Mayoritas valas Asia tertekan. Hanya yen Jepang (JPY), bath Thailand (THB) dan  yuan (CNY) yang menguat  dalam sepekan  terakhir. 

Bisnis ITSEC tersebar di lima negara Asia Pasifik, yaitu Indonesia, Singapura, Australia, Uni Emirat Arab, Mauritius.

Pada Jumat (30/5), indeks Nikkei 225 (Jepang) menguat 2,03% ke 37.964,88 dan indeks Hang Seng (Hong Kong) terkoreksi 0,92% ke posisi 23.289,78.​

Valas Asia diperkirakan berpotensi berbalik menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pekan depan.

Investor juga tengah mencermati arah kebijakan moneter dari bank sentral global, seperti Bank of Japan (BoJ).

Dolar Amerika Serikat (AS) masih terjebak di jalur pelemahan. Walhasil, valuta Asia yang menjadi pairing USD terdorong naik.

Sentimen positif bursa saham Asia datang dari harapan negosiasi perdagangan antara AS dan negara-negara lain seperti China akan berjalan positif.

Kondisi ini seharusnya bisa mendorong aliran modal kembali ke negara berkembang, termasuk Indonesia.

Saat ini  Bangladesh, India, dan Vietnam telah menandatangani kesepakatan pembelian LNG dengan berbagai perusahaan migas Amerika Serikat.

 Outstanding KPR Bank Central Asia (BCA) per Maret 2025 tercatat mencapai Rp 135,3 triliun, tumbuh 10,5% secara tahunan