Alam Sutera (ASRI) Akan Terbitkan Global Bond, Moodys Beri Peringkat B2

Senin, 14 Januari 2019 | 15:34 WIB
Alam Sutera (ASRI) Akan Terbitkan Global Bond, Moodys Beri Peringkat B2
[]
Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) berencana menerbitkan obligasi global (global bond) untuk refinancing. Moody's Investor Service memberikan peringkat B2 untuk obligasi senior tanpa jaminan yang bakal diterbitkan perusahaan properti tersebut.

Obligasi itu bakal diterbitkan melalui anak usaha Alam Sutera di Singapura, Alam Synergy Pte Ltd. Obligasi ini dijamin oleh Alam Sutera dan sebagian besar anak usahanya. Namun, outlook peringkat tersebut adalah negatif. 

Alam Sutera akan menggunakan obligasi tersebut untuk membayar kembali obligasi sebelumnya yang akan jatuh tempo pada 2020 mendatang. Selain itu, surat utang tersebut juga akan digunakan untuk kepentingan belanja perusahaan. 

"Peringkat obligasi ini sejalan dengan peringkat perusahaan Alam Sutera, yakni B2, karena obligasi yang direncanakan ini tidak terpapar dengan hukum atau risiko subordinasi struktural, " kata Jacintha Poh, Moody's Vice President and Senior Credit Officer.

Per 31 Oktober 2018, sekitar 89% dari total utang Alam Sutera adalah unsecured (tak dijamin) dan sebagian besar pinjaman Alam Sutera ada di perusahaan induk. Selanjutnya, penerbitan obligasi ini akan dijamin oleh semua anak usaha utama. 

Poh menambahkan, penerbitan obligasi baru ini bisa meningkatkan likuiditas Alam Sutera sehingga dapat menurunkan risiko refinancing perusahaan. 

Asal tahu saja, Alam Sutera memiliki kas dan setara kas sebesar Rp 408 miliar atau US$ 27 juta per 31 Oktober 2018. Sementara Moody's memperkirakan, Alam Sutera bisa memiliki dana kas sekitar Rp1,7 triliun pada tahun 2019. Sehingga, Alam Sutera masih tidak punya cukup dana kas untuk membiayai obligasi yang jatuh tempo pada 2020 senilai US$ 235 juta. 

Moody's memperkirakan, debt/homebuilding EBITDA Alam Sutera akan berkisar 3,5 kali di tahun 2019. Peringkat B2 Alam Sutera mencerminkan kondisi perusahaan yang memiliki land bank yang besar berbiaya rendah. Ini memungkinkan untuk menghasilkan margin laba kotor lebih dari 50%. 

Peringkat tersebut juga memperhitungkan peningkatan volatilitas dalam pendapatan dan arus kas Alam Sutera dalam dua tahun terakhir ini. Hal ini lantaran Alam Sutera mendapat kontribusi yang lebih besar dari transaksi jual beli, yang hanya tercatat satu kali, dibandingkan pendapatan dari bisnis inti pengembangan properti. 

Prospek negatif pada peringkat Alam Sutera juga mencerminkan ekspektasi Moody bahwa likuiditas perusahaan akan melemah secara signifikan dalam 12-18 bulan ke depan, terutama karena ada obligasi jatuh tempo di tahun 2020.

Mengingat prospek peringkat negatif, Moody's kemungkinan tidak akan meningkatkan peringkat Alam Sutera dalam 12-18 bulan ke depan.

Meski begitu, prospek peringkat dapat kembali stabil jika perusahaan berhasil membiayai kembali obligasi senilai US$ 235 juta yang jatuh tempo Maret 2020.

Lalu, peringkat bisa stabil jika Alam Sutera bisa terus menjalankan rencana bisnisnya, khususnya, penjualan tanahnya ke China Fortune Land Development Co, Ltd (CFLD) dan mempertahankan stabilitas keuangan, sehingga EBITDA terhadap utang yang disesuaikan ada di bawah 5 kali dan EBIT terhadap biaya bunga di atas 2 kali. 

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Utak-Atik Batas Koreksi Saham dan IHSG, Strategi Bikin Trading Suspend Jadi Mustahil
| Rabu, 09 April 2025 | 06:15 WIB

Utak-Atik Batas Koreksi Saham dan IHSG, Strategi Bikin Trading Suspend Jadi Mustahil

Pemerintah bisa melakukan intervensi dengan memberikan instruksi ke institusi pengelola dana lokal untuk memperbesar porsi saham mereka.

Skenario Bencana
| Rabu, 09 April 2025 | 06:12 WIB

Skenario Bencana

Nilai kapitalisasi pasar di seluruh dunia yang hangus akibat rencana tarif resiprokal mencapai US$ 10 triliun per penutupan Senin (7/4).

Tak Semua Daerah Bisa Menutupi Anggaran Pangan
| Rabu, 09 April 2025 | 06:12 WIB

Tak Semua Daerah Bisa Menutupi Anggaran Pangan

Rencana pemerintah yang meminta daerah menyiapkan anggaran khusus pangan menunjukkan ketidakmampuan pemerintah menangani masalah pangan.

Rupiah Meleot, Ketahanan Likuiditas Valas Diuji
| Rabu, 09 April 2025 | 06:12 WIB

Rupiah Meleot, Ketahanan Likuiditas Valas Diuji

Per Februari 2025, kredit valas tercatat tumbuh 17,35% secara tahunan, naik dari bulan sebelumnya yang tumbuh 14,5% secara tahunan.​

Prabowo Menargetkan Membangun 80.000 Koperasi
| Rabu, 09 April 2025 | 06:12 WIB

Prabowo Menargetkan Membangun 80.000 Koperasi

Presiden Prabowo Subianto  lewat Instruksi Presiden menitahkan percepatan pendirian Koperasi Merah Putih.

Prabowo Berjanji Tunduk pada Supremasi Sipil
| Rabu, 09 April 2025 | 06:12 WIB

Prabowo Berjanji Tunduk pada Supremasi Sipil

Presiden Prabowo Subianto mengklaim tidak akan melakukan militerisme di pemerintahannya usai berlakunya UU TNI.

Pengelola Dana Publik Incar Saham Murah
| Rabu, 09 April 2025 | 06:12 WIB

Pengelola Dana Publik Incar Saham Murah

Sejumlah pengelola dana publik berancang-ancang untuk mencari saham yang harganya tengah terdiskon. 

Pemerintah Ingin Perbesar Perdagangan ke Pasar non Amerika
| Rabu, 09 April 2025 | 06:10 WIB

Pemerintah Ingin Perbesar Perdagangan ke Pasar non Amerika

Meski Amerika Serikat (AS) merupakan negara yang besar, namun sebanyak 83% perekonomian dunia, disumbang dari non AS

Siapkan Dana Jumbo Rp 4 Triliun, Alamtri Resources (ADRO) Bakal Buyback Saham
| Rabu, 09 April 2025 | 06:05 WIB

Siapkan Dana Jumbo Rp 4 Triliun, Alamtri Resources (ADRO) Bakal Buyback Saham

Jumlah saham yang akan dibeli kembali ADRO tidak melebihi 10% dari jumlah modal yang ditempatkan dan disetor perusahaan. ​

Waspadai Risiko Kenaikan Laju Inflasi
| Rabu, 09 April 2025 | 06:04 WIB

Waspadai Risiko Kenaikan Laju Inflasi

Kenaikan tarif listrik memberikan andil sebesar 1,18% terhadap inflasi Maret 2025. Inflasi Maret tercatat 1,65% secara bulanan.

INDEKS BERITA

Terpopuler