Agung Podomoro (APLN) Kembali Jual Aset Demi Pangkas Beban Utang

Rabu, 20 November 2024 | 08:13 WIB
Agung Podomoro (APLN) Kembali Jual Aset Demi Pangkas Beban Utang
[ILUSTRASI. PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) melepas Hotel Pullman Ciawi Vimala Hills Resort Spa & Convention Ciawi kepada PT Bangun Loka Indah (BLI). KONTAN/Fransiskus Simbolon/09/08/2017]
Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) kembali menjual asetnya. Kali ini, APLN melepas Hotel Pullman Ciawi Vimala Hills Resort Spa & Convention Ciawi kepada PT Bangun Loka Indah (BLI). Penjualan itu melalui anak usahanya, PT Putra Adhi Prima (PAP).

Dana hasil penjualan digunakan untuk membiayai pembangunan sejumlah proyek properti serta membayar utang. Sekretaris Perusahaan Agung Podomoro Land, Justini Omas menjelaskan, penjualan Hotel Pullman Vimala Hills merupakan langkah strategis APLN memperkuat kas perusahaan. Langkah tersebut melanjutkan program efisiensi bisnis melalui pengurangan beban utang.

"Dengan kas yang semakin kuat, APLN kini memiliki ruang lebih luas untuk membiayai pembangunan proyek-proyek yang sedang berjalan, baik hotel, residensial, maupun perumahan, ujarnya, Senin (19/1).

Justini menegaskan, penjualan hotel Pullman ini bukan merupakan transaksi afiliasi dan bukan transaksi material.

Per kuartal III 2024, kinerja APLN masih tertekan. APLN mengantongi penjualan dan pendapatan usaha Rp 2,77 triliun per akhir kuartal III-2024. Nilai ini turun 29,07% dari Rp 3,91 triliun di periode yang sama tahun lalu.

Baca Juga: Akulaku Group Akan Divestasi, Kepemilikannya Maksimal 30% di Bank Neo Commerce (BBYB)

Emiten properti ini juga mengalami kerugian sebesar Rp 41,34 miliar di akhir September 2024. Posisi ini berbalik dari keuntungan yang diraih pada akhir September 2023 lalu, sebesar Rp 1,28 triliun.

Harga saham APLN juga sudah turun 14,73% sejak awal tahun alias year to date (ytd). Tren penurunan saham APLN terjadi sejak lama, bahkan koreksinya mencapai 50,45% dalam lima tahun terakhir.

Namun, raihan pendapatan prapenjualan alias marketing sales APLN masih positif, yakni mencapai Rp 1,37 triliun hingga akhir September 2024, naik 46,5% yoy. Di samping itu, pendapatan berulang APLN tumbuh 6,6% yoy menjadi Rp 1,14 triliun.

Analis Kanaka Hita Solvera, Andhika Cipta Labora mengatakan, salah satu penurunan pendapatan APLN disebabkan adanya pendapatan yang tidak berulang pada tahun lalu senilai Rp 1,30 triliun. "Dari hasil penjualan Neo Soho di tahun 2023," ujarnya, Selasa (19/11).

Dia mengatakan, sentimen yang diharapkan untuk sektor properti ialah peluang penurunan suku bunga lanjutan dari bank sentral. Selain itu, program 3 juta rumah yang akan dijalankan oleh pemerintah diharapkan bisa turut memoles emiten properti. Andhika pun merekomendasikan beli saham APLN dengan target harga Rp 125.

Pengamat Pasar Modal dan Founder WH Project, William Hartanto melihat, pergerakan saham APLN ada di support Rp 105 dan resistance Rp 121, mengarah pada penguatan. William memasang rekomendasi beli dengan target harga Rp 121–Rp 133.

Selanjutnya: Akulaku Group Akan Divestasi, Kepemilikannya Maksimal 30% di Bank Neo Commerce (BBYB)

Bagikan

Berita Terbaru

TKDN dan Masa Depan Industri Manufaktur
| Jumat, 03 Januari 2025 | 05:27 WIB

TKDN dan Masa Depan Industri Manufaktur

Ketergantungan tinggi terhadap impor selama ini menjadi tantangan bagi industri manufaktur Indonesia.

Kebutuhan Tinggi, Leasing Dorong Produk Multiguna
| Jumat, 03 Januari 2025 | 05:15 WIB

Kebutuhan Tinggi, Leasing Dorong Produk Multiguna

Bisnis pembiayaan mutliguna dianggap masih memiliki peluang besar untuk tumbuh positif di tahun ini.

Tak Kunjung Ada Aksi, Tekstil Terus Berguguran
| Jumat, 03 Januari 2025 | 05:05 WIB

Tak Kunjung Ada Aksi, Tekstil Terus Berguguran

APSyFI memaparkan sebanyak 60 perusahaan tekstil dan produk tekstil (TPT) mengalami goncangan bisnis dalam dua tahun terakhir.

Regulasi Disiapkan, Program B40 Siap Jalan
| Jumat, 03 Januari 2025 | 05:05 WIB

Regulasi Disiapkan, Program B40 Siap Jalan

Tantangan penerapan B40 tidak hanya terkait ketersediaan bahan baku saja. Tapi, juga terkait kondisi geografis yang beragam di Indonesia.

Yang Untung dan Buntung dari Revisi Aturan DHE
| Jumat, 03 Januari 2025 | 05:05 WIB

Yang Untung dan Buntung dari Revisi Aturan DHE

Saat ini, penempatan dana dipatok minimal 30% dari total DHE selama tiga bulan. Nantinya minimal penempatan dana dipatok 50% selama enam bulan. 

Kemenperin Bakal Tekan Rokok Ilegal
| Jumat, 03 Januari 2025 | 05:05 WIB

Kemenperin Bakal Tekan Rokok Ilegal

Kenaikan Harga Jual Eceran (HJE) rokok, penurunan daya beli masyarakat serta maraknya peredaran rokok ilegal memberikan tekanan bagi IHT.

Freeport Tak Bisa Lagi Ekspor Konsentrat
| Jumat, 03 Januari 2025 | 05:00 WIB

Freeport Tak Bisa Lagi Ekspor Konsentrat

Hingga saat ini belum ada arahan terkait pemberian perpanjangan izin ekspor konsentrat tembaga bagi Freeport.

Optimisme Pebisnis Masih Dibayangi Lesu Daya Beli
| Jumat, 03 Januari 2025 | 05:00 WIB

Optimisme Pebisnis Masih Dibayangi Lesu Daya Beli

Para petinggi perusahaan masih mengkhawatirkan sejumlah faktor yang bisa mempengaruhi kepercayaan mereka terhadap rencana investasi.

Perbankan Bersiap Menjalankan Skema Kredit Investasi Padat Karya
| Jumat, 03 Januari 2025 | 04:05 WIB

Perbankan Bersiap Menjalankan Skema Kredit Investasi Padat Karya

Skema kredit investasi padat karya ini dirancang untuk mendukung revitalisasi mesin dan peningkatan produktivitas di industri padat karya. 

Portofolio Kredit ESG Perbankan Tumbuh Berkat Kenaikan Permintaan
| Jumat, 03 Januari 2025 | 04:05 WIB

Portofolio Kredit ESG Perbankan Tumbuh Berkat Kenaikan Permintaan

Bank Mandiri misalnya, hingga September 2024 telah mencatatkan kenaikan portofolio keberlanjutan 12,8% menjadi Rp 285 triliun. 

INDEKS BERITA

Terpopuler