Tekanan Reksadana Saham Syariah Mengendor, Masih Berpegang Pada Fundamental

Selasa, 03 Desember 2024 | 16:53 WIB
Tekanan Reksadana Saham Syariah Mengendor, Masih Berpegang Pada Fundamental
[ILUSTRASI. Keuangan Syariah.]
Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - Imbal hasil atawa return reksadana saham syariah mulai membaik tahun ini. Meski masih belum lolos dari rapor merah, tekanan di reksadana bernafas Islami ini sudah mengendor.

Mengutip data Bareksa, return indeks reksadana saham syariah untuk periode lima tahun hingga Juni 2024 minus 29,81%. Sementara untuk tiga tahun, minus 13,14%. Sedang sepanjang tahun ini hingga Juni lalu, return rata-rata reksadana syariah minus 4,08%.

Head of Equity BNP Paribas Asset Management Amica Darmawan bilang, kinerja reksadana akan mengikuti pergerakan kelas asetnya. "Dalam hal ini, bisa merefleksi pada volatilitas pasar saham," kata dia.

Sebagai contoh, dalam tiga tahun terakhir, pasar saham mengalami penurunan akibat kinerja sektor energi dan material yang kurang baik.

Meski begitu, BNP Paribas mampu memberikan return positif produknya, BNP Pesona Syariah. Reksadana ini memberi return sebesar 8,55% dalam tiga tahun per Juni 2024.

Amica membeberkan, BNP Paribas Pesona Syariah dikelola dengan strategi investasi berprinsip syariah dan spektrum kapitalisasi pasar yang menyeluruh untuk diversifikasi yang optimal. "Selama tiga tahun terakhir, kinerjanya terbantu oleh pilihan kami di sektor kebijakan konsumen dan sektor komunikasi," ungkap dia.

BNP Paribas Pesona Syariah berusaha mencapai tujuan investasinya dengan fokus investasi pada saham syariah dengan berbagai kapitalisasi pasar (all-caps). Reksadana ini, menurut Amica, sesuai bagi investor yang ingin berinvestasi di instrumen investasi yang sesuai prinsip syariah serta memiliki profil risiko agresif dan horizon investasi yang panjang.

"Kami mengingatkan para investor untuk memahami produk serta menyesuaikan dengan profil risiko dan tujuan sebelum berinvestasi," ujar dia.

Dengan berbagai sentimen, Amica menyebutkan, pergerakan naik turun dana kelolaan atau asset under management (AUM) reksadana dalam tiga tahun merupakan hal yang wajar. Sebab, investor cenderung menentukan posisinya pada portofolio reksadana mengikuti kondisi dan fluktuasi pasar yang tengah berlangsung.

Di pasar saham syariah, Mandiri Investa Atraktif Syariah (MITRAS) dari Mandiri Manajemen Investasi (MMI) jadi yang terbaik juga di kelasnya. Untuk periode satu tahun, tiga tahun, dan lima tahun, MMI menjaga return produknya tidak turun melebihi rata-rata.

Aliyahdin Saugi, Direktur Utama MMI, menyatakan, komposisi portofolio produk MITRAS saat ini berfokus pada saham-saham di sektor konsumer, komoditas, telekomunikasi, serta teknologi.

"Komposisi ini menyesuaikan dengan view kami ke depan, bahwa perbaikan daya beli masyarakat akan mendorong kinerja sektor konsumer, telekomunikasi, dan teknologi," jelas Aliyahdin. Sedangkan peningkatan tensi geopolitik maupun pemulihan ekonomi di China, imbuhnya, akan mendorong kinerja sektor komoditas.

Sekadar informasi, Reksadana Mitras maupun BNP Paribas Pesona Syariah menjadi jawara dalam 8th Bareksa-Kontan Fund Night 2024. Ini merupakan bentuk apresiasi terhadap produk reksadana serta manajer investasi terbaik di tahun 2024. 

Stabilitas ekonomi

MITRAS dengan dana kelolaan sebesar Rp 47,3 miliar, menurut Aliyahdin, memiliki peluang yang baik di masa depan. Ini karena potensi dari sektornya dan strategi MMI.

Dia menjelaskan, produk ini memiliki alokasi yang cukup besar pada sektor komoditas dan konsumer, baik siklikal maupun nonsiklikal. Ke depan, ia menilai, saham-saham komoditas akan diuntungkan dengan sentimen dari tensi geopolitik global yang meningkat.

Sementara sektor konsumer akan diuntungkan oleh daya beli masyarakat yang membaik, didorong program unggulan pemerintah seperti Program Makan Bergizi Gratis.

Imbal hasil kompetitif berpeluang reksadana saham syariah dapatkan jika melihat kondisi pasar saham lebih disebabkan oleh arus dana asing keluar setelah Pemilihan Presiden Amerika Serikat, di mana investor melakukan perputaran investasi ke negara maju dan menghindari negara berkembang.

Sekadar info, tekanan asing cukup besar belakangan. Dalam satu bulan terakhir, ada aksi jual asing dengan net sell Rp 15,8 triliun di seluruh pasar.

Nah, Aliyahdin menyebutkan, capital outflow ini sudah berlangsung cukup lama dan dengan nominal yang cukup besar. Sehingga, untuk risiko penurunan di pasar saham Indonesia, lebih terbatas. "Bahkan, ke depan, kami melihat perputaran investasi dapat kembali ke pasar negara berkembang termasuk Indonesia," kata dia.

Sembari menunggu kondisi pasar lebih kondusif, manajer investasi tetap melakukan strategi. Aliyahdin menuturkan, dalam memilih efek saham, MMI juga turut mempertimbangkan efek dengan tiga kategori ini, yakni memiliki fundamental yang kuat, likuiditas yang memadai, dan potensi earnings growth atau pertumbuhan kinerja cukup baik.

Dengan strategi ini juga, dia yakin bisa menumbuhkan AUM reksadana besutan MMI secara keseluruhan. AUM MMI per Oktober 2024 sebesar Rp 44,75 triliun. Adapun target AUM sampai dengan akhir 2024 mencapai Rp 47 triliun.

"Kami percaya, target ini dapat dicapai melalui penjualan reksadana open-ended di agen penjual kami serta pertumbuhan AUM dari pengelolaan dana dari nasabah institusi kami," kata Aliyahdin.

Sementara Amica menilai, prospek reksadana saham syariah masih menantang untuk waktu dekat. Dia bilang, pasar saham akan dipengaruhi terhadap sentimen pasar saham domestik maupun global.

"Meskipun kami melihat pasar secara positif dan masih ada ruang dari segi valuasi, tetapi pergerakan yield obligasi dan dollar AS akan menghambat peningkatan tingkat valuasi di jangka pendek," ujarnya.

Menurut Amica, stabilitas rupiah merupakan faktor penting untuk menarik kembali arus dana asing ke pasar saham domestik. Meskipun sentimen jangka pendek masih kurang kondusif, dalam jangka menengah, dia percaya, fundamental perekonomian pada akhirnya akan lebih penting dibandingkan sentimen pasar.

Per Oktober 2024, BNP Paribas Asset Management mencatatkan AUM, termasuk RD dan KPD, sebesar Rp 32,32 triliun. Mereka menargetkan pertumbuhan AUM tahun ini hingga 10% dari tahun lalu.

Bagikan

Berita Terbaru

Kisah Mereka yang Mengejar Laba di Lapangan Padel
| Minggu, 27 Juli 2025 | 05:30 WIB

Kisah Mereka yang Mengejar Laba di Lapangan Padel

Padel sedang populer di kalangan masyarakat. Hal ini jadi peluang bagi pelaku usaha lapangan menyediakan jasa sewa merek

 
Menakar Efek Berdagang Data Pribadi dengan AS
| Minggu, 27 Juli 2025 | 05:10 WIB

Menakar Efek Berdagang Data Pribadi dengan AS

​Demi menurunkan bea masuk ekspor dari Indonesia ke Amerika Serikat (AS), Indonesia sepakat beri akses data pribadi warganya ke AS. Apa dampaknya?

Bank Mandiri Perpanjang Piutangnya di Emiten Manufaktur Emas Senilai Rp 2,4 triliun
| Sabtu, 26 Juli 2025 | 18:03 WIB

Bank Mandiri Perpanjang Piutangnya di Emiten Manufaktur Emas Senilai Rp 2,4 triliun

Lewat Addendum II perjanjian kredit, jatuh tempo utang HRTA yang semula jatuh pada 23 Juli 2025, diundur selama 12 bulan menjadi 23 Juli 2026.

Dua Emiten Baru, Masuk Sepuluh Besar Saham dengan Jumlah Pemegang Saham Terbanyak
| Sabtu, 26 Juli 2025 | 15:00 WIB

Dua Emiten Baru, Masuk Sepuluh Besar Saham dengan Jumlah Pemegang Saham Terbanyak

CDIA dan COIN, dua emiten pendatang baru yang masuk dalam jajaran sepuluh besar saham dengan jumlah pemegang saham terbanyak.

Perbaikan Kinerja BTPN Syariah (BTPS) Dirproyeksi Terjaga di Kuartal Selanjutnya
| Sabtu, 26 Juli 2025 | 14:00 WIB

Perbaikan Kinerja BTPN Syariah (BTPS) Dirproyeksi Terjaga di Kuartal Selanjutnya

Pada paruh pertama 2025, BTPS mencetal laba bersih Rp 643,85 miliar, naik 16,6% secara tahunan (YoY) dari sebelumnya Rp 552,20 miliar.

Profit 27,06% Setahun, Cek Ulang Harga Emas Antam Hari Ini (26 Juli 2025)
| Sabtu, 26 Juli 2025 | 12:49 WIB

Profit 27,06% Setahun, Cek Ulang Harga Emas Antam Hari Ini (26 Juli 2025)

Harga emas batangan Antam 24 karat 26 Juli 2025 di Logammulia.com Rp 1.915.000 per gram, harga buyback juga tetap Rp 1.761.000 per gram.

Naik Signifikan, Saham Afiliasi Grup Salim & Sinar Mas Jadi Top Leader Penopang IHSG
| Sabtu, 26 Juli 2025 | 12:00 WIB

Naik Signifikan, Saham Afiliasi Grup Salim & Sinar Mas Jadi Top Leader Penopang IHSG

Saham DCI Indonesia (DCII) dan Dian Swastatika Sentosa (DSSA) meneguhkan posisinya sebagai dua leader IHSG teratas sepanjang tahun 2025 berjalan.

Harga Bahan Baku Konsumer Naik, Begini Proyeksi Laba UNVR, MYOR, dan CMRY Kuartal II
| Sabtu, 26 Juli 2025 | 09:17 WIB

Harga Bahan Baku Konsumer Naik, Begini Proyeksi Laba UNVR, MYOR, dan CMRY Kuartal II

Kenaikan harga bahan baku utama produk konsumer saat ini akan memberatkan raihan marjin laba bagi sejumlah emiten di sektor tersebut.

Profil Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) Menggarap Investasi Infrastruktur
| Sabtu, 26 Juli 2025 | 07:30 WIB

Profil Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) Menggarap Investasi Infrastruktur

Mengupas profil dan strategi bisnis PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) setelah mencatatkan saham di bursa

Sentimen The Fed Menggerakkan Rupiah
| Sabtu, 26 Juli 2025 | 07:25 WIB

Sentimen The Fed Menggerakkan Rupiah

Di pasar spot, kurs tutup di level Rp 16.320 per dolar AS pada Jumat (25/7), melemah 0,15% dibanding posisi penutupan hari sebelumnya.

INDEKS BERITA

Terpopuler