Berita Bisnis

S&P: Likuiditas Lippo Karawaci Naik Tapi Kemampuan Membayar Bunga Utang Masih Tipis

Kamis, 18 Juli 2019 | 20:36 WIB
S&P: Likuiditas Lippo Karawaci Naik Tapi Kemampuan Membayar Bunga Utang Masih Tipis

Reporter: Herry Prasetyo | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lengan bisnis Grup Lippo di sektor properti, PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR), telah merampungkan penawaran umum terbatas alias rights issue senilai Rp 11,2 triliun atau sebesar US$ 787,5 juta.

Lembaga pemeringkat Standard & Poor's (S&P) Global Ratings menilai, perolehan dana hasil rights issue tersebut mengakibatkan tekanan likuiditas Lippo Karawaci pada 12 bulan hingga 18 bulan ke depan berkurang tajam.

Karena itulah, S&P Global Ratings pada hari ini, Kamis (18/7), memutuskan untuk menaikkan peringkat kredit jangka panjang Lippo Karawaci dari CCC+ menjadi B-.

S&P Global Ratings juga mengerek peringkat jangka panjang untuk obligasi senior tanpa jaminan yang dijamin Lippo Karawaci dari CCC+ menjadi B-.

Pada saat bersamaan, S&P Global Ratings menghapus status creditwatch pada peringkat Lippo Karawaci. Pada 14 Maret lalu, S&P Global Rating menempatkan peringkat Lippo Karawaci dalam status creditwatch dengan implikasi positif.

Kenaikan peringkat Lippo Karawaci, menurut S&P Global Ratings, mencerminkan peningkatan likuiditas yang signifikan pasca kesuksesan Lippo Karawaci merampungkan rights issue.

Lippo Karawaci, menurut S&P Global Ratings, sekarang memiliki likuiditas yang cukup di tingkat induk untuk memenuhi kewajiban sewa dan pembayaran bunga selama 12 bulan hingga 18 bulan ke depan.

S&P Global Ratings memperkirakan, Lippo Karawaci ke depan akan melakukan pengurangan sedikit utang. Meski begitu, S&P Global Ratings menilai, rasio utang yang tinggi, rekam jejak manajemen baru yang terbatas, dan peluncuran proyek properti besar-besaran di tengah kondisi industri properti yang lemah tetap menjadi risiko bagi Lippo Karawaci.

Meski dana hasil rights issue meningkatkan likuiditas Lippo Karawaci secara signifikan, S&P Global Ratings berharap, rencana penjualan Puri Mall pada semester kedua tahun ini akan semakin memperkuat posisi keuangan dan likuiditas perusahaan.

Lippo Karawaci telah meneken perjanjian penjualan dan pembelian bersyarat dengan Lippo Malls Indonesia Retail Trust (LMIRT). S&P Global Ratings memperkirakan, penjualan Puri Mall akan menghasilkan arus kas bersih sebesar US$ 200 juta. Tambahan modal ini akan membantu kelangsungan bisnis dan mendukung arus kas Lippo Karawaci hingga akhir 2020.

Menurut S&P Global Ratings, metrik kredit Lippo Karawaci sedikit membaik berkat pelunasan utang. Meski begitu, struktur modal Lippo Karawaci tetap masih didominasi utang.

Lippo Karawaci telah melunasi pinjaman bank sebesar US$ 50 juta melalui  penyetoran lebih awal alias advanced subscription atas pembayaran saham baru senilai US$ 280 juta yang dilakukan oleh keluarga Riady.

Lippo Karawaci juga berencana membayar obligasi senilai US$ 75 juta pada Agustus 2019. Alhasil, total utang dan kewajiban bunga utang Lippo Karawaci akan berkurang masing-masing sebesar US$ 125 juta dan US$ 11 juta.

Meski metrik kredit sedikit meningkat, S&P Global Ratings memperkirakan, kemampuan Lippo Karawaci di tingkat induk untuk membayar bunga utang terbilang tipis. Sebab, Lippo Karawaci memiliki arus kas operasi yang terbatas di tingkat induk.

S&P Global Ratings memperkirakan, Lippo Karawaci tidak akan menerima dividen dari dua anak perusahaan utama, PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) dan PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO).

Dengan asumsi tersebut, S&P Global Ratings memproyeksikan, rasio EBITDA yang disesuaikan terhadap bunga utang akan mencapai puncaknya di posisi 2,4 kali pada 2019 sebelum akhirnya turun menjadi 1 kali pada 2020.

Meski ada tim kepemimpinan baru untuk membantu kelangsungan bisnis, S&P Global Ratings memperkirakan, peningkatan bisnis tidak akan terwujud sampai pertengahan 2020. S&P meyakini, manajemen Lippo Karawaci saat ini memiliki keahlian yang memadai dan waktu yang cukup untuk memahami bisnis dan berkomitmen untuk mendorong kelangsungan dan pertumbuhan bisnis.

Namun, rekam jejak keberhasilan implementasi strategi bisnis dan penyelesaian target operasional tetap belum teruji. S&P Global Ratings memperkirakan, bisnis utama Lippo Karawaci, yakni pengembangan properti, akan tetap lunak pada 2019. Sebab, Lippo Karawaci tidak meluncurkan proyek baru pada tahun ini.

Pada akhir Maret 2019, Lippo Karawaci mencetak penjualan properti sebesar RP 235 miliar. Jumlah tersebut setara dengan 25% dari ekspektasi S&P terhadap penjualan properti Lippo Karawaci sepanjang tahun ini.

S&P Global Ratings memperkirakan, Lippo Karawaci akan meluncurkan proyek residensial pada pertengahan 2020 dengan penjualan properti tahunan sekitar Rp 2 triliun selama dua hingga tiga tahun ke depan. Jika berhasil, peluncuran proyek baru akan mendukung arus kas dan EBITDA Lippo Karawaci pasca 2020.

Prospek peringkat Lippo Karawaci ditetapkan stabil. Hal ini mencerminkan ekspektasi S&P Global Ratings bahwa Lippo Karawaci akan mempertahankan likuiditas yang cukup dan arus kas yang memadai pada level perusahaan induk selama 12 bulan hingga 18 bulan ke depan.

S&P Global Ratings bisa menurunkan peringkat Lippo Karawaci jika likuiditas di tingkat induk menurun tanpa prospek pemulihan. Ini bisa terjadi jika Lippo Karawaci menghabiskan saldo kas karena investasi yang agresif dalam modal kerja atau ekspansi.

Penurunan juga bisa terjadi jika ada penundaan lebih lanjut untuk memonetisasi basis aset yang tersisa yang mengarak kepada kekurangan material antara likuiditas yang tersedia di tingkat induk dan pembayaran bunga utang.

S&P Global Ratings juga bisa menurunkan peringkat Lippo Karawaci jika terjadi kelemahan yang berlarut-larut dalam penjualan properti pada 2020. Peringkat Lippo Karawaci akan tertekan jika jumlah saldo kas dan arus kas di bawah Rp 2 triliun secara berkelanjutan.

Sementara kenaikan peringkat bergantung pada keberhasilan manajemen menunjukkan strategi operasi yang konsisten dan penyelesaian target operasi selama dua tahun ke depan.

Kenaikan peringkat juga bergantung pada penjualan properti yang stabil, belanja modal yang bijak, adanya penyangga likuiditas yang baik, dan rasio EBITDA terhadap bunga utang di atas 2 kali secara berkelanjutan. Selain itu, kenaikan peringkat juga akan bergantung pada tidak adanya jatuh tempo utang dalam jumlah besar selama periode dua tahun.

Terbaru