Vale Indonesia (INCO) Raih Rezeki dari Naiknya Harga Jual Nikel

Rabu, 05 Oktober 2022 | 04:55 WIB
Vale Indonesia (INCO) Raih Rezeki dari Naiknya Harga Jual Nikel
[]
Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permintaan nikel diperkirakan masih tetap tumbuh di tengah makin bekennya kendaraan listrik alias electric vehicle (EV). PT Vale Indonesia (INCO) bisa terpapar sentimen positif dari tren tersebut. Apalagi perusahaan ini tengah menggarap proyek hilirisasi.

Analis Samuel Sekuritas Indonesia Olivia Laura Anggita memperkirakan, INCO akan diuntungkan oleh harga nikel yang masih tetap tinggi. Tahun ini harga rata-rata diprediksi di US$ 23.600 per ton dan tahun depan di US$ 23.000 per ton. Harga nikel saat ini lebih tinggi dari rerata lima tahun terakhir, US$ 16.000 per ton.

Hitungan Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia, Rizky Khaerunnisa, harga nikel akan berkisar di US$ 25.000-US$ 30.000 sampai akhir 2022. "Efeknya untuk INCO saling berkorelasi positif," ujar dia, Selasa (4/10).

Baca Juga: Pemerintah Lakukan Terobosan untuk Menumbuhkan Industri Kendaraan Listrik Tanah Air

Kondisi harga tersebut didorong keterbatasan pasokan akibat sanksi Rusia. Sementara permintaan nikel menurut Olivia masih akan naik di masa depan. Ini ditopang dari permintaan industri stainless steel. Industri lain yang berpotensi mendongkrak permintaan nikel adalah baterai kendaraan listrik. 

Indonesia pun gencar membangun ekosistem industri baterai EV. Sejalan dengan itu, INCO menggarap tiga proyek smelter. Pertama, smelter dengan teknologi Rotary Klin and Electric Furnance (RKEF) di Bahodopi, yang digarap bersama Taiyuan Iron & Steel Group Co. Ltd. (Tisco) dan Shandong Xinhai Technology Co. Ltd. (Xinhai). Investasi proyek ini sekitar US$ 2,1 miliar dengan proyeksi kapasitas produksi 73-80 kilo ton per tahun (ktpa).

Kedua, smelter dengan High-Pressure Acid Leaching (HPAL) di Sorowako bersama Zhejiang Huayou Cobalt Company Limited (Huayou). Total kapasitas produksi ditargetkan 60 ktpa nikel dalam Mix Hydroxide Precipitate.

Ketiga, smelter HPAL di Pomalaa bersama dengan Huayou dan Ford Motor. Investasi untuk proyek ini sekitar US$ 2 miliar-US$ 2,5 miliar dengan total kapasitas hingga 120 ktpa nikel dalam Mix Sulphide Precipitate (MSP).

Produksi naik

Ketiga proyek tersebut ditargetkan mulai beroperasi pada 2025-2026. Jika smelter baru INCO beroperasi penuh pada 2025, maka INCO dapat mencatatkan volume produksi hingga 191.000 ton. Jumlah ini dua kali lipat dari volume produksi pada 2024. 

Baca Juga: Proyek Smelter dan Pengembangan EV Memoles Prospek Vale Indonesia (INCO)

Sementara produksi INCO menurut Olivia bergerak moderat pada 2023-2024. Produksi pada 2023 sebanyak 68.000 metrik ton dan 71.000 metrik ton di 2024.

Rizky memandang megaproyek smelter yang sedang digarap akan menjadi katalis positif bagi kinerja INCO. Selain itu, prospek INCO juga bisa terpoles oleh rencana strategis menggunakan energi baru terbarukan. 

INCO bersama Tisco dan Shandong Xinhai Technology membentuk konsorsium untuk membangun pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) dengan kapasitas 500 megawatt (MW). PLTG ini akan dipakai untuk mengalirkan listrik ke proyek smelter di Bahodopi, Sulawesi Tengah.

Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Arief Machrus justru melihat, tensi geopolitik Rusia-Ukraina dan China - Taiwan menimbulkan kekhawatiran permintaan nikel global berpotensi berkuranng. Sehingga membuat produsen mengontrol jumlah produksi di tengah inflasi yang tinggi. 

Namun, transformasi energi terbarukan dan pengembangan EV akan menjadi dasar fundamental tingginya permintaan nikel dalam jangka panjang.

Secara fundamental, kinerja INCO pun tetap naik karena kenaikan harga jual rata-rata. Di semester I-2022, harga jual rata-rata nikel naik 54,6% menjadi US$ 20.899 per ton.

Tahun ini, Arief memperkirakan INCO bisa meraih laba bersih US$ 260 juta, naik 60% secara tahunan. Pendapatan menjadi US$ 1,09 miliar seiring kenaikan harga.

Baca Juga: Demi Smelter Bahodopi, Konsorsium Vale Indonesia (INCO) Bangun PLTG

Arief merekomendasikan buy saham INCO dengan target harga Rp 8.200. Sedangkan Olivia mempertahankan rekomendasi buy saham INCO dengan target harga Rp 8.000. Rizky juga menyematkan rekomendasi buy dengan target Rp 7.500 per saham.

Bagikan

Berita Terbaru

Integrasi dan Efisiensi Menopang Kinerja Trisula Textile Industries (BELL)
| Selasa, 13 Mei 2025 | 08:40 WIB

Integrasi dan Efisiensi Menopang Kinerja Trisula Textile Industries (BELL)

Kontribusi terbesar terhadap penjualan datang dari segmen manufaktur dan retail, yang bersama-sama menyumbang 97% terhadap total penjualan.

Profit 29,93% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Ambrol Lagi (13 Mei 2025)
| Selasa, 13 Mei 2025 | 08:38 WIB

Profit 29,93% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Ambrol Lagi (13 Mei 2025)

Harga emas Antam hari ini (13 Mei 2025) 1 gram Rp 1.884.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung  29,93% jika menjual hari ini.

Ancara Logistics (ALII) Ingin Menggandakan Kinerja di 2025
| Selasa, 13 Mei 2025 | 08:15 WIB

Ancara Logistics (ALII) Ingin Menggandakan Kinerja di 2025

ALII memproyeksikan profitabilitas dan volume jasa ALII pada tahun ini bisa meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan  tahun 2024.

Rebut Pasar yang Ditinggalkan China, DGWG Akan Bangun Pabrik Baru di Cikande
| Selasa, 13 Mei 2025 | 07:57 WIB

Rebut Pasar yang Ditinggalkan China, DGWG Akan Bangun Pabrik Baru di Cikande

Sejak 1 Juni 2024 pendaftaran produk yang mengandung omethoate, carbosulfan, dan Methomyl di China ditangguhkan dan produksinya dilarang.

Indosat (ISAT) Tambah Delapan Kegiatan Usaha, Dari Periklanan Hingga IoT
| Selasa, 13 Mei 2025 | 07:23 WIB

Indosat (ISAT) Tambah Delapan Kegiatan Usaha, Dari Periklanan Hingga IoT

Rata-rata margin laba bersih tahun 2025-2029 diprediksi meningkat sebesar 22,10% dibanding posisi per akhir tahun 2024.

Tren Kenaikan Harga Bitcoin (BTC) Diproyeksi Masih Berlanjut
| Selasa, 13 Mei 2025 | 07:03 WIB

Tren Kenaikan Harga Bitcoin (BTC) Diproyeksi Masih Berlanjut

Belum ada sentimen negatif, harga bitcoin diprediksi masih akan bertahan di kisaran US$ 102.000 hingga US$ 108.000 per btc.

Catur dan Support System
| Selasa, 13 Mei 2025 | 07:00 WIB

Catur dan Support System

Pendanaan masih menjadi persoalan klasik di program pembinaan olahraga seperti catur yang merupakan olahraga sejuta umat.

Tarif, Konsumsi dan Sustainability
| Selasa, 13 Mei 2025 | 07:00 WIB

Tarif, Konsumsi dan Sustainability

Esensi dari keberlanjutan atau sustainability sebenarnya sederhana yakni mengurangi yang tidak perlu.

Masih Akumulasi Sejak Awal 2025, Lo Kheng Hong Kembali Beli 2,43 Juta Saham GJTL
| Selasa, 13 Mei 2025 | 06:43 WIB

Masih Akumulasi Sejak Awal 2025, Lo Kheng Hong Kembali Beli 2,43 Juta Saham GJTL

Harga saham PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) yang dikoleksi Lo Kheng Hong dalam beberapa bulan terakhir mengalami koreksi.

Ketegangan Global Mereda, Bursa Saham Asia Terlihat Lega
| Selasa, 13 Mei 2025 | 06:32 WIB

Ketegangan Global Mereda, Bursa Saham Asia Terlihat Lega

Sentimen positif bursa saham Asia datang dari harapan negosiasi perdagangan antara AS dan negara-negara lain seperti China akan berjalan positif.

INDEKS BERITA

Terpopuler