Akibat Perang Dagang, Pendapatan LTLS diperkirakan Tetap Tumbuh Tapi Laba Stagnan

Jumat, 17 Mei 2019 | 05:27 WIB
Akibat Perang Dagang, Pendapatan LTLS diperkirakan Tetap Tumbuh Tapi Laba Stagnan
[]
Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen bahan kimia dan krimer, PT Lautan Luas Tbk (LTLS) optimistis bisa membukukan pertumbuhan pendapatan 10% sepanjang tahun 2019. Namun, perusahaan ini menyadari bahwa gejolak ekonomi global dan domestik bisa menghalangi pencapaian target laba.

Alhasil, perusahaan ini membidik laba bersih tahun ini kurang lebih sama dengan tahun lalu sekitar Rp 200 miliar. "Karena terkendala ekonomi global, kondisi politik dan ekonomi domestik," kata Herman Santoso, Direktur Operasi PT Lautan Luas Tbk usai rapat umum pemegang saham (RUPS), Kamis (16/5).

Adapun kondisi ekonomi global terpengaruh oleh perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Situasi itu menyebabkan pabrik Lautan Luas di China kesulitan mengekspor produk ke Negeri Uwak Sam.

Sejauh ini, Lautan Luas memiliki 17 fasilitas produksi. Perinciannya, 14 fasilitas produksi di Indonesia, dua di China dan satu di Vietnam. Rata-rata utilitas produksi mencapai 80%.

Merujuk laporan keuangan kuartal I-2019, Lautan Luas memiliki dua entitas asosiasi produsen kimia di China. Keduanya adalah Lautan Hongze Chemical Industry Ltd., dan Jiangsu Diamond Chemical Technology Industry.

Menghadapi tantangan bisnis itu, Lautan Luas akan mengupayakan strategi paling maksimal. Tahun ini mereka menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai US$ 10 juta dari kas internal dan utang bank.

Lautan Luas berencana menggunakan capex untuk membeli mesin baru di pabrik di Surabaya, Jawa Timur. Perusahan tersebut membeli mesin berteknologi Jepang. Tujuannya untuk mengurangi biaya pemeliharaan mesin.

Selain itu, fokus pengembangan bisnis Lautan Luas tak hanya berkutat pada lini bisnis penyumbang pendapatan besar. Perusahaan tersebut juga akan memacu lini bisnis pendukung dan jasa. "Tahun ini bisnis dari sektor pendukung dan jasa meningkat karena dari sisi logistik Indonesia sudah meningkat baik, " tutur Herman.

Dalam tiga bulan pertama tahun ini pendapatan terbesar Lautan Luas berasal dari lini bisnis distribusi yakni senilai Rp 1,15 triliun atau 56,37% terhadap total pendapatan kotor Rp 2,04 triliun. Sisanya terdiri dari pendapatan manufaktur Rp 748,86 miliar dan pendapatan jasa Rp 137,97 miliar. Dari total pendapatan tadi, penjualan ekspor berkontribusi 9,94%.

Membagi dividen

Selain merancang agenda bisnis, LTLS juga akan menebar dividen tunai tahun buku 2018 senilai Rp 60 miliar atau Rp 40 per saham. Agenda ini sudah disetujui dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) dan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) kemarin.

Alokasi dividen itu sekitar 30% dari laba bersih tahun lalu yakni Rp 200,34 miliar. Porsi laba selebihnya dicatatkan menjadi laba ditahan.

Lautan Luas akan membayarkan dividen kepada para pemegang saham yang terdaftar dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan tanggal 28 Mei 2019. "Tanggal pembagian dividen akan diumumkan segera tapi paling lambat bulan depan," kata Herman.

Bagikan

Berita Terbaru

Inflasi November Mencapai 2,72%, Emas Perhiasan Pemicu Utama
| Senin, 01 Desember 2025 | 13:31 WIB

Inflasi November Mencapai 2,72%, Emas Perhiasan Pemicu Utama

Inflasi November 2025 melambat ke 0,17% MoM (2,72% YoY). Emas perhiasan dominan, bawang merah & daging ayam ras alami deflasi.

Emiten Farmasi Bakal Kebagian Rejeki dari Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Tahun
| Senin, 01 Desember 2025 | 13:00 WIB

Emiten Farmasi Bakal Kebagian Rejeki dari Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Tahun

Emiten farmasi yang memproduksi obat generik berlogo, hingga alat kesehatan berpotensi merasakan dampak positif.

Surplus Neraca Dagang Susut Menjadi US$ 2,39 Miliar Per Oktober 2025
| Senin, 01 Desember 2025 | 12:56 WIB

Surplus Neraca Dagang Susut Menjadi US$ 2,39 Miliar Per Oktober 2025

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, surplus neraca perdagangan barang Indonesia pada Oktober 2025 mencapai US$ 2,39 miliar.

Tanggapi Nasabah yang Kehilangan Rp 71 Miliar, Mirae Asset Sekuritas Buka Suara
| Senin, 01 Desember 2025 | 12:29 WIB

Tanggapi Nasabah yang Kehilangan Rp 71 Miliar, Mirae Asset Sekuritas Buka Suara

Mirae menyabjut bahwa dari pemeriksaan awal, terdapat indikasi kuat bahwa nasabah membagikan kata sandi dan akses akunnya kepada orang lain.

PMI Manufaktur Indonesia Ekspansi ke Level 53,3, Tapi Ekspektasi Bisnis Melemah
| Senin, 01 Desember 2025 | 10:56 WIB

PMI Manufaktur Indonesia Ekspansi ke Level 53,3, Tapi Ekspektasi Bisnis Melemah

Program stimulus pemerintah membantu mendorong daya beli masyarakat dan menaikkan permintaan di dalam negeri

Harga Pangan yang Turun Berpotensi Membuat Inflasi November Melandai
| Senin, 01 Desember 2025 | 10:11 WIB

Harga Pangan yang Turun Berpotensi Membuat Inflasi November Melandai

Laju inflasi menjelang akhir tahun, justru diperkirakan melandai yang disebabkan harga pangan yang tercatat lebih rendah. 

Pekerja Bebas Dongkrak Setoran PPh Orang Pribadi
| Senin, 01 Desember 2025 | 09:59 WIB

Pekerja Bebas Dongkrak Setoran PPh Orang Pribadi

Penerimaan pajak penghasilan orang pribadi tercatat melesat 41% mencapai Rp 17,87 triliun           

Mimpi Ekonomi Tumbuh 8% Kian Menjauh
| Senin, 01 Desember 2025 | 09:50 WIB

Mimpi Ekonomi Tumbuh 8% Kian Menjauh

Menurut prediksi super optimistis Bank Indonesia, ekonomi cuma naik maksimal 7,7%                   

Ramai Saham ARA Setelah Keluar PPK, Hati-Hati Banyak yang Sekadar Pantulan
| Senin, 01 Desember 2025 | 08:20 WIB

Ramai Saham ARA Setelah Keluar PPK, Hati-Hati Banyak yang Sekadar Pantulan

Dari puluhan emiten yang keluar dari Papan Pemantauan Khusus pada 28 November 2025, hanya segelintir yang didukung narasi kuat.

Mencari Cuan dari Evaluasi Indeks Kehati
| Senin, 01 Desember 2025 | 08:16 WIB

Mencari Cuan dari Evaluasi Indeks Kehati

BEI mengumumkan evaluasi indeks Sri-Kehati. Investor bisa memanfaatkan momentum ini untuk menengok ulang portofolio masi

INDEKS BERITA

Terpopuler