang Kena Cukai

Ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 70 Tahun 2025 yang baru diterbitkan Kementerian Keuangan

Mengingat Iklim
| Sabtu, 08 November 2025 | 07:05 WIB

Mengingat Iklim

Pemerintah harusmulai ambil ancang-ancang meneruskan upaya mengejar target emisi nol bersih dan memitigasi perubahan iklim.

Phising, Ancaman Transaksi Digital
| Sabtu, 08 November 2025 | 07:05 WIB

Phising, Ancaman Transaksi Digital

Teknologi yang canggih sekalipun tidak bisa melindungi masyarakat banyak jika kewaspadaan masih lemah.​

BI Rilis Instrumen Pasar Uang Anyar
| Sabtu, 08 November 2025 | 07:01 WIB

BI Rilis Instrumen Pasar Uang Anyar

Jika tak ada aral melintang, instrumen baru BI bernama BI floating rate note (BI-FRN).bakal terbit pada 17 November 2025 mendatang.

Pertamina Geothermal Tbk (PGEO) Gali Potensi Panas Bumi Industri
| Sabtu, 08 November 2025 | 07:00 WIB

Pertamina Geothermal Tbk (PGEO) Gali Potensi Panas Bumi Industri

Kupas strategi dan upaya bisnis PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) menjadi perusahaan energi bersih 

Kelas Menengah Juga Butuh Stimulus
| Sabtu, 08 November 2025 | 06:52 WIB

Kelas Menengah Juga Butuh Stimulus

Stimulus ekonomi yang telah digelontorkan pemerintah, dinilai belum cukup mendongrak perekonomian dalam negeri

Superbank Dikabarkan Bidik Dana IPO Rp 5,3 Triliun
| Sabtu, 08 November 2025 | 06:50 WIB

Superbank Dikabarkan Bidik Dana IPO Rp 5,3 Triliun

Rumor terkait rencana penawaran umum perdana alias initial public offering (IPO) Super Bank Indonesia (Superbank) semakin menguat. ​

Masih Bisa Tekor Setelah Melesat di Oktober
| Sabtu, 08 November 2025 | 06:39 WIB

Masih Bisa Tekor Setelah Melesat di Oktober

Bank Indonesia mencatat posisi cadangan devisa akhir Oktober sebesar US$ 149,9 miliar               

INDEKS BERITA

Terpopuler